MUSAFIR
Sebuah muhasabah
untukku
Kamiluddin Azis
Duduk seorang musafir
Di batu batas
sebuah kota entah di mana
Karbondioksida
saja yang bisa dia hirup
Sejak sahur,
bahkan sejak buka kemarin malam
Sesak sebagian
hidup dipertaruhkan
Lelah menanti
nasib berpihak baik
Ia sudah berjuang
Melawan semua
yang murtad
Memerangi semua
yang bathil
Tapi jiwa tak
seteguh jembatan yang gagah melintang
Hati tak sekokoh
gedung pencakar langit yang angkuh berdiri
Walau mereka pun
sama
Kelak kan hancur
Dia lalu duduk di
sebuah batu dekat masjid
Paling indah di
kota itu
Karena megahnya
ia jadi malu
Masuk rumah Allah
Kotor dan kumal
Barangkali hadas
masih perlu thoharoh
Najis masih perlu
disucikan
Entah najis atas
apa
Hadas atas apa
Dosa dan masa
lalu yang ia tinggalkan-kah?
Kendati ragu
masih bercokol
Ia yakin Allah
Maha Pengampun
Seorang musafir
tengadah menatap langit
Di sela kumandang
adzan Maghrib
Ia berdoa :
Allahumma Laa
kasumtu Wabika amantu
Waala rizkika
Abtortu
Birohmatika Ya
Arhama Rahimin
Lalu sebungkus
nasi sudah ada di pangkuannya
Seorang musafir
berlalu
Tersenyum karena
masih bisa berbagi
Bandung, 1 Ramadhan 1429 H
PUASA
Kamiluddin Azis
Kata siapa puasa
itu enak
Aku puasa setiap
hari
Nyaris tujuh hari
dalam seminggu
Lebih dari 25
hari dalam sebulan
Sepanjang tahun
Lalu Kau bilang
puasa itu nikmat
Nikmat mana
dibanding ketika mataku berair
Menatap kilat
telur balado di etalase
Lezat mana bila
Kau bandingkan
Dengan setetes
air pancuran PDAM
Yang kucuri saat
pemilik kran lengah
Kau hanya puasa
dari pagi hingga petang
Itu pun selama
Ramadhan saja
Lalu Kau rayakan
kemenanganmu
Dengan pesta pora
Baju mewah dan
makanan melimpah ruah
Sedangkan aku
Aku puasa hampir
setiap hari,
Sepanjang hidupku
Dan aku tidak
pernah merayakan apapun
Tapi aku
bersyukur
Karena ketika
sesuap nasi usir laparku
Terusir pula
keraguanku akan Keadilan Allah
Dan ketika
seteguk air sirnakan dahagaku
Sirna pula rasa
takutku tidak disayang oleh-Nya
Karena aku yakin Allah
Maha Pengasih
Dan Maha
Penyayang
Aku selalu
berpuasa
Tak peduli itu
wajib ataupun sunnah
Atau justru haram
hukumnya
Aku selalu
berpuasa, Kawan
Karena hukum yang
kubuat sendiri
Karena aturan
yang tidak mungkin kusalahi
Karena apalah
untuk dimakan
Kata siapa puasa
itu enak
Aku puasa setiap
hari, Kawan
Hanya saja bagiku
Tak ada waktu
sahur ataupun berbuka
Karena tak ada
apa pun untuk dimakan
Tapi aku selalu
bersyukur
Karena kalau aku
puasa setiap hari,
Maka ketika aku
tidak lagi berpuasa
Itulah hari raya
buatku
Dan aku jadi
punya banyak hari raya
Hari yang paling
aku syukuri
Sangat kunanti
Dan paling aku
nikmati
Aku pun tak
pernah lagi bertanya
Kata siapa puasa
itu enak
( Untuk para mustahik
yang
tak pernah lupa bersyukur,
semoga
Allah mengangkat derajatmu
di
hari kelak. Bandung, 3 September 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar