Selasa, 25 Januari 2011

BUKAN PESTA BUJANG BIASA



BUKAN PESTA BUJANG BIASA


Xesofmine@yahoo.com, lalu kuketik 6 huruf lain yang segera berubah menjadi tanda bintang di layar komputer sebagai passwordnya. Setengah menit kemudian baru aku bisa melihat ada sekitar 7 email baru yang belum aku baca. Kucari tanggal paling akhir. Klik! Muncul deretan huruf italic :

Dear BX,
Gua gak sabar pengen cepet ketemu dan ngabisin malam sama elo. Kabari gua di 0812xx1260 malam ini juga, ya!
Da…
Kalau Cuma segitu, kenapa gak pake fasilitas inbox message di fs aja sih. Lalu aku beralih ke email lainnya.

Hallo BX,
Aku udah ikutin saran Kamu. Tokcer abis! Cewekku minta nambah! Makasih banyak, ya …!
Oya, kalo Kamu kasi alamat rumah or no telp Kamu, akan aku kirim gift. Itung-itung tip sebagai tanda terima kasih.
Kutunggu,
Mitos
Hemh, aku menelan ludah.  Rasanya tak ada yang pernah kulakukan sampai aku harus menerima ucapan terima kasih dari orang iseng seperti itu. Mana ya … batinku terus mencari satu-satunya email yang aku tunggu sejak seminggu kemarin.
Lalu aku iseng mengklik icon send/Recv dan satu detik memberiku keajaiban.
            Yess, gumanku!

BX, I miss U. I can’t stop loving U  …………….
Aku bener-bener gak tau harus ngapain waktu Kamu gak ada.
Aku.. aku...  MENCINTAIMU.
KTP2nait.
            Tanpa pikir panjang, kuarahkan mouseku ke kotak reply.

Hi,  Mulai besok, aku akan berkeeeelana ke tempat lain. Mungkin sesekali aku akan buka email dari Kamu. Tapi maaf aku tidak bisa membalasnya. Dan ini mungkin yang terakhir. Jadi setelah ini, Kamu boleh panggil aku XBX.
Oke!

            Lega rasanya. Melepas masa lajang dengan memberi tahu semua teman kencanku di internet. Aku bisa menghirup udara banyak-banyak, lepas dari penat yang selama ini menyesakkan.  Aku bisa teriak, lepas dari parau yang selama ini gatal.

            Besok aku akan menikah. Aku akan menjadi orang lain dengan melepas semua my crazy identity. Gila, Jova punya gelar baru: Suami, calon bapak, dan, ha..ha..ha.. XBX!        

            EGE: Emang Gua E G E!
            BX adalah singkatan dari ’Bujangan Keropos’ Biar lebih keren huruf K diplesetkan menjadi X, dalam situs pertemanan friendster orang mengenalku sebagai Mister BiEks, dan menobatkan aku sebagai problem solving, tempat mereka curhat berbagai macam persoalan, termasuk urusan cinta dan hubungan intim dengan pasangan. Untuk urusan terakhir ini kadang aku mengandalkan curhatan teman-teman lain yang sudah menikah seputar hubungan mereka dengan pasangannya. Medianya bisa melalui chatting, message box, atau jika pengen berkeluh kesah sehalaman penuh, kebanyakan dari mereka kirim aku email ke alamat yahoo-ku. Termasuk teman-teman kencanku di dunia maya tadi.
Dan karena aku sudah sangat jengah menghadapi banyak banget persoalan orang lain, aku memutuskan untuk hengkang dari dunia maya yang sebenarnya tidak terlalu memberikan manfaat yang berarti buatku. Good bye Xesofmine@yahoo.com, gue punya kandang baru, U’re death from now!
Bulan September, udara mulai dingin. Musim hujan akan segera tiba. Guyonan tentang kawin di musim hujan beberapa kali dilontarkan teman-teman kepadaku. Bagiku motivasi menikah bukan karena musim, atau sex yang sama sekali tidak ada relevansinya dengan itu. Pernikahan adalah suatu komitmen. Komitmen aku dan calon istriku untuk memulai hidup baru. Melupakan dan meninggalkan masa lalu. Sekelam apapun.
Pagi ini aku terima banyak sms dari teman lamaku. Entah dari siapa mereka tahu kalau aku akan menikah. Kebanyakan dari mereka mempertanyakan kesiapan aku, terutama kesiapan mentalku sendiri. Lucu, mereka sepertinya sedang bertanya pada diri mereka sendiri. Aku yang mereka kenal sebagai sosok konselor, malah diragukan!
“Jo, jadi entar malam ke New Puri? Anak-anak udah siapin pesta buat elo!”  Agil berteriak lewat ponselnya. Suara rem menderit terdengar di kejauhan. Disusul teriakan dan makian entah dari siapa. , Kampret, sompret, kemudian daftar penghuni kebun binatang diabsen satu-satu.
“Ogah ah, gua masih ada urusan. Gedung yang kemaren si Budi booking gak cocok buat acara gua. Jadi gua mesti cari lagi yang lebih oke,”  aku mencari alasan supaya selamat dari perbuatan jahil teman-temanku. Aku jadi ingat Jakarta Undercovernya  Moammar Emka. Pada satu bagian buku itu diceritakan tentang sebuah pesta yang diadakan oleh sekelompok remaja untuk melepas masa lajang salah seorang temannya. Ceritanya seru banget sekaligus menjijikan. Dan aku enggak mau menjadi korban, karena sudah bisa dipastikan teman-teman bakal mempersiapkan sebuah pesta gila untukku. The Crazy Bachelor’s Party.
“Payah, Lo, Jo! Temen-temen bisa marah, tau! Gini aja, gua jemput Lo jam sembilan, oke!”
Tut, telepon langsung mati.
“Siapa Mas?” Sambil menyodorkan secangkir teh hangat Anita menatapku penuh tanya. Anita adalah calon istriku. Calon menantu idaman setiap orang tua.
“Biasa, siapa lagi sih yang telepon aku, kalau bukan si Bayan, Mayong, paling si Agil. Gimana, enggak apa-apa dicancel?” aku mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
“Mas kan sudah janji. Nggak bakalan jalan sama mereka lagi,” Anita kelihatan kecewa. Ia menyibakkan rambut depan yang menutupi sebagian wajahnya yang masih menyimpan curiga.
“Iya… Lagian aku kan udah bilang, aku udah bosan keluyuran gak puguh. Buktinya  barusan aku tolak ajakan Agil,” balasku gak kalah kesal.
Anita berubah menatapku lembut. Di bola matanya, Tidak sedikit pun kulihat keraguan. Ia bahkan sering mengingatkan aku untuk tidak selalu foya-foya. Apalagi dia banyak tahu tentang aku dari teman-temanku yang super ember.
Aku bertemu dengan Anita dua tahun yang lalu. Tetapi perasaan cinta baru tumbuh beberapa bulan belakangan ini. Dia adalah wanita yang mandiri, cerdas, supel, Kartini masa kini bagiku. Selain cantik, aku menyukai dia karena ia juga enak diajak ngobrol, tidak sombong, dan suka membantu orang lain. Anitalah yang membuka mata hati dan pikiranku untuk melihat masa depan.
“Mas, Mas tahu kenapa saya memilih Mas?” tanya Anita suatu waktu ketika kami baru beberapa bulan jadian. “Saya suka Mas karena Mas orangnya rame, ceria, nggak pernah kelihatan murung. Tapi juga cuek, gak peduli apa kata orang, pede abis pokoknya. Mas pinter, mandiri, selalu mendahulukan kepentingan keluarga. Aku salut sama Mas!” membuat hidungku kembang kempis menahan sipu.
“Kamu enggak takut sama aku? Kamu kan tahu bagaimana aku dulu,“ sempat tertahan pertanyaan itu di dadaku sampai akhirnya aku berani bertanya juga.
“Apapun yang teman-teman Mas atau orang lain katakan tentang Mas, aku gak begitu peduli. Yang penting Mas selalu setia, jujur dan sayang sama aku.”
Anita begitu sempurna, sehingga aku tidak perlu berpikir panjang untuk segera menyuntingnya. Yang lebih banyak aku pertimbangkan ialah bagaimana aku berusaha berubah untuk memperbaiki kelakuanku, kebrutalan dan keerroran sifat yang sedari dulu bebal. Barangkali ini akan menjadi bagian yang  paling sulit jika aku kelak hidup berumah tangga dengan Anita. Hanya Anita motivasiku untuk berubah. Cintanya yang begitu besar telah menghancurkan hatiku yang membatu.
-oOo-

Sebuah gudang tua. Aku pikir Agil akan mengajakku ke discotek tempat biasa kami dulu menghabiskan malam.  Paling tidak cafĂ© tenda supaya bisa ngecengin ABG yang masih pake seragam putih abu-abu. Ternyata aku malah diajak ke tempat yang kotor dan lembab ini.
Tidak ada yang mencurigakan. Gudang ini sepertinya bekas pabrik penggilingan teh atau rempah-rempah semacamnya. Setelah aku masuk, kulihat banyak mesin tua yang sudah berkarat diselimuti sarang laba-laba tebal. Kalau siang hari barangkali kita bisa melihat debu bertebaran. Aku menyorotkan senter kecilku ke arah lain. Di sebelah kanan, kira-kira lima meter dari pintu masuk utama ada sebuah tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai di atasnya.
Ternyata lantai kedua juga dipenuhi mesin-mesin besar dengan tali-tali karet yang juga besar bergelantungan di sana sini. Hati-hati kunaiki tangga yang hanya terbuat dari kayu yang hampir lapuk . Aku semakin tidak mengerti mengapa Agil menyuruhku ke sini. Atau apa aku yang salah alamat?
“Agil……. Don ….. Doni …..” aku berteriak pelan memanggil teman-temanku. sambil terus mengarahkan senter ke sekeliling. Keringat dingin tiba-tiba membasahi badanku. Mudah-mudahan tidak ada kelelawar yang menabrakku. Atau …. Aku enggak tahu sejarah gudang tua ini, tetapi firasatku mengatakan ada yang aneh dengan tempat ini. Jangan-jangan ada penunggunya .. Hiyy…. Aku begiidik sendiri.
Dari pada berpikir yang tidak-tidak, aku memutuskan untuk kembali ke mobilku. Aku melompati tangga dua-dua, sehingga tanpa kusadari pijakanku meleset dan membuat tubuhku terpelanting ke bawah. Berbarengan dengan itu tangga kayu itu runtuh dan menimpa tubuhku. Aduh …. Punggungku sakit sekali.
Sialan, Agil gila! makiku. Mana senterku? tanganku meraba-raba lantai tempat aku terjatuh. Tanganku berhenti meraba karena benda yang tadinya kukira senter, terasa lembut dan dingin.
“Ngapain Lo di sini?” Sebuah suara serak terbata membuat detak jantungku semakin kencang. Aku mencari arah suara yang di kupingku terdengar seperti desahan seorang wanita yang kesakitan.
“Mey?” aku segera bangkit dan hampir tidak percaya dengan apa yang telah kulihat. Mey menatapku dengan mata menyala. Bukan seperti mata Mey yang pernah kukenal. Kali ini matanya seperti menyimpan kebencian yang sangat dalam.
Rambut Mey terurai. Sama seperti pada saat aku membelainya dua tahun yang lalu. Saat itu aku terpaksa harus meninggalkan Mey. Bukan sepenuhnya salahku, karena aku juga tahu kalau Mey sudah tidak mencintaiku lagi. Tetapi rambut Mey yang dulu tidak bercahaya seperti sekarang.
Aku mundur beberapa langkah karena aku yakin perempuan ini bukan Mey. Entah siapa. Yang penting aku harus menghindar darinya.
Tangan Mey menggapai-gapai berusaha meraihku. Ia diam di tempatnya, tetapi tangannya terus mengikuti aku, semakin panjang, dan panjang. Aku berlari ke arah pintu masuk tadi, tetapi pintu itu tiba-tiba tertutup dan menimbulkan  suara yang sangat mengagetkan. Dan yang lebih mengagetkan lagi, di balik pintu itu sudah berdiri seorang perempuan dengan pakaian dan wajah yang serba merah. Matanya, pipinya, bibir, juga rambutnya, semua merah. Gaun yang dikenakannya begitu panjang hingga menyapu hampir semua lantai gudang ini.
“Jova, masih ingat aku?” bisiknya.
Marina! Pekikku dalam hati. Marina adalah gadis tionghoa yang aku pacari selama pesta perayaan tahun baru imlek, kapan ya? Emh.. waktu aku masih duduk di bangku SMU. Tujuh tahun yang lalu. Bisa dibilang ia cinta pertamaku sejak aku bosen mengenyam cinta monyet di SMP. Tetapi kenapa ia ada di sini, dengan pakaian dan dandanan seperti itu, lagi.
“Marina, bukannya Kamu lagi ada di Singapore?” tanyaku tergagap. Marina tidak menunjukkan ekspresi sedikit pun. Dia malah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aku menepuk-nepuk dan mencubiti pipiku. Apakah aku sedang bermimpi? Aku bisa merasakan sakit, berarti aku tidak sedang bermimpi. Tolong…. Tolong ….. Agil …. Mayong …..  aku terus berteriak walau suaraku terasa habis. Tanganku berusaha menggapai apa saja, karena seperginya Marina gudang menjadi gelap kembali.
Aku kembali dikagetkan oleh suara gaduh. Kali ini berasal dari luar gudang. Aku melihat sedikit cahaya. Aku mendapatkan peti kayu dan aku gunakan peti itu sebagai tangga, sehingga aku bisa berdiri dan mengintip apa yang terjadi di luar dari balik ventilasi. Rupanya cahaya itu berasal dari api pembakaran ban. Ya Tuhan, siapa mereka? Aku menghitung dalam hati tujuh orang Apa yang sedang mereka lakukan di atas mobilku. Ban mobilku ….
Aku mencium bau asap yang semakin menyesakkan. Seseorang sambil memegang botol minuman melemparkan sebuah ban lain ke arah temannya untuk ditumpuk di atas ban yang sudah hampir meleleh. Tidak lama kemudian api itu  semakin besar. Hey … hey … aku sama sekali tidak bisa berteriak. Tetapi sepertinya mereka mendengar teriakanku. Beberapa orang melambaikan tangannya ke arahku.
Sebentuk bibir perempuan seperti sedang mengucapkan kata sayang, Jova, sayang, Jova  terus seperti itu berulang ulang. Aku melihat pria dengan setelan jas mengacungkan gelas minumnya ke arahku. Mari bersulang sobat! Itu kata-kata yang biasa diucapkan Rivan. Ya benar itu Rivan!  Rivan … buka pintu, Lo lagi pada ngapain?
Aku terus menggedor-gedor pintu gudang yang terkunci sampai pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri. Tetapi ketika aku  hendak berlari keluar gudang, kepalaku membentur sebuah benda yang menggantung. Bukan, bukan sebuah benda, tetapi tubuh seseorang yang tergantung. Aku berteriak sekencang aku mampu, tetapi tidak ada siapapun di sekitarku. Ke mana orang-orang yang tadi berpesta di atas mobilku. Kemana Rivan dan orang-orang itu.
“Jova… ini aku Ariska ….” pekik perempuan yang melayang di atas kepalaku.
Tidaaaaaaaakkkkkk. Aku berteriak sampai pita suaraku terasa putus.
Gelap masih memenuhi penglihatanku.
“Mas … mas… kenapa …..?” Anita memeluk tubuhku yang penuh dengan keringat. Kemudian dengan sigap ia memberiku segelas air putih hangat. “Minum ini Mas, biar tenang!” pintanya dengan lembut.
Aku masih merasa tegang. Kejadian yang aku alami tadi belum sepenuhnya hilang dalam ingatanku. “Aku ..  aku .. bermimpi Anita, maafkan aku…!”
“Mas pulang malam sekali. Mabuk lagi! Untung Mas Bas mau nganterin Mas pulang,” balas Anita.
“Bas, Basuki maksudmu …Bagaimana .. aku,  berarti aku tidak bermimpi, Anita.” Aku tidak percaya dengan apa yang sudah kualami semalam.
“Sudahlah Mas, sekarang Mas mandi, teman-teman Mas sudah menunggu di ruang tamu. Kita makan bersama. Kata mereka sih ini pesta lajang kita, karena semalam Mas tidak mau diajak pesta sama mereka.”
Ha…? Aku tidak langsung ke kamar mandi seperti yang disarankan Anita, tetapi segera ke ruang tamu untuk menemui teman-temanku.
Surprisse!!!” teriakan kompak membuatku tercengang.
“Halo Stupid!”
“Hai Jagoan....”
“Apa kabar penakut!”
“Agil sayang, masih ingat aku?”
Gila… ulah siapa ini! Dari mana makhluk-makhluk aneh ini semua datang. Agil, Mayong, Doni, Rivan, teman lamaku. Ariska, Marina, Lutie, Mey, dan banyak lagi, cewek-cewek yang pernah jadi pacarku semuanya ngumpul di ruang tamu.
“Udah .. udah… yang lain makan duluan deh kalau udah lapar. Kalau mau nunggu calon penganten kita, minum aja dulu, atau ngapain deh terserah. Biarin Jova, calon raja sehari kita narik napas dulu biar bisa mandi dan nemenin kita. Okey!”
Agil menarik lenganku sambil tertawa cekikikan. “Sorry Friend, Lo pasti kaget setengah mati…… abis lo nolak ajakan gua ke dugem sih! Padahal Lo tau itu untuk yang terakhir kali. Minggu depan gua udah masuk Fakultas Studi Islam di Quwait. Maafin gua ya ….. masih kerasa merindingnya? Ha .. ha.. ha… ” Agil terus nyerocos membuat kupingku berdengung.
”Tapi gua udah ada izin dari Anita lho!” Agil menunjuk calon istriku dengan sudut kelopak matanya yang agak sipit.
Anita menghampiriku. “ini handuknya, Sayang. Mau sekalian aku mandiin untuk menebus rasa salahku?” sebuah kecupan manis mendarat di pipiku.
“Ehem …. Gak bau tuh!” ledek Rivan sambil melempar kulit kacang goreng ke arahku. Anita menggiringku yang super bete ke kamar mandi.

* * 2003**
Saat facebook belum seheboh sekarang..

-oOOo-

Kamis, 20 Januari 2011

ULTIMUS PUSAT BUKU HUMANIORA DI BANDUNG


Pernah Disinyalir Simpatisan Kaum Kiri

EMPAT BELAS Desember tahun 2006, nama Toko Buku Ultimus Bandung banyak diperbincangkan orang. Hal itu terjadi setelah 11 pengelola took buku itu diamankan polisi karena disinyalir sebagai simpatisan golongan kiri. Namun bukti tidak ditemukan dan pengelola Ultimus dilepas pihak berwajib. Kini aktivitas gudang buku itu tetap eksis dan menjadi rujukan para penikmat buku humaniora di Bandung.
            Sangdenay (34), pengelola Ultimus Bandung, yang saat ini terletak di Jalan Rangkasbitung No 2A, Bandung, Kamis (21/10) mengatakan, Ultimus saat itu sering dijadikan tempat untuk diskusi hingga menjadi sebuah ruang public. “Saat itu kami mengadakan diskusi Gerakan Marxisme Internasional yang diadakan di Lengkong Besar yang terbuka untuk umum. Baru dua puluh menit acara diskusi berjalan, mendadak ada ormas yang masuk. Sebelas orang langsung dibawa ke Polwiltabes,” ujarnya mengenang kejadian tersebut.
            Pusat buku humaniora ini konsisten untuk membawa visi sederhana, yakni ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Keinginan tersebut timbul karena ingin meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Bandung dari senua golongan. “Kami melihat anak kuliah saja sudah kurang minat bacanya, apalagi anak SMA,” ujarnya.
            Untuk merangsang minat baca tersebut, Ultimus sering mengadakan diskusi buku. Namun karena tempat di Rangkasbitung 2A kecil, diskusi sering diadakan di luar. Seperti Peluncuran dan diskusi sering diadakan di luar. Seperti Peluncuran dan Diskusi Buku Kapitalisme : Perspektif Sosio-Historis karya Dede Mulyanto (Ultimus, 2010). Kegiatan ini diselenggarakan Sabtu, 16 Oktober 2010, pukul 15.00 WIB di Gedung Indonesia Menggugat, Jl Perintis Kemerdekaan No 5, Bandung.
            Ultimus juga membuka perpustakaan untuk umum yang banyak mengoleksi buku-buku memoir, puisi, cerpen, dan humaniora. Untuk lebih memfokuskan kegiatan, Ultimus membuat divisi penerbitan dan membuka kesempatan bagi penulis buku untuk berkarya. Hingga saat ini sudah ada ribuan judul koleksi yang ada di Ultimus. Sekitar 40 judul buku secara resmi diterbitkan oleh Ultimus.

Jejak Pertama
            Menelusur jejak Ultimus tak bisa dilepaskan dengan sejarah pendirian Ultimus periode 2004. Saat itu Ultimus didirikan di Karapitan 127 yang diprakarsai antara lain oleh Bilven. Mengingat tempat di Karapitan kecil, Ultimus melebarkan sayap dengan pindah ke Lengkong Besar 127.
            Untuk diketahui saja, hamper semua perintis dan pemrakarsa Ultimus merupakan lulusan Sekolah Tinggi Telkom. Para lulusan ini sebelumnya mengelola perpustakaan kampus hingga membuat perpustakaan pribadi di kampus tersebut. Sebagian hasil dari took buku ini disisihkan untuk kegiatan komunitas, dan memfasilitasi berbagai kegiatan sosial lainnya.
            “Kami ingin merangkul semua kalangan untuk gemar membaca buku, demi visi sederhana kami, yakni turur mencerdaskan bangsa,” ujar Sangdenay.
            Buku-buku yang pertama kali dikoleksi Ultimus merupakan kumpulan milik rekan-rekan Bilven yang mempunyai hobi membaca. Dari kegemaran yang sama mereka akhirnya berhasil mengumpulkan 500 buku dan mendirikan Perpustaaan Sang Pemula. (fam)

Disalin dari artikel yang diterbitkan di Harian Tribun Jabar, edisi 25 Oktober 2010, halaman 8

Rabu, 19 Januari 2011

HINDARI CAP

“A BAD BOSS”
Saat menjadi karyawan, Anda mungkin pernah memberikan predikat “bad boss” kepada atasan. Hati-hati, siapa tahu saat Anda sendiri menduduki posisi bos, predikat itu pula yang akan Anda dapatkan. Agar terhindar dari julukan “bad boss”, coba ikuti kiat praktis Chandra Ming, general manager JobsDB.com, berikut ini :

• GOING DOWN. Seorang “bad boss” tidak akan mau peduli atau mencari tahu kesulitan yang dihadapi anggota timnya. Karena itu, sebagai atasan, coba sesekali luangkan waktu dan tenaga Anda untuk mengetahui secara rinci pekerjaan yang dilakukan dan situasi kerja yang dihadapi anak buah Anda sehari-hari. Diskusikan setiap masalah yang mereka alami untuk mencari solusi yang tepat. Tunjukkan bahwa Anda bersedia untuk dekat dan turut ambil bagian dalam proses pekerjaan tim Anda
• LEBIH JELAS. “Bad boss” terkenal hanya bisa memberikan perintah, namun kadang ia sendiri tidak tahu secara rinci apa yang ia perintahkan. Orang-orang seperti itu juga selalu ingin mendapatkan hasil sempurna, tetapi tak mau tahu kesulitan yang dihadapi anggota timnya. Jangan terbawa arus sikap bos seperti itu. Pemimpin yang bagus adalah yang mengetahui dengan jelas setiap tugas yang dibebankan kepada anak buahnya, dan menyampaikan hal itu dengan jelas. Setiap memberikan perintah atau tugas, tanyakan kembali apakah anak buah Anda benar-benar memahami tugas yang Anda berikan.
• BIJAK MENGHADAPI MALASAH. Banyak tipe pimpinan yang selalu menyalahkan anak buah saat tertimpa masalah. Banyak pula yang berusaha melarikan diri dari masalah, dan berharap masalah itu reda dengan sendirinya. Hindari perangai seperti itu. Sebagai pimpinan Anda harus bijak menghadapi masalah. Seorang pemimpin berkarakter justru akan mengharapkan masalah agar siap mengantisipasi dan mencari solusinya.
• SIAP MENERIMA KRITIK. Sulit memang menerima kritik, apalagi jika itu datang dari anak buah. Bos yang mudah tersinggung dengan kritik dari anggota timnya, cenderung menggunakan metode komunikasi satu arah. Tipe pemimpin seperti itu biasanya selalu memaksa anak buahnya untuk menuruti perkataannya, tanpa mau peduli dan menghiraukan masukan, apalagi kritik. Pemimpin yang baik harus bisa memacu anak buahnya agar berani mengemukakan pendapat, atau masukan terhadap kebijakan yang Anda buat, meski keputusan akhir tetap di tangan Anda. [WR]

Disalin dari artikel yang diterbitkan di majalah Reader’s Digest Indonesia, edisi November 2010, halaman 151

Rabu, 12 Januari 2011

Sepuluh Menit yang Menyenangkan

Sesibuk apapun aktivitas yang Anda jalani, coba luangkan waktu 10 menit saja untuk menenangkan diri. Menurut Victoria Moran, penulis buku Bahagia dalam Kesibukan, meski hanya 10 menit, meluangkan waktu untuk menenangkan diri sendiri sejenak setiap hari akan menghilangkan rasa letih lahir dan batin, bahkan membangkitkan kembali energi dan semangat.

            Rasa letih bisa datang karena kesibukan pekerjaan, keluarga, kekosongan hati atau gabungan dari hal-hal tersebut. Ketika meluangkan saat tenang, curahkan perhatian kepada sisi rohani, sebagai pembangkit sumber energi yang tak pernah habis.

            Anda bisa pergi ke tempat ibadah untuk ebrdoa, bermeditasi atau membaca buku-buku yang inspiratif. Jika alasan Anda tak punya waktu dan tempat, coba tinggal di kantor 10 menit lebih lama setelah teman-teman Anda pulang, dan gunakan waktu tersebut untuk mengerjakans sesuatu yang membuat hati Anda tenang.



Reader’s Digest Indonesia edisi Januari 2011

Jumat, 07 Januari 2011

STRATEGENIUS - Bikin Kamu Makin Jenius




STRATEGENIUS
 
Penulis : Jeffrey J. Fox
Penerbit : daras Books

Di era persaingan Global dan superketat sekarang ini, Anda harus menjadi genius agar dapat sukses dalam bidang apa pun, termasuk dalam bisnis Anda. Saat ini, pasar telah menjadi demikian kompleks, konsumen menuntut lebih banyak, dan kompetisi begitu mengancam. Anda butuh strategi genius untuk menyiasati itu semua.

Dalam buku ini, Jeffrey J. Fox sang mahaguru bisnis dan marketing membagi berbagai strategi genius (*/Strategenius/*) yang amat penting bagi kesuksesan setiap usaha. /Strategenius/ niscaya membentuk Anda menjadi seorang pebisnis genius, tidak peduli apapun bidang usaha Anda dan seberapa besar skala bisnis Anda. Mulai dari /small business/ sampai /giant business/ perlu menjalankan /Strategenius/ agar mampu mencapai 5 poin kesuksesan usaha : meningkatkan penjualan, memaksimalkan profit, menyingkirkan pesaing, memukau pelanggan, dan menjadi pemimpin pasar.

Anda BISA menjalankan /Strategenius/. Anda BISA menjadi pebisnis genius. Anda BISA meraih Sukses. Siapkah Anda?

Rabu, 05 Januari 2011

MENGRITIK?

ADA ETIKANYA. LHO..

Mengkritik orang memang mudah. Cari saja kesalahan yang dia lakukan, lalu berikan pendapat yang menurut versi Anda benar. Namun mengritik juga bisa menjadi perkara yang tidak mudah, jika ternyata cara penyampaian Anda salah. Bisa-bisa, Anda malah membuat orang yang dikritik tersinggung sehingga hubungan Anda berdua jadi rusak.
Coba ikuti langkah berikut ini dalam memberikan kritik.
• Jelaskan secara spesifik masalah yang Anda kritik dan ingin diperbaiki
• Jangan menghakimi
• Berikan kritik dengan kepala dingin, jangan pada saat Anda dan orang yang ingin Anda kritik berada dalam keadaan sama-sama emosi dan kepala ‘panas’
• Usahakan tak mengkritik di depan umum, kecuali jika memang masuk ke ranah kepentingan public
• Jangan menunda, lakukan sesegera mungkin
• Jangan terlihat menyerang
• Yang penting, Anda harus bisa memberikan solusi dans aran perbaikan

SUMBER : Men’s Health Indonesia edisi Januari 2011