Rabu, 25 Desember 2013

Bukan Pengemis Biasa


“Ini bukan pekerjaan, Kang!” protes Siti sambil menepis kaleng bekas susu yang menganga lapar di atas meja. Beberapa keping seratus Rupiah terlempar. Menggelinding, tepat di ujung kaki Ladun.
Laki-laki setengah tua itu mendongak. Wajahnya merah. Geram, sebab amarah yang meledak di ubun-ubun kini luber.
“Dasar istri tak tahu terima kasih!” gerutunya dengan dada bergemuruh. Tubuh bongkoknya berusaha bangkit, seraya mengumpulkan serakan receh di tanah.  Mata Kamaladun menyala. Tak terima dengan hinaan Siti yang ia hidupi dengan satu-satunya cara yang hanya bisa dilakoni: mengemis. Ia tak habis pikir kenapa Siti semakin berani melawan setelah beberapa kali gagal membujuk dirinya untuk berhenti menjadi  peminta-minta. Apa karena program Walikota baru,  yang menawarkan pekerjaan menjadi pembersih jalanan kepada para gepeng itu?
 “Aku tak mau terus-terusan begini, Kang! Kalau Akang tidak mau ikut program Pak Walikota Kenapa kita tidak pulang kampung saja?” Hujan air mata menganak sungai di pipi tirus perempuan empat puluhan itu. Siti tak peduli, meski hati suaminya bergelegak lantaran ocehannya. Ia hanya ingin menjadi istri biasa seperti perempuan lainnya. Tinggal di rumah, memasak, menunggu suaminya pulang bekerja, mengurus anak, sambil sesekali membantu suami memenuhi kekurangan kebutuhan dapur jika memang nafkah yang diberikan kurang. Bukan menjadi peminta-minta dengan kaleng kosong dan tatapan mata menghiba.  Atau paling banter menjadi pengamen jalanan dengan kecrekan tutup botol, dan ikut-ikutan menjadi pembersih kaca mobil dengan kamoceng butut  atau kain pel karet murahan. Bukan bekerja, mencari nafkah tanpa merengek belas kasihan orang lain. Tapi watak suaminya yang keras itu tak pernah menggubrisnya.
“Ti,  kita ini bukan pengemis biasa,” selalu kalimat itu yang terlontar dari getar bibir Ladun. Ia tak tahu, tak pernah tahu tepatnya kenapa dirinya selalu merasa berbeda dibandingkan dengan pengemis lainnya.
“Apa bedanya coba, Kang? Apa karena tubuh Akang bongkok, jadi Akang hanya pantas meminta belas kasihan orang?”
“Cukup!”
“Kang, Siti  tidak malu jadi istri Akang. Siti juga tidak malu kalaupun kita pulang ke kampung dan Akang kembali menjadi buruh tani. Siti hanya ingin Akang berhenti menjadi pengemis!” pekik Siti dengan urai air mata tiada henti. “Apalagi sekarang, Akang tidak mungkin menjadi buruh tani lagi, kan? Kita sudah kaya, Kang! Apalagi yang kita cari?”
*
Ladun masih merasa bahwa dirinya bukanlah pengemis biasa. Laki-laki itu sudah belasan tahun menjadi gepeng bersama istrinya di pinggiran kota Bandung. Tiga orang anak ditinggalkan di kampung  beserta nenek dan kakek mereka. Kehidupan lebih dari cukup menjadi  jaminan masa depan bagi ketiga anaknya. Dengan menjadi pengemis di jalanan, diselingi mengamen atau jadi calo angkot, kini ia sudah memiliki sebuah rumah besar dan beberapa petak sawah yang digarap tetangga. Ladun, bahkan menjadi donatur tetap untuk kegiatan sosial dan keagamaan di masjid tanah kelahirannya.
“Kalau Akang jadi penyapu jalan seperti yang Walikota baru itu sarankan, berapa penghasilan yang bisa kita terima, Ti? Jauh dari cukup!” di sela-sela risau yang merangsai hati istrinya, Ladun melontarkan alasan.
“Tapi hidup kita akan jauh lebih bermartabat, Kang,” tukas Siti tak mau kalah.
“Bermartabat? Dengan uang ratusan ribu, mana bisa kita makan, menyekolahkan anak, dan membiayai hidup orangtua kita, Ti? Mana mungkin kita mampu membantu orang-orang yang kesusahan di desa sedangkan untuk makan di sini saja kita harus berhutang?”
Itulah beda Kamaladun dengan pengemis lainnya. Bukan karena tubuhnya yang bongkok sejak lahir. Bukan! Tapi apa yang  sudah dihasilkannya dari mengemis, ia pakai untuk berbagi dengan sesama. Lalu, apakah ia  harus berhenti meneruskan semuanya hanya gara-gara program Wali Kota yang baru dilantik itu? Ladun menggelengkan kepala. Apa salahnya mengemis? Toh, meminta itu jauh lebih baik daripada mencuri. Daripada korupsi! 
Tapi, kenapa laki-laki itu malah melarang orang lain untuk berinfak?  
Kamaladun menjambak rambutnya. Diam-diam hatinya galau. Apa yang dikatakan Siti ada benarnya juga. Martabat… Hidup ini harus bermartabat! Tapi bagaimana jadinya jika ia berhenti mengemis? Akankah pulang ke desa bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik?
“Kita harus percaya bahwa Tuhan sudah menjamin rezeki masing-masing hambanya. Tuhan tidak suka pada peminta-minta,” sambung Siti dengan raut tenang. Pikirnya, barangkali pelan-pelan, Ladun akan menuruti sarannya. Berhenti menjadi peminta-minta, dan pulang ke kampung halaman.
“Tuhan tidak suka kepada peminta-minta yang memaksa, itu yang benar, Siti. Dan aku tidak pernah meminta siapapun dengan cara memaksa!” ralat Ladun menyatir sabda Rasul.
“Sudahlah, Kang, pokoknya Siti mau pulang. Dengan atau tanpa Akang!” Akhirnya mulut perempuan itu mengultimatum.
Kamaladun mematung tak berdaya.
*
            Berhari-hari pikiran Kamaladun risau. Ia pergi menuju perempatan jalan seperti biasa, tapi hatinya mengembara entah ke mana. Terngiang terus ucapan Siti. Terbayang pula wajah ketiga anaknya, kedua orangtuanya, juga warga kampung yang selama ini menganggap Kamaladun dan Siti sebagai dewa penolong mereka. Bagaimana jika mereka tahu apa yang Ladun dan Siti kerjakan di kota? Bukan sebagai pengusaha seperti yang selalu mereka gemborkan, melainkan hanya seorang pengemis jalanan yang mengharap belas kasihan orang?
            Ladun masih ingat saat ia bertemu dengan tetangga kampungnya  yang kebetulan sedang berada di dalam sebuah bis yang berhenti di perempatan tempat biasa Ladun mengemis. Jantung Ladun nyaris copot. Hampir saja ia ketahuan kalau saja wajahnya tidak ditutup dengan masker dan topi butut. Ia sangat panik, jauh melebihi rasa takut saat ada razia satpol PP.
Pandangan Ladun menabrak spanduk besar bertuliskan ‘Mari Jadikan Bandung Juara’ dan spanduk lain yang melarang pengguna jalan memberikan infak kepada pengemis. Ladun miris melihat kain-kain vinil itu bertebaran di mana-mana. Apa yang salah dengan mengemis? Kembali batinnya berontak.
            Gara-gara spanduk-spanduk larangan bersedekah kepada peminta-minta itu, Ladun dan pengemis lainnya kini kesulitan mendapatkan uang hasil buruan. Tidak ada lagi uang kertas seribuan yang menyembul  dari celah jendela mobil. Tidak ada lagi tangan mungil  yang mencuat dari sela-sela jendela kaca, yang menjatuhkan koin lima ratusan pada plastik bekas kemasan permen saat para pengemis itu menyentuhkannya ke kaca mobil sambil memasang wajah memelas.
            Dan kali ini, pemerintah kota berhasil membuat wajah-wajah pengemis itu benar-benar memelas. Tetapi, gurat wajah mereka sudah tegas terbentuk akibat garangnya mentari, hingga urat expresi selain sedih menghilang. Ladun bahkan merasa urat malunya pun telah putus sejak lama. Yang penting baginya kelangsungan hidup, dan bisa berbagi untuk warga di daerahnya.
            Dari hari ke hari, jumlah pengemis jalanan berkurang. Entah mereka pindah ke mana. Entah dijaring petugas, atau dengan sukarela pergi dan merubah status hidup dengan pekerjaan yang lebih baik. Ataukah satu persatu dari mereka melakukan pensiun dini.
            Ladun pun kini tinggal sendiri. Siti sudah lebih dulu meninggalkannya. Istrinya itu pamit pulang sejak subuh tadi. Meski Ladun berat, tapi ia menghargai apa yang sudah menjadi pilihan istrinya.
            “Maafkan Siti, Kang. Bukannya Siti tidak turut suami. Tapi Siti lebih baik mengurus anak-anak di kampung, memulai usaha sebisa Siti, daripada terus-terusan membatin dengan pekerjaan ini.”
            Ladun hanya diam. Membenarkan, sekaligus juga menyalahkan pilihan istrinya. “Sudahlah,” pekiknya, “Kalau itu memang maumu!”
Diam-diam tersusun rencana dalam benaknya untuk mempertimbangkan ajakan istrinya: mengakhiri masa tugas menjadi duta peminta-minta yang sekian tahun disandangnya. Hanya saja separuh hatinya masih berat untuk meninggalkan semua kenyamanan yang ia peroleh selama ini.
“Akang, nanti menyusul,” sambung Kamaladun dengan wajah tertunduk. Ia mengalah pada nasib yang selama ini mengombang-ambing hidupnya. Batinnya berkecamuk hebat untuk memutuskan perubahan besar dalam hidupnya itu.
             Terik mentari yang baru muncul setelah hujan reda pagi tadi, menuntut Ladun untuk tetap bertahan di tengah jalan. Mengacungkan kaleng susu bekas yang sudah ia kosongkan dari uang recehan yang semakin sedikit ia dapat. Tapi ia tak putus asa. Ini sudah menjadi tekadnya. Hari ini akan menjadi hari terakhir baginya menjadi pengemis jalanan. Ia harus mendapatkan cukup uang untuk ongkos pulang ke desa setelah semalam semua tabungan ia kuras dan berikan kepada istrinya.
            Tapi sayang, nasib berkata lain. Hari itu adalah jadwal rahasia Satpol PP merazia para gepeng. Ladun nyaris tertangkap kalau saja ia tidak dibantu temannya yang selama ini kerap mendapatkan bantuannya juga. Mereka berlari menuju sungai yang saat itu masih deras akibat hujan mengguyur Bandung sejak semalam. Ladun bersama temannya berhasil melompat pagar pembatas jalan. Ia bersembunyi diantara gorong-gorong jalan di atas bibir sungai. Tetapi saat ia berusaha menuruni dinding jalan menuju tempat yang lebih tersembunyi, kakinya menginjak bagian berlumut yang licin. Tubuh bongkok Ladun terjungkal dan terjerembab ke sungai. Pekiknya sama sekali tak terdengar. Bahkan temannya pun tidak tahu jika Ladun terseret arus sungai ke tempat yang lebih jauh.
*
            Jemari-jemari kecil itu bergantungan pada lengan ibunya yang ringkih. Sesekali kedua anak kecil menarik ujung baju si ibu sambil menangis. Mereka tidak tega menyambut bapak mereka yang datang dalam keadaan memprihatinkan. Kaki berbalut perban dengan tongkat di kiri dan kanan terapit di ketiaknya.
Warga yang juga dating menyambut, berlarian membantu menurunkan laki-laki itu dari sebuah kendaraan umum yang disewa khusus dari kota. Langkahnya tampak begitu sangat kesakitan.
“Akhirnya Bapak pulang,” pekik Siti sambil menuntun kedua anaknya berjalan elbih cepat untuk memeluk Ladun.
Mereka berpelukan sambil menangis haru. Dan bahagia. Dalam keadaan bagaimana pun Siti berharap Kamaladun pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga.

~ Selesai ~

Penulis adalah seorang karyawan swasta yang juga pendiri sebuah Rumah Baca Pustaka Ilmu di daerah Margaasih Bandung, juga creator dari komunitas penulis di facebook bernama Inspirasi-ku. Kecintaannya pada dunia baca dan menulis sudah melahirkan beberapa karya berbentuk Novel dan kumpulan cerpen. Penulis bisa dihubungi melalui email kamiluddinazis@gmail.com atau pesawat telpon 083829021076





Sabtu, 21 Desember 2013

Selamat Hari Ibu

Hari ini aku tidak pulang dan memeluk Umi seperti setiap 22 Desember tahun-tahun sebelumnya.
Aku tahu, Umi mungkin tidak pernah mengharapkan hadiah apapun di hari spesial ini. Peluk dan cium serta tentu saja doa sudah pasti itu yang terpenting baginya. Biasanya aku selalu memanjakan Umi ketika semua orang merayakan Hari Ibu. Ya, hari ini selalu aku jadikan sebagai hari ulang tahun beliau karena kami tidak memiliki data akurat tanggal kelahirannya. Sebuah kado meskipun sederhana selalu membuat Umi bahagia. Namun sayang, tahun ini aku tidak memberikannya.

Salam sayang dan doa senantiasa nanda panjatkan untuk kesehatan dan kebahagiaan Umi. Selamat hari Ibu ya Umi, semoga Allah memberimu umur panjang dan bahagia dunia akhirat. 

peluk cium anakmu
ka

cuplikan cerpenku untuk Umi

Cuplikan Cerpen : SEBUTIR BERAS, SEGENGGAM CINTA UMI


dalam Kumcer "Ibu Dalam Kehidupanku"

Siang itu matahari berada persis di atas ubun-ubun. Terik nyaris membuat kepalaku berasap. Tapi aku tak peduli. Aku terus berjalan di atas pematang sawah bertanah retak. Ingatanku tertuju hanya padanya. Umi.
                Hawa sejuk menyambutku. Memenuhi rongga pernapasan, membuat sesak akibat berjejalan di dalam bis kota selama dalam perjalanan tadi menguap sudah. Aku menikmati saat-saat itu sebagai bagian dari rasa syukur  yang selalu Umi ajarkan. Pun pada saat kami menghadapi betapa peliknya hidup ini.
                “Sabar, itu nomor satu anak-anak. Yang kedua, ucapkan syukur setiap waktu. Semakin sering kita bersyukur, akan semakin bertambah nikmat yang Tuhan karuniakan kepada kita,” ucap Umi pada suatu senja berselimut lembayung. Aku dan adik-adik mengelilingi Umi, menikmati lembayung indah nan penuh warna sambil meresapi setiap petuahnya.
                Umi adalah ibu yang sangat penyabar. Kesulitan hidup yang dilaluinya selama menikah dengan Abah adalah bagian dari kenikmatan yang selalu disyukurinya. Lima puluh tahun lebih Umi melewati  semua. Berbagai cobaan tumpang tindih, tetapi kesabaran Umi sanggup mengalahkan badai sehebat apapun. Umi mengajarkan kepada kami, bahwa hidup ini bukan untuk dikeluhkan, tetapi untuk dijalani dengan tulus dan ikhlas. Kami -anak-anak Umi bersepuluh-, adalah buah cinta yang Tuhan berikan sebagai pelengkap kebahagiaannya. Begitu pengakuan Umi yang membuat cinta kami semakin besar padanya.
                Tinggal beberapa petak sawah yang harus kulalui. Rindu ini rasanya semakin membuncah. Sejak aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja di luar kota, praktis kesibukanku menyita waktu. Untuk sekedar menjenguk Umi saja aku nyaris tidak bisa. Dan dua bulan sudah -sejak keluarga kami pindah ke kampung ini-, aku belum menengok Umi, Abah dan adik-adikku lagi. Dulu, kami tinggal di sebuah kota kecil, tempat persinggahan para wisatawan yang melintas dari Jakarta ke Bandung. Tapi kota itu makin semrawut dan membuat kehidupan kami tak nyaman lagi. Apalagi adik-adikku sedang dalam proses tumbuh remaja. Pergaulan yang kurang baik di tempat tinggal kami sebelumnya sangat riskan bagi perkembangan jiwa mereka. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah dan memulai kehidupan yang baru di kampung kecil ini.
                Sejak pindah itulah kehidupan kami mulai mengalami kesulitan yang lebih besar. Abah mulai jarang berangkat kerja. Selain jarak tempat kerja Abah cukup jauh dari kampung, kesehatannya pun mulai menurun. Sesekali, saat merasa cukup sehat, Abah pergi ke pasar, tempat dulu ia bekerja -sebagai petugas security-, dan menjalankan tugasnya. Tetapi karena Abah sering mangkir, kerap gajinya dipotong oleh bagian administrasi. Bahkan pada akhirnya Abah diberhentikan. Meskipun demikian Abah masih tetap berangkat ke pasar sekedar untuk mengais rezeki dengan cara apapun, dan pulang dengan hasil seadanya. Meski lebih sering pulang dengan tangan hampa.
                Sebagai seorang istri, juga ibu, Umi menerima keadaan ini dengan lapang dada. Ia lebih memilih tinggal di kampung dengan kehidupan sederhana dan kekurangan, daripada tinggal di kota dan menyaksikan anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik. Pergaulan bebas dengan berbagai risiko  berat, terutama berkaitan dengan miras dan narkoba, adalah penyakit masyarakat yang sulit dibasmi. Kehidupan yang bukan merupakan pilihan, tetapi saat kita berada dalam lingkungan yang dominan  seperti itu, dengan sendirinya kita akan terjebak hingga sulit untuk melepaskan diri. Umi rela turun ke sawah untuk menjadi kuli menanam padi, menyiangi gulma, dan memotong padi saat panen tiba. Bahkan ketika para pemilik sawah sudah tidak memerlukan pekerja lagi, Umi rela memungut sisa-sia padi hasil panen yang terbuang di tanah. Kegiatan yang tidak pernah Umi lakukan selama kami tinggal di kota. Apalagi saat Abah masih bekerja. Tetapi, dengan ketulusan hati dan kebesaran cintanya kepada kami Umi rela melakukan semuanya.
                “Assalamualaikum….” sapaku lembut membuat seorang perempuan setengah baya berkerudung abu-abu mendongak. Ia lalu berdiri dari duduknya dengan senyum mengembang, bagai bunga matahari yang baru mekar.
                “Waalaikum salam…. Ais!“ Pekiknya. Aku menghambur memeluknya. Mencium punggung tangannya, lalu kedua pipinya. Umi mencium keningku dengan mata berkaca-kaca. “Kamu sehat, nak?”
                “Alhamdulillah, Umi. Gimana kabar, Umi?” tanyaku sambil tetap menggenggam tangan Umi. Tangan itu kini terasa kering dan kasar. Tempaan berat yang dihadapi Umi sudah menyusutkan tubuhnya yang dulu gemuk. Wajahnya mulai menua dengan gurat-gurat lelah yang tidak bisa disembunyikan. Bahkan gigi-giginya mulai tanggal satu persatu. Tetapi genggaman tangan itu, pancaran mata itu, dan senyum dengan gigi ompong itu telah mengalirkan cinta dalam diriku.
                “Umi baik. Abahmu itu, sudah mulai batuk-batuk lagi. Gimana kuliahmu?” Umi membawaku masuk dan menemui Abah. Hawa dingin menetralisir keringat yang membanjir di sekujur tubuhku. Aku melepas kemeja dan membiarkan singlet tetap melekat di tubuhku agar keringat ini segera menguap. Kutemui Abah yang sedang berbaring di ranjangnya. Mencium tangannya lalu memijit-mijit kakinya sambil menanyakan kabar dan sesekali menirukan nasihat Umi agar Abah berhenti merokok, dan mengurangi minum kopi.
                Aku membuka isi ranselku dan mengeluarkan beberapa bungkus makanan yang kubawa sebagai oleh-oleh. “Ini, Mi, roti kesukaan Umi. Roti unyil.” Aku mengambil satu potong roti super mini itu dan menyuapi Umi. Mata Umi mengerjap-ngerjap, menikmati lezatnya roti isi keju itu. “Enak, Mi?” tanyaku girang.
                “Enak-lah, Ais. Ini kan roti mahal. Kamu gak usah boros-boros begini,” balas Umi.
                “Sekali-kali, Umi. Ini juga karena ada sisa gajian. Semester ini kan Ais dapat beasiswa lagi, jadi ada uang lebih, Mi,” ucapku membanggakan diri.
                “Alhamdulillah kalau begitu. Ais sudah makan?” balas Umi.
                “Belum, Mi. Umi masak apa?” aku langsung ngiler membayangkan ikan asin dan sambal terasi buatan Umi yang selalu membuat selera makanku memuncak.
                “Sebentar ya, Is. Berasnya masih Umi bersihkan. Adik-adikmu lagi Umi suruh cari kayu bakar. Kamu tahu kan, minyak tanah sekarang ini mahal banget.” Umi lalu bergegas menuju tempatnya tadi duduk. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena kehadiranku yang tiba-tiba.
                “Kemarin Abah ke pasar. Pas turun beras di tengkulak. Biasalah Abahmu, nyapu-nyapu. Ya ini hasilnya,” kata Umi saat aku jongkok melihat apa yang Umi lakukan.
                Menyapu? Terbayang di pelupuk mataku, bagaimana Abah memungut beras-beras yang tercecer saat karung-karung berisi kwintalan beras itu diangkut para kuli dari truk menuju agen-agen beras. Beras-beras yang berceceran itu  sudah pasti bercampur dengan kerikil dan pasir. Dan yang Umi lakukan di hadapanku saat ini adalah memisahkan beras-beras itu dari pasir-pasir hitam yang lebih banyak jumlahnya. Butiran beras putih itu akan menjadi nasi yang kami makan malam ini.
                “Kalau tidak begini, bagaimana adik-adikmu bisa makan, Is. Apalagi sekarang bukan musim panen, jadi Umi gak bisa bantu-bantu kuli. Kalau panen Umi bisa mungut gabah. Lumayan bisa Umi kumpulkan dan hasilnya bisa digiling jadi beras.” Jelas Umi saat melihat aku berubah diam.
                Mataku tiba-tiba terasa berat. Dalam sekali kedip, genangan air tumpah. Bergulir, menyaput pedihnya hati ini. Menelusuri kelamnya kehidupan keluarga kami. Bersyukur kami memiliki Umi. Tak terbayang bagaimana kehidupan kami tanpa beliau. Kesabaran hati Umi adalah permata bening paling berharga di rumah kami.  * * *

Nikmati cerpen-cerpen apik dari 31 penulis lainnyadalam buku :
Ibu Dalam Kehidupanku

Jumat, 20 Desember 2013

(Bukan) Review Buku "Penjaja Cerita Cinta"

Sejak 'Penjaja Cerita Cinta' yg dibalut 'cinta' dan dikirim dengan penuh 'cinta' oleh si Penjaja Cerita Cinta bernama @Edi_Akhiles dari Yogya tiba di hadapanku seminggu yang lalu, menyeruaklah rasa cinta dan hasrat untuk segera ‘menelanjangi’ lembaran jiwa dengan berbagai ornamen unik dan lucu itu.
Dengan balutan baju berwarna coklat muda dan krem (apa broken white ya #samarwarna) buku setebal 192 halaman ini mampu menyihir. Saya pun tak sabar untuk melumatnya.
Namun seperti kata si Penjaja Cerita Cinta dalam pengantarnya, jangan buru-buru menyimpulkan apa pun sebelum kita usai membaca seluruh isinya. Ya, ya… karenanya disela kesibukan (yang dibuat tampak sok sibuk), saya melahap kumpulan cerpen ini hingga tandas, dalam waktu… hemh… lebih dari 1 minggu (saya memang pembaca yang lelet, maklum, biasa serba mencicil, jadi habit itu kebawa ke aktivitas membaca juga).
Well, membaca #PenjajaCeritaCinta, saya tergiring untuk mengenal sosok sang penulis yang sejauh ini saya kenal luarnya saja, lebih jauh lagi. Ternyata laki-laki yang lahir di Lalangon Sumenep ini jika diibaratkan buah, dari kulit luarnya yang indah mengkilat sudah tercium harum yang menggoda. Dan setelah dikupas wangi itu semakin menggetarkan (hehe… agak lebay ya, tapi untuk pembuktiannya, sepertinya memang harus konfirmasi ke Mama Diva dulu sih…) Laki-laki yang sedang menyelesaikan pendidikan S3 ini sangat dermawan. Saya mendapat banyak sekali bocoran tentang kebaikan-kebaikan beliau, selain memang terbukti melalui tindakan nyata, salah satunya ialah dengan #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaanyang baru-baru ini beliau launching. Super duper, luar biasa kalau menurut saya mah! Jarang sekali seorang CEO sebuah penerbitan besar mau terjun langsung membidik pembaca yang benar-benar membutuhkan bahan bacaan berkualitas, TANPA PAMRIH. Apalagi mencari keuntungan!
Lha kenapa jadi bahas pribadi si penulis ya, la wong niatnya juga mbahas bukune, maksudnya bukunya yang berjudul Penjaja Cerita Cinta itu tadi.
Ok, ok… saya mulai ya review yang bukan review ini.
Pertama, yang ingin saya sampaikan ialah lagi-lagi rasa kagum saya terhadap penulis yang bukan saja piawai merangkai kata dengan diksi pas menggigit, makjleb menyindir dan beu… bikin napas sesak karena sedih dan haru, tetapi juga pandai berdakwah tanpa terkesan menceramahi atau menggurui. Pesan moral yang tersembunyi terasa kental di hampir semua cerita yang disuguhkan dalam kumcer ini.  Lima belas cerpen ini benar-benar merupakan Cerita Beribu Rasa dengan Ragam Teknik Bercerita yang tidak saja unik dan tak terduga, tetapi juga sangat inspiratif. Terlebih di akhir buku penulis memberikan tips menulis yang tidak pernah dibagi penulis lain.Bahkan tidak sungkan membuka diskusi dan menjawab pertanyaan calon-calon penulis yang masih dalam tahap belajar melalui kicauannya di twitter.
Kedua, saya penasaran bagaimana cerpen-cerpen dalam PCC ini terasa hidup dan sepertinya tidak asing dengan fenomena yang ada di sekitar. Tokoh-tokohnya seperti satu sisi lain dalam diri saya, atau teman saya, atau orang yang pernah saya kenal. Apalagi penulis mengaku beberapa diantara cerpen ini ditulisnya dalam sekali duduk. Atau justru berhari-hari hingga menguras emosi jiwanya. Heuheu… Terasa betul beberapa diantara cerpen PCC (selain cerpen utamanya Penjaja Cerita Cinta itu sendiri yang memang yahud, gilak, panas, berontak, kelonjotan) sarat akan pesan moral dan sindiran sosial (eh, ada nggak ya yang begitu, atau hanya perasaan saya saja? Hehe)
Ketiga, haduh… di beberapa cerpen, saya harus banyak minum atau mengalihkan perhatian ke hal-hal lain dulu (supaya tidak tersedot terlalu dalam ke dalam jalan cerita). Saya juga bolak-balik toilet karena sering kebelet pipis (ya ealah, kan tadi banyak minum…)
Lha Kenapa emangnya?


Ya, kalau pengin tahu kenapa, ya sudah buruan beli bukunya terus baca deh hingga tuntas. 
Bisa beli di Gramedia, Togamas, atau pesan ke penerbit langsung juga bisa.

Pemenang #HadiahUntukIbu

Hai guys...

Terima kasih ya sudah berpartisipasi dalam lomba kecil2an #HadiahUntukIbu.
Dari 10 peserta, sudah terpilih 1 pemenang yang beruntung. Hadiah bahkan sudah dikirim tadi sore. Semoga bisa sampai ke alamat Ibu peserta tepat tgl 22 atau paling tidak Senin pagi.

Lalu pertanyaannya, siapakah orang  yang beruntung itu?
Mohon maaf, terpaksa saya harus merahasiakannya sampai dengan tanggal 22. Atau sampai hadiah tersebut tiba di alamat yang dituju dan pemenangnya memposting kemenangannya.

Sambil menunggu, kalian bisa lanjut dengan event lain : #TantanganMenulis deadlinenya hari Minggu.

Infonya silakan klik di sini

salam
ka

Minggu, 08 Desember 2013

GA Novel #CintaTakMendendam Petra Shandi

Siapa juga yang nggak mau dapat Give Away novel yang masih fresh from the open, dari penulis yang juga masih segar, energik dan full senyum. Sebuah novel berjudul #CintaTakMendendam akan menjadi debut pertama yang akan melecut karya-karya Petra Shandi selanjutnya.

Sebelum memutuskan mau, mau dan mau, intip dulu penampakan novelnya :

 


Masa iya nggak mau...
Yo wiss, catat gimana cara dapetin novel ini secara gratis :
1. Buat status 'Galau' kamu dengan memakai hastag #CintaTakMendendam
2. Mention @ezarsatria @kamiluddinazis dan seorang temanmu
3. Share sekali saja info lomba ini di twitter/fb kamu, boleh mention teman, boleh juga tidak.
4. Boleh nge-tweet sebanyak-banyaknya dengan mention 1 orang teman berbeda disetiap tweet-nya (mention dua orang kuncen di atas, teuteup...)

Gampang, kan?!

Kuis ini dibuka mulai 8 Desember 2013 jam 6 sore nanti dan ditutup tgl 25 Desember 2013 jam 6 sore.

Pengumuman 3 orang pemenang pada 1 Januari 2014.



Kamis, 05 Desember 2013

Hadiah untuk IBU


Free for Mom



Eittt tunggu dulu, hadiah ini bukan untuk kamu lho, tetapi untuk IBU-mu sebagai hadiah HARI IBU tahun ini.

Caranya gampang banget ...

1. Buat sebuah surat, ataupun cerita super pendek (maksimal 200 kata) yang ditujukan untuk menunjukkan rasa sayang dan cinta kamu terhadap Ibu. Dan tentu saja ucapan terima kasih dan doa-doa terindahmu. Si akhir karyamu, tuliskan nama dan alamat Ibumu ya.(Jika tulisan didedikasikan untuk seseorang yang bukan ibu kandung juga boleh, seperti Guru, ibu angkat, dll yang kamu anggap sebagai pengganti ibumu yang telah tiada misalnya, maaf...)

2. Kirim karyamu ke alamat email saya aja : kamiluddinazis@gmail.com dengan subjek
    FM : Judul karya spasi namamu.
    Ingat nggak perlu panjang-panjang, maksimal 200 kata saja ya...

3. Like Fans Page sponsornya ya : Tupperware Promo Diskon

4. Semua karya akan diposting di blog Pustaka Inspirasi-ku kamu boleh langsung memberikan komentar setelah karya di-publish


5. Lomba ditutup tanggal 18 Desember 2013. Karya terpilih akan mendapat 1 paket Tupperware di atas. Jika pesertanya banyak, bisa saja ada hadiah tambahan untuk karya terilih lainnya.
Tunggu Pengumumannya tgl 20 Desember 2013. Dan hadiah akan dikirim langsung supaya tgl 22 sudah sampai ke alamat ibumu. Hemh kalau pesertanya banyak, mungkin akan

Yok berikan hadiah untuk Ibu melalui karya sederhanamu.

salam
@kamiluddinazis
:)







LOMBA MENULIS CERPEN INSPIRATIF TEMA IBU

EVERLASTING WOMEN


Menyambut hari Ibu tanggal 22 Desember 2013, UNSA (UNTUK SAHABAT) kembali bekerjasama dengan penerbit De Teens, menggelar lomba dengan tokoh utama seorang Ibu. Everlasting Women adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan jasa seorang Ibu yang akan selalu abadi di hati putra-putrinya.


Lomba Menulis Cerpen

Naskah yang diinginkan untuk lomba menulis cerpen kali ini adalah cerpen inspiratif yang kaya akan pesan moral agar pembaca makin mencintai dan menghargai pengorbanan seorang Ibu. Jika Anda tertarik mengikuti lomba menulis cerpen ini, silakan ketahui syarat-syaratnya:
  • 1. Tokoh utama dalam cerita adalah seorang Ibu.
  • 2. Cerpen boleh berdasarkan kisah nyata atau hanya fiksi, dengan tema: Bebas.
  • 3. Jika cerpen berdasarkan kisah nyata diberi keterangan di akhir naskah dengan tulisan: Based on true story. 4. Genre: Cerpen Inspiratif.
  • 5. Sudut pandang bercerita (POV): Bebas.
  • 6. Para peserta bersifat umum, tidak dibatasi usia dan juga latar belakang apa pun.
  • 7. Di akhir naskah dilengkapi dengan biodata narasi penulis (secukupnya) ditambah alamat lengkap dan nomor HP.
  • 8. Panjang nasksah 8-10 halaman A4, spasi 2, Margin: Top, Left (4cm), Bottom, Right (3cm).
  • 9. Judul file naskah: Penulis + Judul Naskah
  • 10. Subyek email: #EverlastingWomen
  • 11. Kirim tulisan kamu dalam bentuk attachment file ke: ibukuadalah@gmail.com (badan email biarkan kosong).
  • 12. 1 peserta hanya boleh mengirim 1 tulisan terbaik.
  • 13. Lomba ini dibuka mulai tanggal 1 Desember 2013 dan ditutup pada 31 Januari 2014, pukul 12 siang. (2 bulan).
  • 14. Lama penilaian 1 bulan setelah lomba.

Hadiah :
  • 10 naskah yang lolos akan disandingkan dalam satu buku dengan 10 naskah dari 10 penulis pilihan UNSA dan naskah akan diterbitkan oleh De Teens (Divapress).
  • Semua kontributor mendapat royalti penjualan dan 1 buku tanda terbit.
  • Akan ada hadiah tambahan bagi 10 naskah terpilih dari keluarga Ibuku Adalah Segalanya Bagiku, yang akan menjadi kejutan saat pengiriman hadiah bagi pemenang.

Mari bergabung bersama untuk berkarya! Mau tahu siapa saja penulis cerpen pilihan UNSA yang akan bergabung dalam EVERLASTING WOMEN?

Simak saja akan dipublish secara berkala siapa yang bergabung. InsyaAllah mereka akan memberi inspirasi bagi kita semua. Tidak hanya seorang yang dikenal berprofesi sebagai penulis yang akan bergabung. Ada motivator, pengusaha, blogger, artis, CEO, jaksa dan tentu penulis yang tidak asing lagi dengan karya-karyanya. Satu buku bersama mereka, (mungkin) akan menjadi motivasi tersendiri bagi kita semua untuk berkarya lebih berkualitas dan bermanfaat bagi semesta.

Segera kirim karya terbaik Anda!

Salam,
-Crew UNSA
-Penerbit De Teens.
-Penulis buku “Ibuku Adalah Segalanya Bagiku”


*Peserta disarankan:
follow twitter @unsa27 atau @de_teens dan @divapres01, like FP Ibuku Adalah Segalanya Bagiku.

*Peserta TIDAK WAJIB follow PJ lomba (Jazim Naira Chand) baik di facebook atau twitter

Semua informasi tentang lomba #EVERLASTING WOMEN akan disetting umum, jadi siapapun bisa mengakses informasinya.

Lomba menulis cerpen ini tidak berlaku bagi keluarga penulis buku "Ibuku Adalah..." dan "...Segalanya Bagiku (Ibuku Adalah 2)"

Sumber: FP Ibuku Adalah Segalanya Bagiku

Proyek Menulis Tema Profesi Bagian 2 - DIVA PRESS


Dicari (lagi) 5 penulis novel berjudul:
1.       THE DANCER
2.       THE PIANIST
3.       THE CHEF
4.       THE DOCTOR
5.       THE LAWYER

Syarat:
  •     Mampu menyelesaikan novel setebal 180-220 hlm, A4, spasi 2, TNR dalam waktu 4 bulan
  •     Bersedia menandatangani surat pernyataan kesanggupan bermaterai
  •     Punya sumber riset yang valid untuk karakter tokoh utama
  •     Tokoh utama berusia antara 25-30 tahun (young adult)
  •     Tidak sedang mengikuti proyek menulis lainnya dari pihak mana pun



Ketentuan:
  • Silakan kirim outline, sinopsis, dan sampel 1 bab ke: deteensmail@gmail.com, ditunggu sampai Minggu 8 Desember 2013, pukul 15.00 WIB.
  • Diharapkan mencantumkan sumber riset untuk tokoh yang akan dipakai dalam novel tersebut (lebih baik jika penulis dapat kontak langsung dengan yang bersangkutan bahkan melihat kehidupan sehari-harinya)
  • Proses penulisan per bab akan diawasi penuh oleh mentor #KampusFiksi



Masing-masing kandidat akan dihubungi via email oleh redaksi.

Sumber: https://www.facebook.com/notes/penerbit-diva-press/proyek-menulis-tema-profesi-bagian-2/631898460185275

Lomba Menulis Cerpen Genre Sastra Hijau

Berhadiah Total Rp 50 Juta + Perhutani Green Pen Award.


Hadiah:
Uang Tunai, Piagam dan Buku Menulia Sastra Hijau Bersama Perhutani
  • Peserta Kategori A (Pelajar SLTP dan SLTA)
  • Peserta Kategori B (Mahasiswa, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum)

Syarat-Syarat Lomba Menulis Cerpen:
1. Peserta lomba adalah: Warga Negara Indonesia, Pelajar SLTP dan SLTA (Kategori A) dan Mahasiswa, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum (Kategori , di di Tanah Air maupun yang bermukim di luar negeri
2. Lomba dibuka 22 November 2013 dan ditutup 22 Februari 2014 (Stempel Pos/Jasa Kurir)
3. Judul bebas, tema cerita: Kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan) dengan berbagai aspeknya terkait dengan hutan dan lingkungan hidup yang melingkupi eksistensi bumi
4. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif. Boleh menggunakan jargon bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa gaul untuk segmen dialog para tokoh cerita
5. Naskah yang dilombakan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran) dan belum pernah dipublikasi
6. Panjang naskah 5 – 10 halaman A4, ditik 1,5 spasi dengan huruf Times New Roman ukuran 12 font, margin standar.
7. Naskah diprint sebanyak 2 (dua) rangkap, file dimasukkan dalam CD dilampiri Biodata dan Identitas (Kategori A melampirkan fotocopy Kartu Pelajar/Surat Keterangan dari Sekolah; Kategori B melampirkan Kartu Mahasiswa/KTP bagi Mahasiswa, Guru, Dosen dan Umum melampirkan Fotocopy KTP). Cantumkan alamat, Telepon/HP dan E-mail yang mudah dikontak.
8. Peserta wajib melampirkan tulisan singkat tentang salah satu kegiatan Perum Perhutani. Tulisan ditik rapi sebanyak 70 – 100 kata, diperbolehkan menambahkan foto apabila ada. Sumber informasi mengenai Perum Perhutani dapat diaskes di Situs Resmi: www.perumperhutani.com atau dari internet, surat kabar, majalah dll dengan menyebut sumbernya
9. Peserta mengirimkan karya i 1 (satu) judul, maksimal 2 (dua) judul, dikirimkan ke Panitia Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan (LMCHL) Perum Perhutani – Jl. Gedung Hijau I No.17 Pondok Indah, Jakarta Selatan 12450
10. Naskah yang dilombakan menjadi milik penyelenggara, hakcipta pada pengarang
11. Pemenang diumumkan 22 Maret 2014 melalui Situs: www.perumperhutani.com, www.rayakultura.net dan Grup-Grup Penulis di Jejaring Sosial


Hadiah Bagi Pemenang Kategori A
  • - Pemenang 1: Perhutani Green Pen Award + Uang Tunai Rp 4.000.000,-
  • - Pemenang 2: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 2.000.000,-
  • - Pemenang 3: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 1.000.000,-
  • - 3 (Tiga) Pemenang Karya Unggulan, masing-masing mendapat hadiah Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 750.000,-
  • - 50 (Lima Puluh) Pemenang Harapan mendapat Piagam Perhutani Green Pen Award
Hadiah Bagi Pemenang Kategori B
  • - Pemenang 1: Perhutani Green Pen Award + Uang Tunai Rp 5.000.000,-
  • - Pemenang 2: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 3.000.000,-
  • - Pemenang 3: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 2.000.000,-
  • - 3 (Tiga) Pemenang Karya Unggulan, masing-masing mendapat hadiah Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 1.000.000,-
  • - 50 (Lima Puluh) Pemenang Harapan mendapat Piagam Perhutani Green Pen Award

Catatan:
1. Seluruh Pemenang Lomba Menulis Cerpen mendapat Buku Seni Menulis Sastra Hijau
2. Informasi Perhutani Green Pen Award dapat diakses di www.perumperhutani.com dan www.rayakultura.net
3. Bagi yang ingin mendalami Sastra Hijau dapat mengakses Artikel-artikel Penulisan Sastra Hijau di Situs: www.rayakultura.net

Jakarta, 22 November 2013
Naning Pranoto – Koordinator Lomba Menulis Cerpen Genre Sastra Hijau

Rabu, 04 Desember 2013

GO GREEN



3R, PALING SEDERHANA UNTUK DILAKUKAN

Beneran deh, semakin ke sini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan, semakin membaik.  Kampanye Go Green yang sering digelar oleh aktivis lingkungan ataupun instansi yang peduli terhadap isu keamanan lingkungan sedikit banyak berpengaruh terhadap pergeseran pola pikir masyarakat, terutama di daerah perkotaan yang notabene penyumbang terbesar kerusakan lingkungan.
Sebagai makhluk bumi mau tak mau kita harus menjaga dan melestarikan alam, bagaimanapun caranya. Kalau merasa berat menjadi anggota pecinta lingkungan dengan ikut andil menanam pohon-pohon di lahan terbuka, kita bisa memulainya dengan tindakan sederhana.  Pasti semua sudah pada tahu kan, metode umum yang gencar dipublikasikan di mana-mana : 3R (Recycle, Reuse dan Reduce)
Ok… ok… kalau begitu saya ingetin lagi deh, barangkali ada yang hanya tahu dan ngeh kepanjangan 3R-nya saja.Tapi mau ngapain dengan 3R itu, masih bingung.

Reduce ialah mengurangi pemakaian bahan-bahan yang berkontribusi merusak alam. Kurangi menggunakan bahan-bahan yang tidak terlalu perlu, seperti tissue, popok bayi, juga kantong plastik saat belanja ke supermarket. Tidak perlu minta tambah saat belanjaan banyak. Sebaiknya membawa kantong besar dari rumah, atau kantong khusus ramah lingkungan yang  bisa dipakai berkali-kali. Kebiasaan membeli minuman dan makanan dalam kemasan juga bisa dikurangi dengan membawa bekal dari rumah. Gunakan tempat minum atau makanan yang ramah lingkungan dan aman dipakai berkali-kali demi alasan kesehatan. Plastik itu penguraiannya bisa memakan waktu ratusan tahun lho! 

Reuse ialah memakai kembali barang-barang bekas yang sudah tidak digunakan. Jika barang-barang lama yang tidak terpakai dan numpuk di gudang masih layak pakai, sebaiknya disumbangkan pada mereka yang membutuhkan. Jadinya, mereka tidak perlu beli kan? Daripada membeli pot mahal untuk menanam bunga di taman, sebaiknya menggunakan ember-ember bekas kaleng cat. Kalau ingin terlihat cantik, sedikitlah kembangkan imajinasi dan daya kreativitasmu dengan menghiasnya.

Recycle ialah mendaur ulang barang usang. Yang paling mudah ialah mendaur ulang sampah rumah tangga baik organik maupun non organic. Contohnya banyak banget : mendaur ulang kertas bekas untuk dijadikan sesuatu yang memiliki nilai lebih, bahkan berdaya jual tinggi. Di beberapa daerah, bahkan ibu-ibu yang kreatif merubah plastic-plastik bekas deterjen, pewangi pakaian, kantong minyak, dan lain-lain menjadi barang kerajinan yang bagus dan berguna, juga bernilai jual tinggi tentunya. Kulit-kulit buah, sisa sayuran yang terbuang bisa diubah menjadi pupuk. Kotoran hewan peliharaanmu juga sangat bagus dijadikan penyubur tanaman.
Kreasi saya: Album Prangko dari bekas kalender meja

 Nah, 3R ini bisa dilakukan sendiri-sendiri jika kita memang ingin tetap bisa menikmati segarnya bumi hingga. Kita melakukan ini semua bukan hanya sebagai warisan untuk anak cucu kita, tapi kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini saja belum tentu membuat diri kita selamat dari ancamannya. 

So, do it for now… safe the earth. Go Green … Go Green.. Go Green…

Oh iya…  tadi sempat disinggung sedikit tentang penggunaan tempat makan dan minum yang ramah lingkungan sebagai pengganti air minum dalam kemasan dan nasi/makanan kotak. Sekarang ini banyak sekali tempat makan dan minum untuk bekal si kecil sekolah atau makan siang suami di kantor. Pesan saya, pilih  produk yang benar-benar sudah teruji kualitasnya. Perhatikan bagian bawah produk yang ada tanda aman dan bisa dipakai berulang-ulang, tidak luntur oleh panas yang menyebabkan zat-zat kimia bahan menyatu dengan makanan.
Tupperware adalah yang terbaik saat ini. Dengan aneka ragam bentuk dan model yang disesuaikan dengan kebutuhan, produk ini bukan saja ramah lingkungan tetapi fashionable dan trendi. Menjadikan pemakainya tampak lebih berkelas. Dibanding membeli minuman botol seharga Rp. 500 perhari, lebih baik membeli tumbler Tupperware seharga Rp. 25.000,- yang bisa dipakai bertahun-tahun dengan garansi pula.

Saya kasi tips juga sedikit ya, (hehe sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit ya…) beli produk Tupperware melalui Online Store yang memberikan harga khusus, yaitu http://tupperwarepromodiskon.blogspot.com/

Untuk yang sudah menjadi Consultant produk ini, bisa juga beli di OL Store ini jika kebetulan membutuhkan produk unlimited. Silakan hubungi saja si empunya blog. Promo link ini juga merupakan salah satu upaya saya untuk ikut kampanye Go Green lho… hehe
Semoga bermanfaat.

Tunggu liputan saya tentang :
-. Menyulap kain perca menjadi 'sesuatu' yang lebih berguna
-. Membuat Album Prangko dari Kalender bekas
-. Bekas pasta gigi jadi keranjang cucian?

Minggu, 01 Desember 2013

NOTES BB

JUDULIN APA YA

Osa cuma bisa nyengir saat Diko melemparinya dengg kacang kulit cap gagak yang baru saja dibukanya. Tuh anak emang agak sableng. Dikatain turunan gajah juga nggak ada rasa kesinggung sama sekali. Ledekan Diko, Naya, dan Yuri yang kerap main fisik, kali dianggapnya sebagai pujian.

"Tangkap, Sa!" teriak Naya saat melihat Diko kembali melemparkan kacang ke arah Osa.

"Hup... Lagi dong!" Rengek Osa sok manja. Tubuh tambunnya nyaris berdebum saat mendarat dari lompatan spontannya.

"Lu mah keenakan ternyata. Rugi gua..." dengus Diko mulai kesal.

"Ha ha ha lagian siapa suruh nganggap gua anak gajah," balas Osa sambil cengengesan. 

Dua hari yang lalu Diko maksa Osa dan yang lainnya untuk ketemuan di rumahnya hari ini. Penyakit galau tingkat mahasiswa abadinya makin akut aja. Untuk apa lagi kalau bukan buat ngomongin Zeva, cewek yang ditaksirnya itu. Kayaknya udah hampir sebulan usaha pedekatenya nggak menunjukkan hasil. 

"Jurus lu kurang ampuh, Sa," keluh Diko. Mukanya yang kuyu makin tampak tak bersemangat aja. 

"Emang si Osa nyuruh lu ngapain, Ko?" sela Yuri sambil mindah-nindahin chanel TV. 

"Iya nih sampe segitunya lu kecewa," timpal Naya. 

"Bukan apa-apa, guys, gua udah mati-matian deketin Zeva, pake acara mandi kembang setaman tips anak kos dodol ini, eh, tuh anak mana ada tanda-tanda respek ke gua!" Diko pasang muka super kecewa. 

"Ÿåªą eya, lo bunga setaman makam pahlawan lo pake mandi. Gue suruh kan bunga cattelya, bunga anggrek silangan di toko bunganya Sis Yulita," sanggah Osa cuek. 

"Resek lo!" delik Diko. 

"Trus Zeva-nya gimana?" Naya. 

"Alergi kembang, dia." Yuri sok tahu. "

Anti cowok BBTS sih Ɣªήğ jelas," sambung Osa. "

Cowok BBTS? Naya mengernyitkan kening. 

"Yoi, Cowok Berbau Badan tak Sedap!" 

"Sialan!" Diko melempar Osa kacang bantat. Huphh, Osa menangkap kacang di udara dengan mulutnya. 



Ada Ɣªήğ mau lanjutin ceritanya?

Sayembara Menulis

<![endif]-->
BERDASARKAN LAGU “I WILL SURVIVE”

Tema: I Will Survive (Aku Akan Bertahan)



Syarat dan Ketentuan Lomba menulis:
  • Baca contoh tulisan di www.bondanprakoso.com (Tulisan Fahd Djibran - I Will Survive)
  • Tonton lagu Bondan Prokoso berjudul I Will Survive ( tautan: http://goo.gl/NH2kCe)
  • Genre naskah bebas (cerpen, puisi, surat, dan lainnya), peserta bisa menulis cerita berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, maupun kisah fiksi.
  •  Naskah asli/bukan jiplakan atau saduran dan belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan dalam lomba lainnya.
  • Tulisan HARUS mencantumkan/memuat lirik lagu I Will Survive - Bondan Prakoso.
  • Peserta boleh mengirim lebih dari 1 (satu) naskah
  • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, panjang antara 400-800 kata.
  • Tulisan diposting di forum Ekspresikan Karyamu! bagian SAYEMBARA I WILL SURVIVE di website www.inspirasi.co 
  • Semua peserta wajib mendaftar sebagai member forum inspirasi.co
  • Mengisi formulir biodata peserta di sini: http://goo.gl/D3lntW 
  • Naskah diposting antara tanggal 1 Desember – 15 Desember 2013.
  • Link tulisan yang telah diposting disebarkan melalui akun media sosial masing-masing seperti Facebook, Twitter, dan lainnya.
  • Pemenang lomba akan diumumkan 19 Desember 2013 di acara peluncuran situs inspirasi.co dan di website www.bondanprakoso.com serta inspirasi.co
  • Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.
  • Juri akan memilih 1 (satu) tulisan terbaik, 2 (satu) tulisan yang paling banyak dikomentari, dan 100 tulisan terpilih yang paling banyak di share di media sosial.
Hadiah Lomba menulis:
  • 1 Tulisan Terbaik – Uang Tunai Rp. 4.000.000,- + CD I Will Survive Bertandatangan Bondan Prakoso
  • 2 Tulisan Paling Banyak Dikomentari – Uang Tunai Rp. 2.500.000,- + CD I Will Survive Bertandatangan Bondan Prakoso
  • 100 Tulisan Terpilih Yang Paling Banyak Di-Share di Jejaring Sosial – CD I Will Survive Bertandatangan Bondan Prakoso
Penyelenggara:
inspirasi.co & @OfficialBondan


Pertanyaan bisa dikirim melalui Twitter: @CaptainVOLD
atau e-mail: inspirasidotco@gmail.com