Rabu, 25 April 2012

GANG SEMPIT masuk buku SEDEKAH CINTA SANG PENJAGA MASJID


 JUDUL: SEDEKAH CINTA SANG PENJAGA MASJID
(50 Kisah Nyata Penuh Inspirasi Indahnya Peduli Nikmatnya Berbagi)


PENULIS: Agus Nugroho, Richa Miskiyya, Intan Permataningtyas, Era Sofiyah, Kamiluddin Azis, dkk
 

Penerbit Oase Qalbu
Tebal 332 hlm

Harga Rp 73.000,- (Belum termasuk ongkos kirim)

CARA PEMESANAN:
1. Pesan via SMS ke 08562729500 dengan format: Nama, Alamat Lengkap, Judul Buku yang dipesan, dan Jumlah pembelian. Lalu kami akan mengkonfirmasi ongkos kirim ke alamat kamu.

2. Setelah itu, kamu bisa transfer uang pembelian + Ongkos kirim ke no rekening berikut ini (pilih salah satu):

*BRI a/n Laela Nurisysyafa'ah No. 5993-01-010747-53-9 (Unit Godong)
*BCA a/n Badiatul Muchlisin Asti No. 0810336862 (KCP Purwodadi)

BELI BUKU INI = SEDEKAH, KARENA SELURUH LABA PENJUALAN AKAN DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN SOSIAL MELALUI LAZ Ilmanafia Peduli



Daftar Naskah yang Masuk di Buku Ketiga Trilogi Indahnya Peduli Nikmatnya Berbagi

1. Karena Aku Ingin Berbagi, Fiyan Arjun
2. Aku dan Warung Pojokku, Etti Miniarti.
3. Arbazatya untuk Semua, Lale Fernanda Oktaviana
4. Ayu Palupi, Berta Dewi Nugraheni
5. Belajar Memberi dan Berbagi dari Seorang Romo, Dedi Prestiadi
6. Berkah Sedekah Memberi Kecerdasan dan Kesuksesan, Ali Ibrohim
7. Bingkai Gang Sedepak, Zani El Kayong
8. Buah Pemberian, Zani El Kayoung
9. Ada Cinta di dalam Gelap, Riana Wulandari
10. Buah dari Kedermawanan, Ambarwati
11. Setetes keberkahan
12. Buah Seribu Perak, Ayu Dwi Pebsiani
13. Gang Sempit, Kamiluddin Azis
14. Dari Jalan Tak Terduga, Zahro Qurrota A’yun
15. Dari Mereka Aku Belajar Arti Keikhlasan, Ben Putra
16. Donat Manis dari Aris, Ima winaningsih
17. Hadiah Tak Terduga, Fairus Haris
18. Hitam Putih Hidup, Imroatun Nafi’ah
19. Kucing Oh.. Kucing, Shilfi Rahmawati
20. Tas Bambu dan Setangkai Bunga Mawar, Jajat Sudrajat Iskadir
21. Ketulusan yang Berbuah Cita-cita, Shabriyah Akib
22. Ku Temukan Hikmahnya di Panti, Ina Rahmawati
23. Kunci Mobil yang Terjatuh, Keumala Fauzan Andini
24. Langkah Kecil Menggapai Cinta-Mu, Richa Miskiyya
25. Layuh, Imania Eka D.
26. Rezeki Nggak Kemana, Swandari Auliya Izzati
27. Luar Biasa dengan Berbagi, Amalia Putri
28. Merajut Bahagia di Balik Indahnya Maghrib, Yudhistira Mursyid Suryalaksana
29. Mulut Bersilat, Agus Nugroho
30. Sebuah Jalan yang Merubah Hidupku, Azzuhri Tri Ahara
31. Sebuah Pertemuan Kecil dengan Anak Malaikat Hujan, Alden Z Ma’arive
32. Sedekah Cinta Sang Penjaga Masjid, Era Sofiyah
33. Nikmatnya Berbagi ala Mamak, Muhamad A
34. Menyatunya Hati dan Asa Kami Untuk Kesembuhan Iin, Rani Agustina Wulandari
35. Pahlawan Perang, Mas Mochammad Ramdhani
36. Panggilan Alam, Ni’am At-Majha
37. Pergi Tetap Hidup, Citra Ashri Maulidina
38. Rezeki Njepret, Usman Al Ansor
39. Sedekahnya Para Perantau, Muhammad Iksan Sanusi
40. Senyum Mereka adalah Senyumku, Wahyu Wibowo
41. Senyuman Indah dari Tuhan, Muslikhah
42. Senyuman Panti Lusuh, Putri Bayu Gusti M.P
43. “Senyumku lebih lebar…”, Aldina Safitri
44. Sepatu Persaudaraan, Intan Permataningtyas
45. Sepotong Kue Kehidupan, Sofi Resa Puspita Ermono
46. Zulfi dan Angsa Kertas, Sepp hamadzani
47. Sepuluh Ribu, Nur Hafidhoh
48. TPA Oh TPA…, Zaidah Rifah Uswatun
49. Si Merah, Tria Widyastuti
50. Yu Warti, Moh. Afif


Speechless ....


Biarpun tidak bisa merangkai kata dengan baik, tetapi sepertinya aku memang kudu nulis pujian-pujian ini. Buat Dee. Untuk karyanya yang bukan cuma spektakuler, tetapi  telah membuat sebuah gerbang lain dalam hidup ini terbuka. Gerbang ‘kemungkinan-kemungkinan’ sesuatu yang sebelumnya sangat tidak mungkin ada, apalagi  diraih.  Gerbang ‘portal’ yang bukan saja bisa membawa kita pada ‘dimensi lain’ tetapi juga gerbang yang memaksa kita berpikir bahwa hidup kita tidak cuma sendiri, di sini,dan  sekarang. Ada dimensi another space, di tempat berbeda yang unreachable, dalam rentang waktu yang juga berlainan.

Jangan dulu berbicara makhluk luar angkasa seandainya kita tidak percaya, jangan dulu berdebat tentang mampu tidaknya kita menembus dimensi lain dan berkomunikasi dengan para penghuninya, tetapi dalam skala kita sendiri kita bisa menelaah apakah hidup kita berada dalam ‘irisan’ hidup orang lain, waktu dan tempat yang berbeda. Bisakah kita lepas dari bayang-bayang lingkaran hidup orang lain sehingga lepas dari irisan lingkaran hidup kita. Rasanya lingkaran-lingkaran hidup kita pun harus bersentuhan dengan lingkaran hidup orang lain, kendati itu berada dalam rentang waktu dan jarak yang berbeda. Persepsi, ideologi, rasionalitas, dan kepekaan terhadap lingkungan yang juga berbeda.

Berhari-hari setelah membaca PARTIKEL aku masih bisa merasakan nyawa Zarah, spirit Zarah, dan perjalanannya yang sangat mencengangkan. Aku seolah dibetot untuk merasakan bagaimana ketegangan yang dialami Zarah, sedihnya, kesalnya, marahnya dan bahagianya. Dee telah memaksa aku untuk berpikir bahwa Zarah benar, pencarian Zarah benar, kebrutalan Zarah bukan sesuatu yang salah, kekecewaan Zarah terhadap sesuatu adalah wajar, dan bahagia Zarah memang layak.

Aku pun jadi ikut memikirkan ke mana perginya Firas, sang ahli mikologi itu. Ayah teraneh, dan terhebat yang pernah aku kenal (dalam khayalnya Dee). Mungkinkah alien-alien itu sudah menculiknya atau ia telah berubah atau ‘mengubah ‘ dirinya menjadi sesuatu yang tidak kasat mata.? 



Something invisible?
Why not?
Buat Dee segalanya bisa saja terjadi. Buat Dee segalanya mungkin saja bisa diciptakan. Buat Dee everything can be real if we try to find the truth. 

Mau ngomong apa lagi ya… segini saja sudah dibilang speechless, apalagi kalau aku review lebih banyak, bisa-bisa kalian mendadak mules atau tahu-tahu sudah pules..

Rabu, 18 April 2012

CURHAT COLONGAN SAHABAT INSPIRASIKU

BUKU PERDANA GRUP PUSTAKA INSPIRASIKU
Ini adalah buku perdana grup Pustaka Inspirasiku yang terbit di Leutika prio Yogyakarta.. buku ini adalah hasil karya bersama yang diseleksi melalui event menulis selama 2 bulan lamanya. Dari jumlah lebih dari 350 naskah disaring 62 naskah terbaik. Isinya bercerita tentang curhat berbagai kisah para penulisnya. Seru, kocak, mengharukan dan tentu saja menginspirasi buat para pembaca..Salah satunya adalah Curhat saya tentang musibah yang pernah saya alami, yang sebenarnya saya sendiri malu untuk mengungkapkannya.
 
 Penulis :

Adrian Monteque * Aisyah Sofiyatul Husna * Annisa Ramadona *Apriliana Wakhidah * Arzeey Cha * Awiek Libra * Bintang Khawarizmi * Binar Chandra *Dedi Prestiadi *
Dena Ambar Sary * Dian Cahyani * Dian Lesmana Putra *Emma Marlinah * Endah Tri Anomsari * Endang SSN * Erma Rostiana * Fanny YS * Fatimah Azzizah *
Ferawati * Herlia Istiqomah Icha Putri * Hermawan W Saputra * Hilal Ahmad * Ia Safasna * Inayah Adi Oktaviana * Isnawati Eka Lestari * Kamiluddin Azis * Komala Sutha * Maharanisyah * Mas Mochammad Ramdhani* Micka *
Muhammad Abdurrahman * Nanda Ochi * Nina Rahayu Nadea * Nyi Penengah Dewanti *Oktanika* Petra Shandi * Puji Setianingsih* Raihan El Fakhrie * Rayhan Elbaari * Rurin Kurniati * Sansia B * Syukron Jayadii * Susvika Desita Chaniago *Tri Susi Tira Katri *Trya Puji Lestari * Viona Novelia * Wahyu Susanto * Wirasatriaji *
Yoga Nurdiana Nugraha *Yunita Hentika


ISBN: 978-602-225-376-1
Terbit: April 2012
Tebal: 212 halaman
Harga: Rp. 44.000,00


Deskripsi:

Maaf, itulah kata yang mungkin harus kupersembahkan untuk kisah memalukan yang terukir antara aku dan kawan kecilku. Tapi jauh di dasar hatiku, aku adalah ksatria atas keberanian pengakuanku. Aku ingin dunia iri akan hebatnya cerita persahabatanku. (Wirasatriaji - Dua Ratus Rupiah)
-o0o-

Rahasia ini begitu lama kusimpan. Tetapi aku berpikir bahwa pengalaman hidup ini akan lebih berarti jika dibagi kepada orang lain. Aku rela menggadaikan rasa malu dan menuliskan kisahku dalam buku ini. Semua demi sebuah hikmah yang mungkin bisa dipetik. (Kamiluddin Azis - Tenang Membawaku Selamat)
-o0o-

Aku pernah bersahabat dengan keegoisan juga keangkuhan. Tapi senja telah mengantarkanku pada kesadaran hingga aku percaya bahwa sebenarnya Tuhan telah menitipkan kepedulian itu kepada setiap hati, ada yang mengambilnya namun tak jarang pula yang melepaskannya. (Endang SSN, Senandung Cinta Tanpa Syarat)
-o0o-

Ragu dan perasaan rendah diri memasungku. Mungkin berlebihan. Berbagai perbedaan nyaris menyurutkan langkahku. Namun akhirnya, dengan rengkuhan semangat baru, batas perbedaan itu mampu kukuakkan. Sebuah perbedaan adalah proses belajar yang menghadiahiku sebuah pengalaman berharga. (Komala Sutha, Ketika Perbedaan Tak Jadi Penghalang)
-o0o-

Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia.
Atau bisa juga memesan secara kolektif melalui saya, sms aja ke 083829021076


Berikut endorst untuk buku ini :



Membaca buku ini Saya seperti membuka kisi-kisi kehidupan yang terangkum dan tersusun oleh kejujuran dan ketulusan bercerita dari para penulisnya. Jika anda ingin belajar dari pengalaman berharga orang lain, silahkan belajar dari pengalaman para penulis di dalam buku ini. Mereka ketara sekali ingin berbagi pengalaman hidup yang syarat inspirasi dan motivasi.
 ( Dang Aji Sidik, Penulis novelet “Kimi Kimberly” )
-o0o-
Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Terdapat kumpulan curahan hati yang dituangkan dengan polos dan apa adanya. Setiap manusia tentunya memiliki beragam permasalahan hidup, namun akan eksotis jika digoreskan melalui sebuah karya tulis yang bermanfaat, memberi inspirasi terhadap sesama sebagai cara penyelesaian permasalahan tersebut dengan lebih bijak
( Langga Gustanto,S.Kom – Guru, Penulis dan CEO Grup Sahabat Musafir Pena )
-o0o-
Menjadi jujur bukanlah hal yang mudah apalagi bila kejujuran terucap akhirnya hanya akan menyakitkan orang-orang yang kita sayangi. Ketika kata terkatup menjadi diam dan ketika rahasia hati menjadi beban, ingin rasanya kita berteriak "Inilah aku sebenarnya..." Tapi itu tidak akan pernah kita lakukan. Buku ini sangat menarik sebuah curahan hati colongan inspiratif, menawarkan solusi layaknya bohong putih. Kita ingin terbebas dari sebuah kebohongan, hasrat, harapan dan perbedaan tanpa pernah melukai. Ada rahasia yang harus kita simpan sendiri tetapi tanpa beban dan tanpa menyakiti siapapun. (Nenny Makmun-Karyawati PT Samsung Electronics Indonesia)
-o0o-
"Pengalaman adalah guru paling teladan. Saya katakan begitu, karena buku ini berisikan pengalaman-pengalaman hidup penuh hikmah para penulisnya. Namun, buku ini tidak hanya berisi curahan polos penulis, lebih dari itu; banyak nilai karakter dan kearifan lokal yang bisa dipetik. Penulis-penulisnya pun kebanyakan adalah kaum muda. Cara bertutur mereka yang ringan namun berisi, membuat saya percaya buku ini layak dikonsumsi oleh siapapun yang butuh teman curhat dan butuh nutrisi jiwa. Saya pun ambil petuah-petuah hikmahnya untuk disampaikan kembali ke murid-murid saya."
(Panji Pratama, S.S. Guru SMAN 1 Nagrak, Sukabumi )
-o0o-
Cerita-ceritanya sungguh nyata. Mulai dari cerita pengakuan hal-hal polos semasa kecil, sebuah harapan-harapan kecil yang menggetarkan hati, hingga cerita dari sebuah perbedaan yang penuh dengan hikmah dan makna. Sungguh perpaduan dorongan hati dan moral. Penuh pesan kehidupan yang terkandung dalam setiap cerita-ceritanya.
(Hanun, pelajar kelas XI SMKN11, Bandung)
-o0o-
Pagi hinggga petang, sore hingga tengah malam, jutaan bahkan milyaran doa terungkap penuh harap menghiasi langit dunia. Setiap hamba berharap kepada Allah supaya segala doa dan keinginannya terkabul. Saat doa terkabul ribuan asa menyatu menjadi gumpalan bahagia, namun ketika doa belum menyapa hidup terasa begitu hampa. Namun sebagai muslim yang mu’min tentu saja tidak boleh berputus asa atas rahman dan rahim-Nya. Tuhan, Dengarkanlah doaku, salah satu penggalan curhat sahabat dalam buku ini, merupakan sebuah kumpulan cerita inspiratif yang menggugah rasa, berisi pesan-pesan moral penuh cinta dan bernilai bagi kehidupan, dan kisah ini tentu saja wajib dibaca oleh para pengharap terkabulnya doa …
(Gunawan, Guru Pendidikan Agama Islam dan Character Building sekolah highscope Indonesia, Jakarta)
-o0o-
Buku yang sangat menarik untuk dikunyah, ditelan, dan dinikmati pelan-pelan. Meskipun mungkin cuma sekedar curcol, namun sangat menghibur dan menginspirasi. Dari curcol bisa digali banyak hikmah yang bermakna.
( Bayu Rhamadani Wicaksono, Pegawai Negeri Sipil Badan Pusat Statistik, Jakarta)
                                                                   -o0o-
Waw, Luar biasa! kata pepatah "Seperti menyelam minum air"  saya seperti dapat dua keuntungan. Yang pertama, saya merasa nyaman dan enak membacanya. Cara penyampaiannya mengalir,   membuat saya tertarik untuk membaca lebih lanjut.  Kedua, menurut saya curcol ini inspiratif dan memiliki pesan moral  yang bisa diambil hikmahnya. Tidak rugi deh baca curcol ini. Sekarang waktunya kamu buktikan dan nikmati manfaatnya.
 (Retno Kumalasari,  pelajar kelas X, SMK swasta di Semarang)
-o0o-
Hidup memang penuh dengan teka-teki. Berbagai pengalaman, baik ataupun buruk, datang dengan membawa hikmahnya tersendiri lagi tersembunyi. Begitu pun kisah-kisah di dalam buku ini. Sangat inspiratif. Mampu mengajak saya untuk merenungi serta mensyukuri setiap agenda kehidupan yang telah dialami. Alur ceritanya pun mengalir dan jelas sehingga enak dibaca dan pastinya sarat makna. Two thumbs up!
(Dian Budiarti - Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris UPI)
-o0o-
Kisah-kisahnya sangat menginspirasi dan membuat hidup terasa lebih berharga.
(Marlyn, pelajar kelas X SMA Talenta, Bandung)
-o0o-
Curcol yang disusun dengan begitu apik. Tiap-tiap cerita diberi batas, mulai dari Pengakuan, Ternyata Aku Mampu,Tuhan Dengerlah Doaku hingga Hikmah dibalik Perbedaan.
Membaca semua kisah ini membawa aku kembali dan masuk ke dalam kenangan di masa lampau, yang mampu menggambarkan dengan jelas setiap kejadian hingga tanpa kusadari aku menitikkan airmata.
Salut pada semua penulis yang mampu membuka sedikit tabir kehidupan mereka yang tak pernah terkuak. Dan salut juga buat Pustaka Inspirasi-Ku yang berhasil mencari ide tanpa berkesan untuk memaksa orang lain membuka masa lalunya.
Good Job May Allah Always Bless You.
(Asni Ahmad Sueb, Ibu Rumah Tangga, Palembang)
-o0o-
Kisah-kisahnya sangaaaatt "wOooWw"
Sedih, senang, susah, haru semua jadi satu dan itu sangaaaatt Amazing... [:D]
( Zaviera Taries,  Pelajar SMK Negeri 1 Purwodadi )
-o0o-
Curhat-curhat ini berisi tentang kisah inspiratif yang bisa menginspirasi siapa saja. Makna ceritanya sangat dekat dengan kehidupan kita. Cara penyampaiannya ringan dan mudah untuk dpahami. Mudah-mudahan tinggal di hati pembaca, good luck untuk semua penulis yg sudah berekspresi positif dan dapat memberikan pembelajaran lewat sebuah karya [^_^] .
(Yoza Yulanda S. Hum, Penikmat Sastra, Pekanbaru-Riau)
-o0o-


Jumat, 13 April 2012

CABIK LENAMU



CABIK LENAMU
                                                    
Aku lelah mengembara. Persinggahanku selalu sama. Laki-laki dengan beribu keinginan, beribu tuntutan dan aturan yang memuakkan. Sedangkan mereka hanya mampu memberikan satu hal padaku. Uang.
            Setiap senyum dan kecup yang kuberikan, kulakukan semua demi uang. Setiap malam yang kuhabiskan bersama mereka, kulakukan demi beberapa lembar rupiah. Meski kadang lusuh. Tak mengapa asalkan lembaran itu masih berlaku dan bisa mengganjal perutku. Setidaknya untuk malam itu.
            Malam kembali menyambutku dengan sepenggal bulan yang bertengger malas. Seperti aku, yang tidak pernah berharap malam datang dengan lekas. Aku masih ingin menikmati siang dan teriknya. Panas dan terangnya. Aku tidak ingin ada malam, kecuali malam itu dingin dan ramai. Aku tidak ingin melewati malam, kecuali malam itu bisa membawaku menjauh dari sini.
            Aku merapatkan punggungku ke dinding yang dingin. Aku suka dinding tembok kokoh yang dingin ini. Setiap kali aku merasa pusing, aku selalu menempelkan jidatku ke sana. Terapi kompres panas yang aneh menurutku, tetapi sangat mujarab. Walaupun ruangan ini hingar bingar oleh music disco, obrolan dan teriakan histeris para pengunjung, tetapi menyandarkan tubuh ke dinding ini membuatku merasa jauh dari tempatku berada. Seolah menembus ke dalam ruang yang ada di dalam dinding itu. Ruang adsurb yang kerap aku berharap bisa berada di dalamnya. Menjauh dari kehidupanku yang nista.
            “Udah ketemu Nando, May?” Alicia melempar sekotak rokok ke atas meja. Lalu ia menyalakan sebatang dan melepas kepulnya ke udara. Bibirnya yang merah meresapi setiap hisapan rokok beraroma rasa mint itu.
            Aku menggeleng lemah. Malas rasanya kalau harus terus melakukan hal yang sama.: menemui laki-laki itu sebelum menjalankan tugasku setiap malam, lalu menemuinya kembali setelah semua urusan selesai. Dan kadang malah Nando memintaku untuk tinggal sejenak, menemaninya minum kopi, kemudian menina-bobokannya seperti anak kecil.
            “Cari dulu, gih. Bisa berabe kalau si bos nggak dikasi jatah duluan,” celoteh Alicia sambil menghentak-hentakkan kepalanya mengikuti irama musik disko yang sudah tidak uptodate itu.
            Aku berdiri malas. Meninggalkan meja dengan setengah gelas orange juice dan Alicia yang sedang menatap DJ baru di ujung sana.
            “Halo manis….” seorang cowok yang sudah kukenal baik menyapaku sambil mendaratkan kecupan hangat di pipiku. Aku tidak bisa menampiknya kecuali kalau aku siap diperlakukan kasar oleh mereka.
            Ruang pengap ini tidak memberikan banyak udara segar ke dalam otak manusia. Sehingga dengan mudah kita korslet dan melakukan hal-hal yang tak pernah terpikir sekalipun. Aku yang hidup dalam remang lampu club setiap malam mungkin sudah terbiasa untuk tidak menerapkan aturan apapun dalam hidupku. Termasuk membiarkan siapa saja yang boleh dengan  leluasa menciumku, atau meraba tubuhku. Semua dibiarkan berjalan sebagaimana otak saat itu berpikir, dan hati kapanpun merasa. Atau hasrat lain yang justru berbicara.
            Musik  yang menghentak kembali menyadarkanku, di mana saat ini aku berdiri. Tawa renyah dari sepasang kekasih yang saling berangkulan mengusik naluriku untuk segera meninggalkan tempat ini. Mencari Nando.
-o0o-
Nando adalah laki-laki yang membawaku hijrah dari kampung kecil di daerah Garut menuju ibukota yang megah. Dari rumah panggung yang sederhana menuju sebuah apartemen mewah dengan fasilitas modern.. Dari kehidupan desa yang ndeso ke gemerlapnya metropolitan yang menawarkan sejuta pesona. Ialah laki-laki yang juga membuatku berubah dari kehidupan yang alim, suci dan polos, pada kehidupan yang benar-benar polos karena kerap aku harus menanggalkan ke-alim-anku, melepaskan ke-suci-anku, bahkan mengumbar harga diri karena kesucian itu sendiri entah sudah ke mana.
            Yah, Nando. Laki-laki dengan lesung pipi dan senyum yang menawan itu telah membiusku dengan janji-janji yang membuatku hilang kesadaran dan termakan bujuknya. Tatap mata dengan alis tebal yang saling bertaut miliknya benar-benar telah menghipnotisku untuk tidak menolak sedikitpun ajakannya menuju sebuah –yang ia istilahkan- petualangan seru hidup baru. Aku yang masih bau kencur pun tunduk. Dan tanpa paksaan, kedua orangtuaku mengizinkan aku untuk menjadi seorang pramuniaga toko pakaian terkenal yang Nando miliki di Jakarta.          
            Awalnya memang aku dibawa Nando ke sebuah butik mewah di sebuah mall besar. Lalu aku diperkenalkan kepada beberapa karyawan butik itu yang kemudian aku tahu kalau mereka itu juga adalah korban seperti aku. Butik itu memang benar miliknya, tepatnya, milik tantenya yang dipercayakan kepada Nando. Butik yang cukup terkenal karena menjual koleksi-koleksi busana kelas atas yang sangat exclusive, dari designer-designer kenamaan dalam dan luar negeri. Aku sempat mendapatkan training beberapa hari sebelum kemudian Nando, sang bos, memanggilku untuk pindah ke bagian lain yang lebih menarik dan menantang. Konon katanya aku akan lebih cocok jika dipindahkan ke bagian itu.
            Ternyata bagian yang ia sebut lebih menarik dan menantang buat aku adalah menjadi seorang customer service di sebuah spa, yang juga milik keluarganya. Pada awalnya pekerjaan di tempat ini memang sangat mengesankan. Aku merasa lebih sibuk dibandingkan ketika aku kerja di butik itu. Banyak pengunjung spa, terutama kaum adam yang menjadi langganan yang kemudian akrab dan menjadi temanku. Beberapa diantaranya bahkan terang-terangan menyatakan rasa sukanya padaku.
            Tapi hidupku sudah dikontrak mati oleh Nando. Aku pun dipindahkan kembali ke bagian lain yang yang sama sekali berbeda. Di sinilah petualangan baru itu dimulai.
            “Tugas baru kamu, hanya menemani laki-laki yang aku kenalkan sama kamu. Minum, menemani mereka melantai, atau apa saja,” jelas Nando membuat keningku berkerut.
            “Apa saja?” ulangku berharap Nando bisa mendeskripsikan lebih detail pekerja ‘apa saja’ apakah itu.
            Nando tersenyum. Senyum yang mengundangku curiga dan membuatku perasaanku mendadak tidak nyaman berada di dekatnya. Bau alkohol menyeruak dari mulutnya. Aku tidak tahu sudah berapa gelas ia habiskan minuman itu sebelum ia mengutarakan hal ini padaku.
            “Yah.. semuanya… Nanti juga kamu akan tahu. Sekarang tolong antar aku pulang dulu,” Nando merangkul pundakku dengan sempoyongan.
            Sambil menghela napas berat, aku terpaksa menuruti perintahnya. Membopong tubuhnya yang kekar dan mengantarnya sampai ke apartemennya.
            Begitu tiba di kamarnya, tubuh Nando langsung ambruk. Alkohol sudah merenggut kesadarannya. Bahkan ia tidak sadar kalau aku sudah dua kali terkena muntahannya. Aku terpaksa melepas bajuku dan mengganti dengan piyama yang ada di lemari Nando.
            Nando sudah tertidur saat aku selesai mengganti pakaianku dan bingung harus berbuat apa. Kutatap wajah tampan Nando saat pulas. Lelah menggurat di wajahnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu. Mengapa ia memindahkan pekerjaanku? Mengapa aku harus berganti profesi menjadi seorang pelayan bar yang kerjanya menemani tamu laki-laki. Definisi ‘menemani’ pun belum aku pahami dengan tepat.
            Bau alkohol kembali menyeruak dari tubuh Nando. Aku refleks melepas pakaian Nando dan membersihkan badannya dengan handuk hangat. Aku belum pernah melakukan hal ini, tetapi membantu Nando dalam keadaan seperti ini menjadi pertimbangan khususku. Aku berharap ia segera sadar dan membiarkan aku pulang. Aku tidak ingin besok pagi ia masih dalam keadaan mabuk dan kebingungan atau mengkhawatirkan keadaanku.
            Entah apa yang merasuki pikiranku saat itu. Nando yang tiba-tiba menggumam setengah sadar menarikku ke dalam pelukannya. Dan aku pun larut dalam buai malam yang dingin. Sejak saat itulah kerapkali aku seperti tidak ingin menjauh dari Nando. Mulanya aku pikir Nando memperlakukan aku seperti ia memperlakukan seorang perempuan yang ia sukai. Tetapi aku keliru.
            Nando justru menjualku pada setiap laki-laki yang membutuhkan teman kencan. Aku berusaha menolak, tetapi perlakuan kasar Nando membuat aku tidak bisa menghindarinya. Dan yang lebih menyakitkan hatiku, aku harus melayani Nando terlebih dahulu sebelum aku melayani para tamunya setiap malam.
            Aku merasa sangat terhina dengan perlakuan Nando  itu. Tetapi apa yang bisa kulakukan. Nando memiliki banyak sekali teman yang bisa saja mencelakaiku jika aku berusaha lari dan tidak melaksanakan tugasku dengan baik. Dan aku tidak mau mati konyol karenanya.
-o0o-
Aku mengetuk pintu kamar itu. Kamar yang berada di belakang pub malam tempatku bekerja. Sebuah suara menyuruhku menunggu. Dan tidak lama kemudian pintu itu terbuka. Seulas senyum mengembang menyambut kehadiranku. Senyum yang selama ini membuat perutku mendadak mual, karena setiap kali itu pula aku teringat bagaimana senyum itu memikat hatiku sekaligus menghancurkannya dalam waktu yang bersamaan.
            Laki-laki itu menatapku heran. “Kenapa? Masuklah.”
            Jantungku berdetak tak karuan setiap kali menatap mata itu. Sorot mata yang tajam, yang bisa menguliti tubuhmu kapan ia mau. Sorot mata yang bisa menghipnotis dan membuat siapapun bertekuk lutut menuruti perintahnya. Sorot mata yang telah melambungkan anganku ke awan, kemudian menjatuhkannya hingga dasar jurang yang paling dalam. Sorot mata yang melenakan. Tapi kali ini aku tidak boleh terpedaya oleh tatapnya yang menipu. Aku tidak boleh larut dalam buainya yang menjijikan.
            Aku masuk kamar itu tanpa menjawab pertanyaannya.
            “Nando, malam ini aku lelah. Aku ingin  istirahat,” pintaku mengulur-ulur waktuku.
            “Istirahat? Bagus, ya!” Bentak Nando dengan tatapan yang berubah beringas. “Kamu tahu berapa banyak sudah aku habiskan untuk membiayai hidup kamu? Dan sekarang kamu minta istirahat?” suaranya meninggi.
            “Tapi…”
            Plakkk.. sebuah tamparan keras mendarat di pipipku. Sakit dan perih  menjalar bukan saja di wajahku yang terkena pukulan tangan Nando yang kekar, tetapi juga hatiku meringis karenanya.
            “Ya, sudah, kalau begitu kamu temani saya semalaman suntuk,” mendadak Nando melunak. Entah apa yang ada dalam benaknya. Aku berpikir apa yang akan dilakukannya karena permintaanku yang sudah sering membuatnya jengkel ini tidak pernah jera aku ajukan.
            Menemaninya semalaman? Itu sama buruknya dengan melayani dua atau tiga tamu dalam semalam.
            Tetapi aku mengangguk. Tidak ada pilihan lain yang lebih baik.
            Kepalaku berputar dengan puluhan rencana untuk menyudahi semuanya. Yah,aku ingin menyudahi nasibku ini. Aku ingin berhenti mengotori diriku dengan berbagai nista yang sebenarnya bisa aku hindari. Dan aku berhenti pada sebuah pilihan. Aku, atau Nando yang harus ‘selesai’?.
            Malam perlahan merapat. Kesunyian menyergapku. Setelah apa yang aku dan Nando lakukan, hasrat untuk memulai rencanaku kembali bergelora. Aku bangkit perlahan, mengamati tubuh Nando yang terbaring lemas di sampingku. Aku tidak tahu dari mana datangnya keberanian itu. Aku beranjak dari tempat tidur dan mengendap-endap ke dapur kecil yang ada dalam kamar ini. Pikiranku hanya satu. Benda itu.
            Aku menarik benda itu dari tempatnya. Sebuah kilatan cahaya menyilaukan mataku. Benda kecil itu sudah pasti sangat tajam. Cukup tajam untuk mengiris daging hingga tipis sebelum dipanggang dan dijadikan lapisan dalam roti sarapanku. Bahkan hanya dengan sekali libas, kabel telpon bisa putus sekaligus.
            Aku menatap tubuh Nando yang terkulai lemas. Ia sudah mendapatkan jatahnya malam ini. Dan bahkan ia memintaku melayaninya semalam penuh, sebagai pengganti atas permintaanku untuk cuti malam ini. Setelah menenggak beberapa gelas minuman beralkohol dan melampiaskan syahwatnya, Nando tampak kelelahan luar biasa,  Inilah saat yang tepat untukku. Untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri sesuatu yang selama ini mendera hidupku dan menjadikan mimpi burukku setiap malam.
            Perlahan aku menggoreskan benda tajam berkilat itu pada pergelangan tangan kiri Nando. Darah segar merembes, tetapi itu tidak membuat Nando terbangun. Tubuhnya merespon dengan gelisah. Dan dalam hitungan detik aku berhasil melakukan hal yang sama pada pergelangan tangan Nando yang lain. Darahpun membanjiri seprai dengan cepat. Nando tampak tidak merasakan apapun. Alkohol yang ia tenggak sudah membuatnya mati rasa. Dan aku berharap ia akan mati lemas karena kehabisan darah.
            Tubuh itu benar-benar terlena. Nando yang sudah mencabik-cabik harga diriku selama ini tengah menikmati masa-masa terakhirnya yang tidak ia sadari. Ia bahkan tidak tahu kalau mimpinya malam ini adalah sebuah kenyataan mengerikan yang akan ia temui dalam dunianya yang baru. Dunia kematian.
-o0o-
Aku mengepulkan asap tebal ke udara. Bulatan asap yang tercipta kemudian memudar tertiup angin. Gerimis menemani sepiku. Dingin. Tetapi tubuhku sama sekali tidak menggigil. Aku merasa tenang. Bebas. Tidak ada lagi beban yang menumpuk dalam pundakku. Aku tidak tahu apakah semua ini merupakan efek setelah apa yang aku lakukan pada Nando beberapa waktu lalu. Atau malam benar-benar sedang gelisah karena seseorang tengah meregang nyawa tanpa ia sadari sama sekali. Sebegitu parahkah dampak minuman keras dan cumbuanku sehingga membuat lelaki itu benar-benar terlena? Aku tidak peduli bagaimana semua ini harus berakhir seperti ini. Aku bahkan tidak peduli bagaimana nasibku setelah ini.
            Yang aku inginkan hanya satu. Aku harus mengakhiri semuanya. Bagaimanapun caranya. Dan ini adalah balasan setimpal yang bisa laki-laki itu terima.

15 Maret 2012
-oOOo-

POLLINGKU - IDOL 2012

Spekta malam ini jagoanku berturut2 :

SEAN
REGINA
DION
BELINDA
ROSA

jangan sampe deh kelima itu yg eliminasi

kayaknya sih RIO yg eliminasi malam ini. Menurut kamu gimana, comment ya, kelebihan ma kekurangan anak-anak Idol tahun ini di sini...

Rabu, 11 April 2012

CERPEN : JUJURLAH MATAHARIKU


CUPLIKAN CERPENKU

Untuk diterbitkan bersama cerpen lain karya sahabat Pustaka Inspirasiku dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional 23 Juli 2012



.................................

-o0o-

Damar mencengkram  kerah bajunya sendiri. Geram ia karena tidak mampu melakukan hal itu pada orang lain, seperti yang orang lain seringkali lakukan pada dirinya. Matanya tetap terpaku pada seonggok batu yang lelah dipermainkannya hingga terkapar  di tanah tanpa pernah menyentuh sasaran yang hendak ia tumpahkan kemarahan padanya.
                Angin berdesir menyapu keringat yang meleleh pasrah. Masih berkilat bara di matanya yang  siap meletupkan api yang bisa membakar apa saja yang dilaluinya. Ia tidak tahu dengan cara apa ia bisa mencairkan gejolak yang mengoyak harga dirinya yang hancur terinjak.  Dengan cara bagaimana ia bisa memulihkan kembali kepercayaan ayah dan ibunya setelah semua yang ia lakukan, selalu saja salah di mata mereka. Damar mengatupkan bibir, mengulum kecewa dan perih dalam waktu yang bersamaan.
                “Pokoknya ayah tidak mau tahu. Kembalikan semua yang sudah kamu ambil dari tas kerja ayah, atau ….” Aidil tidak bisa menyembunyikan amarahnya lagi. Nyaris telapak tangannya yang kekar melayang ke pipi Damar kalau saja Rista tidak segera menghalanginya.
                “Tampar saja Ibu, Ayah! Mestinya Ayah membela anak kita yang belum tentu bersalah, bukan malah memojokkannya seperti  ini,” urai air mata Rista berjatuhan seperti rintik hujan yang tumpah dari langit. Ia sudah tak tahan melihat perlakuan suaminya yang kerap kali ringan tangan dalam menyelesaikan masalah anaknya yang baru dua belas tahun itu. Ia sadar benar kalau selama ini Damar selalu menimbulkan masalah dalam keluarganya. Kenakalan dan tingkahnya yang selalu membangkang sangat sulit dikendalikan. Dan semua ini bukan karena mereka, kedua orangtuanya lalai dalam membimbingnya. Tidak kurang ajaran moral dan agama ditanamkan sejak kecil kepada Damar, juga Sandra adiknya. Tiada henti rasanya kasih sayang dan perhatian dicurahkan kepada kedua anak mereka dengan harapan keduanya bisa menjadi anak yang manut kepada orangtua dan tidak berbuat hal buruk di lingkungan masyarakat. Ada yang salah dalam pergaulan anak ini. Ada yang tidak sanggup Aidil dan Rista kendalikan saat Damar berada di luar rumah. Dan ini salah siapa kalau memang ada pihak yang harus disalahkan. Tetapi apakah harus dengan cara kekerasan seperti ini Aidil menyelesaikannya?
                “Kamu memang terlalu memanjakan anakmu ini. Lihat.. lihat kelakuannya sekarang, sama ayahnya sendiri, mana pernah dia takut! Dasar pembangkang!” Aidil membanting pintu kamar dan meninggalkan istri dan anaknya itu terpaku dalam kebisuan. Ia  lalu menenggelamkan dirinya dalam perasaan hancur seorang ayah yang tidak sanggup mendidik anaknya dengan benar. Aidil tahu, anak lelaki seumur Damar sedang senang-senangnya berpetualang dengan banyak hal. Tetapi membiarkan dirinya tersesat karena peranan ayah yang tidak berada pada tempatnya membuat Aidil merasa semua ini menjadi kesalahannya semata. Menjadi tanggung jawabnya. Ia merasa dirinya telah gagal dalam mendidik dan membesarkan Damar.
                Rista memeluk Damar yang mematung tanpa sepatahpun kata terucap dari bibirnya. Anak itu seolah sedang mencerna semua kebencian yang tumpah dari mulut ayahnya dan membiarkan  rasa itu mendarah daging dalam jiwanya, mematenkan dirinya sebagai anak pembangkang seperti yang selalu ayahnya teriakkan. Damar melepas pelukan Rista dan berlari meninggalkan ibunya yang berusaha menggapainya lemah.
                Angin kembali menyentuh kulit pipinya yang menghitam terbakar terik. Rambut jagungnya menari riang seolah hanya anginlah yang bersedia menggelitik dan mengajaknya bermain. Hanya angin yang sanggup mengulas senyum dari bibir keringnya dan membiarkan tawa terurai saat ia melihat bunga-bunga kapas ilalang berterbangan.  Matanya mengedipkan sebuah harapan. Berjatuhanlah kristal-kristal asa itu, bermuara pada lekuk kakinya yang menganga, kemudian menghilang, melebur bersama darah yang mengering, dan meresap, menindih luka lain yang tak terobati.
                Sebuah botol berisi cairan beraroma menyengat ditimangnya. Liurnya ditelan paksa, sejenak sebelum ia membuka tutup botol itu dan menikmati baunya. Matanya kembali berair. Kesedihan sudah memuncak, tetapi bukan karena itu derai menganak sungai, beriak dari lautan seperti tsunami yang menghantam daratan. Bukan lantaran amarah yang menggunung dan siap memuntahkan lavanya ke segala arah. Tetapi kedamaian tercipta setelah semua asa menguap seperti aroma cairan dalam botol itu yang dengan sekali siram sanggup mengusir segala kuman yang bahkan bersembunyi di balik kilap. Menghapus dosa yang tak mungkin termaafkan. Damar tersenyum. Senyum yang kemudian membawanya menuju sebuah tempat yang tak pernah sanggup dijangkaunya.

-o0o-

.......................

Minggu, 08 April 2012

THE MISSING

Psikopat Pemuja Wanita

Wanita adalah peliharaan termanis, permainan terseru, korban terbaik...

Begitu membaca tulisan di cover depan novel ini, saya langsung tertarik untuk membacanya. Novel fiction-thriller karya Chris Mooney yang diterbitkan Dastan books ini adalah salah satu The International Bestseller.
coba deh baca sinopsis cerita yang ada di belakang buku ini :

Belasan wanita hilang diculik. Berpuluh tahun kemudian mereka ditemukan dalam keadaan sangat mengenaskan—baik mati maupun hidup. Mereka dijadikan permainan, seperti tikus yang dikurung dalam labirin penyiksaan. Tiap perubahan yang terjadi pada mereka, sejak mulai diculik hingga mati, diabadikan si pelaku dengan foto. Mereka yang masih bisa bertahan hidup ditemukan tinggal tulang berbalut kulit yang telah ditumbuhi bulu-bulu putih halus—seperti layaknya binatang.

Jelas bahwa ini bukan kasus penculikan dan pembunuhan biasa. Si pelaku—yang dijuluki sebagai The Traveler—jelas sangat menikmati tiap derita yang dirasakan para korban setiap harinya selama puluhan tahun. Tiap korban dipelihara layaknya hewan percobaan untuk dinikmati rasa sakitnya. Para wanita tersebut dibiarkan hidup selama puluhan tahun hanya untuk merasakan siksaan ekstrem.

Bersama FBI, Darby McCormick—crime-scene investigator kepolisian Boston—berusaha memecahkan kasus ini dan menghentikan sepak terjang si pelaku. Sebelum ia kembali beraksi—bermain-main dengan rasa takut dan penderitaan para wanita korbannya! 

Kalau ada versi filmnya pasti sangat menegangkan, karena membaca buku ini saja saya merasakan ketegangan itu sepanjang waktu. Bab demi bab berlalu tanpa terasa, kecuali ketegangan yang melanda dan membuat semakin penasaran untuk membaca sampai tuntas. Psikopat itu seolah berada di sekitar saya dan sedang mengintai. Saya juga merasakan sakit seperti yang diderita oleh para wanita korban kebrutalan si Psikopat Pemuja Wanita.Anda akan dihadapkan pada berbagai asumsi dan prediksi siapa sebenarnya pelaku penculikan dan pembunuhan itu, dan Anda tidak akan menyangka ending cerita novel ini.

Anda bisa membeli buku ini di web www.dastanbooks.com

[HOLIDAY WRITING CHALLENGE] Pindahkan Genrenya!

Dialog diambil dari Novel Miss Pikun-susah inget gampang lupa! (Jumanta) halaman 84-85

KEMATIAN MR. CARLOS

Zastan menarik lengan Kun, menjauh dari kerumunan orang-orang yang mengelilingi mayat Mr. Carlos, pengganti Hamada san, yang mengajar ilmu darkness speed jump. Lelaki tua itu akhirnya meninggal setelah bertarung dengan lima orang pria yang menyerangnya bertubi-tubi. Christoper mengikuti mereka dengan tetap waspada.
                “Bu Eisye itu siapa?” tanya Zastan setelah mendengar desas-desus keterlibatan perempuan yang biasa dipanggil Bu Eisye itu.
                “Dia sekretaris pribadi almarhum papi. Menurut testament papi, gue harus nurut sama dia. Padahal ngelihat dia aja gue sudah ngeri. Apalagi mesti diajarin kerjaan sama dia.” Kun melenguh, membuang ribuan partikel kesal yang mengganjal di dadanya.
                “Emangnya dia kenapa?” timpal Christoper.
                “Orangnya aneh. Jutek lagi. Dari dulu, gue emang udah males gitu sama dia. Tapi  gue gak bisa nolak.”
                Kun membayangkan kalau Bu Eisye akan mengajarinya berbagai ilmu terlarang sekaligus sebuah pekerjaan yang ditugaskan pihak sekolah, ia akan menjadi seorang remaja terbelakang yang akan menghabiskan waktu liburan di laboratorium yang penuh dengan bahan-bahan kimia berbahaya.
                Zastan, Kun dan Christoper akhirnya menemukan sebuah tempat persembunyian. Sebuah lorong gelap di bawah gedung katedral tua tidak jauh dari lapangan sekolah. Mereka yakin kelima pria itu akan mencari siapa saja murid-murid hebat andalan sekolah ini. Murid-murid yang menerima warisan ilmu-ilmu sihir yang tidak diajarkan di sekolah sihir lainnya. Zastan Fauzi, Kuncoro, Arimana Notonegoro, Hans Christoper juga Yamato Origawa. Kelima siswa dari berbeda negara ini adalah kekuatan sekolah yang memiliki bakat alami sejak lahir. Mereka mampu menerima ilmu yang diberikan hanya dalam beberapa menit, dan bisa menciptakan ilmu baru dari penggabungan kekuatan sihir mereka.
                “Terus nanti caranya gimana?” bisik Zastan penasaran. Dari kejauhan Ia menatap ke arah lapangan tempat jenasah Mr. Carlos sedang dibawa melalui sebuah ambulance.  Siswa-siswa mulai menyingkir dan ketakutan.
                “Kayaknya sih gue bakalan ngantor gitu selepas jam sekolah. Dari jam dua sampai jam lima. Bu Eisye yang ngajarin gue pekerjaan-pekerjaan seperti kebiasaan papi. Sedangkan untuk kebijakan manajemen bakal dihandle sementara sama Om Ferry dan Om Indra.” Kun berdiri dan memastikan kalau mereka sudah aman. Sejenak ia berpikir apa yang dialami oleh Yamamoto dan Arimana. Siswa asal Kyoto dan Selangor itu mungkin juga sedang melakukan hal yang sama, bersembunyi dari intaian musuh. Atas kesepakatan mereka berlima, mereka terpaksa berpencar dan berjanji akan saling menolong jika kemudian ada yang tertangkap.
                “Itu semua harusnya gak terjadi! Gak kebayang deh elo yang ngurusin kantor dan nasib sekian orang, Kun…, ngurusin diri elo aja yang sering lupa susahnya setengah mati,”  Christoper mendongak, ia ragu karena seringkali Kuncoro melakukan kesalahan yang berakibat fatal pada lingkungan di sekitar. Pernah suatu waktu Kun memadukan ilmu pembeku darah dengan ilmu pemantik api dan mempraktekkannya pada hewan ternak sekolah, yang terjadi adalah hewan ternak sekolah gosong hanya dalam waktu dua atau tiga menit. Pihak sekolah pun menghukumnya dengan skorsing selama seminggu. Sekarang kalau saja Kun harus mengurusi banyak hal, seperti manajemen sekolah dan keamanan  murid-murid junior yang tinggal di asrama, bisa saja semuanya berantakan. Sedangkan almarhum papinya yang mengelola sekolah puluhan tahun sudah menitipkan Kuncoro pada Bu Eisya untuk mendapatkan ilmu yang layak untuk menjaga sekolah ini tetap berdiri.
                “Mending gini aja deh say. Lo buang ketakutan lo sama Bu Eisye, jadi lo bisa belajar lebih konsen, kayaknya lo masih mungkin bisa deh. Lo gak tolol-tolol amat kok …”
                Kun melotot ke arah  Christoper yang kerap kali memanggilnya dengan sebutan ‘say’, kependekan dari ‘sayonara’ yang sering diucapkan Yamamoto sebagai sindiran buat Kun yang selalu salah  menyebut istilah sayonara menjadi sayonggara yang membuat ia menjadi terkenal dengan sebutan lain Sayonggara san. “Jadi maksud lo gue tolol?”
                “Ups! Hehehe.., sorry salah… Lo gak tolol tapi.. pikun ya.. OK deh .. itu beda. Tapi lo tau kalau dua-duanya sama-sama bahaya.”
                “Iya dia pikun. Dan sekali lagi.. itu semua harusnya gak terjadi!” Zastan mengepalkan tinjunya berusaha berpikir dengan keras langkah apa yang harus mereka lakukan untuk menghindari hal itu.
                “Tapi untungnya masih ada kedua Om elo itu. Jadi mereka pastinya akan nolongin, kan? Nah… kalo elo belajarnya cepat, tentunya elo gak perlu lama-lama sama Bu Eisye itu.” Christoper berjalan hilir mudik dengan perasaan kacau. Kalau saja Kuncoro jadi diangkat menjadi pekerja kampus dan menjalankan misi yang diajarkan Bu Eisye, ia yakin keadaan akan semakin kacau. Siswa-siswa dari sekolah sihir lain akan mendatangi sekolahnya dan menuntut atas kematian beberapa siswa mereka akibat pertarungan antar sekolah sihir sebulan yang lalu. Mereka akan menyerang dan menghancurkan laboratorium sihir mereka dan mengacak-acak perpustakaan sekolah yang megah dan koleksi buku sihir dari berbagai negara selama berabad-abad dengan kekuatan ilmu mereka yang sulit dijangkau.
                Mudah-mudahan Tuhan menunjukkan elo jalan…” Christoper kembali melepas desah resahnya yang tertahan sekian lama.  Tetapi tiba-tiba ia melompat karena teringat  sesuatu yang penting.
                “Say, jangan lupa loh, bulan depan kita ujian akhir. Elo juga harus konsen ke sana, jangan sampai gak.”
                Zastan melirik Christoper yang dengan cueknya memikirkan hal sepele itu ketimbang keselamatan diri mereka berlima. “”Tenang deh say… elo lakukan satu-satu … pelan-pelan. Take your time. Gue sama Reyna pasti bantu elo. Kita berdua janji kalo kita bakalan nemenin elo sampai masalah ini selesai. Ya, kan, Reyn?” Zastan menengadahkan wajahnya ke langit. Ia membayangkan Reyna, kekasihnya yang sudah lama meninggal mendengar apa yang ia ucapkan barusan. Ia yakin Reyna masih berada di sekitar mereka dan selalu membantu di saat sahabat-sahabatnya itu mengalami kesulitan.
                “Reyn? ELO KENAPA?” Christoper mendorong pundak Zastan mencoba menyadarkannya kalau Reyna sudah lama meninggal dan tidak bisa membantu mereka lagi. “Kita yakin kan Kun bisa ngatasin masalah ini?” lanjutnya dengan penuh semangat.
                Kuncoro menggerakkan tangannya supaya kedua sahabatnya itu diam. Ia merasakan ada sekelabat cahaya melintas di depan mereka. Christoper dan Zastan serentak tak bergerak, secara perlahan ketiganya menyatukan tangan mereka satu sama lain, dan dalam waktu sekian detik ketiganya tiba-tiba tidak tampak oleh mata, melebur menjadi bayangan putih seperti kabut yang tembus pandang. Sementara sekelebat cahaya yang merupakan jelmaan dari salah seorang pria pembunuh  Mr. Carlos tadi kebingungan. Ia yang semula merasa mendengar suara-suara dari dalam lorong kemudian berbalik, dan berlalu di balik kegelapan.