Ada
beberapa cerita mini yang kutulis di sini bersama sahabat-sahabat
inspirasiku. Cerita yang bisa mengajak kita semua bercermin diri,
menatap bukan saja replika yang ada di hadapan kita, tetapi juga
bayangan orang lain yang mungkin bisa menuntun kita untuk menyelami
hidup ini dengan lebih baik.
Sabtu, 30 Juni 2012
Selasa, 26 Juni 2012
KETIKA : Saat Cinta Bersilangan
A novel by Aiman Bagea
Bukune, Mei 2012
Review-ku untuk sebuah karya indah adikku
Saat mengetahui akan terbit sebuah novel karya penulis muda dari Kabaena yang namanya saya kenal di sebuah grup kepenulisan
terkenal di jejaring sosial, saya sudah tidak sabar menunggu untuk segera
membacanya.. Bukan karena ia –Aiman Bagea- yang sempat berbincang dan
saling memberi semangat untuk berkarya, melainkan karena cerpen –cerpennya yang
pernah saya baca selalu membuat decak takjub. Saya berpikir, pasti novel ini
akan sangat indah karena lahir dari tangan dan buah pikiran Aiman Bagea (AB)
yang segar.
Seperti yang saya kenal lewat karya-karyanya, AB konsisten
meramu setiap adegan, dialog dan deskripsi dari apa yang dilihat dan
dirasakannya ke dalam sebuah bahasa yang indah. Bahasa puitis dengan metafora-metafora
dan analogi-analogi yang jarang digunakan penulis lain. Sepanjang membaca novel
‘KETIKA’ saya seperti sedang membaca sebuah puisi naratif yang sarat akan
makna, tetapi memiliki plot cerita yang jelas dengan kemasan yang unik dan berbeda.
AB berhasil membuka tabir rahasia cinta. Berulang kali ia membeberkan bagaimana cinta
itu bekerja. Bagaimana cinta telah memutarbalikkan hati, membuat jiwa
melompat-lompat dan raga meringis karenanya. Cinta bekerja merubah ketakutan
menjadi sebuah keberanian yang maha dahsyat. Cinta membelah keraguan menjadi
sebuah keyakinan yang menguatkan. Cinta telah menyuburkan semangat menggapai
segala mimpi.
Saya merasa iri dengan mimpi besar yang ia semat dalam
karyanya. Saya yakin di balik karya perdana yang memesona ini AB juga memiliki
mimpi yang sama hebatnya dengan mimpi Aji dan Naira, tokoh-tokoh yang ia
ciptakan dalam ‘Ketika’. Saat Aji dan Naira merajut mimpi mereka dengan bumbu
cinta yang saling melengkapi, saat anak-anak jalanan yang dengan penuh semangat
belajar di bawah fly over diajaknya
menggantungkan mimpi setinggi angkasa, saya pun turut menerbangkan mimpi saya
di situ, menggantungkannya bersama mimpi-mimpi yang berkerlip bersama bintang.
Aiman Bagea, kamu pandai mengaduk-ngaduk perasaan orang.
Ikut terlibat dan merasakan kepedihan hati dua sahabat saat cinta yang hadir membelenggu
hubungan mereka. Kamu telah memorak-porandakan puzzle yang sudah kususun apik
menjadi kepingan-kepingan lain yang harus ditata kembali karena salah letak.
Setiap berhasil melumat 1 halaman, ramuanmu berhasil menyihirku untuk menikmati
halaman-halaman berikutnya hingga tandas. Hingga dada ini sesak lantaran kisah
pilu yang kamu suguhkan menyayat sukma, tetapi dalam waktu yang bersamaan kamu
suguhkan pula jamuan semangat ber-topping
cinta.
Sukses untuk karya perdanamu.
Satu tangga telah kamu tapaki, tak perlu berlari untuk mencapai puncaknya
karena tangga berikutnya dengan sendirinya akan kau lewati. Tapi sekali-kali
tengoklah aku di belakang, saat langkah ini tertatih, hembuskan semangat
bajamu, hingga langkah terseret ini berani melompat.
Two tumbs. Bangga AB!
Sabtu, 16 Juni 2012
HABIBIE PAHLAWAN INSPIRASIKU
Oleh Kamiluddin Azis
Barahuddin Jusuf
Habibie, begitu nama besar itu disebut rasanya
bergetar seluruh tubuhku. Bagaimana tidak, langsung terbayang di benakku sosok
beliau yang rendah hati dan bersahaja. Tutur katanya yang memukau laksana
siraman batin yang sarat dengan makna dan spirit. Tatapan mata Pak Habibie yang tajam menunjukkan
optimisme yang besar dengan pandangannya yang jauh menjangkau angkasa. Beliau
seperti bisa membaca masa depan dengan otaknya yang genius. Pantas saja kalau Majalah Military Technology menyampaikan
komentar bahwa beliau adalah manusia yang sangat genius yang mungkin hanya ada
di antara 130 juta penduduk. Kita patut bangga memiliki seorang pahlawan bangsa
yang membawa negeri ini tinggal landas dengan cepat dan melesat melebihi
negara-negara berkembang lainnya dengan kemampuan sendiri.
Rasa
kagumku terhadap Mantan Presiden RI ini,
bukan tanpa sebab. Pada pertengahan tahun 1993, saat aku masih duduk di bangku SMU, sekolahku mengadakan kunjungan
wisata ke PT. IPTN di Bandung. Kami melihat protype pesawat CN-235 yang mengagumkan
itu. Kami juga melihat proses pembuatan pesawat mutakhir
yang diprakarsai langsung oleh Bapak
B.J. Habibie, yaitu N-250 yang setahun
kemudian membuat decak kagum banyak negara, terutama yang sebelumnya sempat
meremehkan Bapak B.J. Habibie. Dengan terbangnya pesawat N-250 di udara
membuktikan bahwa bangsa ini mampu bersaing dalam industri pesawat terbang
komersil di dunia. Bahkan N-250 bisa
disejajarkan dengan Airbus A340 dan Boeing 777 kendati kedua pesawat ini
berkapasitas lebih besar.
Ada petuah
Bapak B.J. Habibie dalam tayangan itu yang tidak pernah aku lupa, yaitu :
“Mulailah dari yang terakhir”. Makna petuah Bapak yang sangat sulit diartikan
itu mungkin bisa ditermahkan sebagai ‘ciptakanlah sesuatu yang besar, tentukan
hasil akhirnya terlebih dahulu, maka dengan sendirinya kita akan mempersiapkan
hal-hal detail yang menunjang pencapaian itu’. Bapak Habibie memiliki cita-cita
yang sangat besar yaitu bisa menciptakan sebuah pesawat terbang yang diproduksi
oleh anak-anak bangsa, maka ia pun menciptakan pesawat terbang itu. Lalu secara
mundur, ia melakukan berbagai upaya agar untuk mewujudkan cita-citanya itu.
Bapak tidak memulai dari pembuatan komponen-komponen pendukung pesawat terlebih
dahulu , tetapi ia langsung memprakarsai pembuatan pesawat besar. Maka dengan
sendirinya berbagai komponen yang dibutuhkan diproduksi pula, jika belum ada
SDM yang mampu menciptakan, maka diupayakan sehingga mampu.
Ketika
aku menerapkan prinsip Bapak Habibie itu, banyak sekali perubahan besar yang
terjadi dalam hidupku. Sebagai contoh kecil aku tidak perlu mengikuti kursus
menulis terlebih dahulu agar aku bisa membuat sebuah prosa, misalnya, tetapi aku langsung saja membuat sebuah
cerpen. Ketika cerpen itu dibaca oleh guru Bahasa Indonesia-ku dan ternyata
masih memerlukan banyak perbaikan di sana-sini, barulah aku pelajari segala
kekurangan itu. Setelah itu hasil karya aku pun bisa dimuat di berbagai surat
kabar. Bayangkan berapa lama waktu yang terbuang jika aku mengikuti kursus
terlebih dahulu baru kemudian mulai berani mengirimkan karya ke media.
Sedangkan orang lain sudah semakin mahir dan terkenal.
Kehebatan
Bapak B.J. Habibie dan semangat juangnya yang tidak pernah mati membuat aku
tidak berhenti berdecak kagum dan hormat pada beliau. Perjalanan hidupnya
tidaklah mudah. Kesulitan yang ia hadapi selama menjadi mahasiswa di Aachen ia
lewati tanpa keluhan dan beban sedikitpun. Mungkin tidak akan pernah ada yang
membayangkan bagaimana beliau berjalan kaki sejauh 15 km dari rumah menuju
tempat kerjanya, sampai-sampai sepatunya berlubang dan baru bisa ditambal
menjelang musim dingin. Ketegaran, semangat, dan energi yang dimilikinya itu
seperti tidak ada habisnya. Dan itu yang ingin aku contoh dari beliau.
Belum
lagi sifat patriotisme dan nasionalismenya yang tinggi terhadap kemajuan bangsa
ini patut diacungkan jempol. Selama berada di rantau, pikiran Bapak Habibie
sebenarnya hanya untuk Indonesia. Ia rela menimba ilmu bertahun-tahun jauh dari
sanak saudara dan siap kembali ke tanah air demi sebuah pengabdian besar untuk
kemajuan bangsa dan negara ini. Sungguh sangat patriotik.
Kembali
ke masa SMU di tahun 1993. Masa saat semangat belajarku sedang menggebu.
Semangat yang ditularkan oleh Bapak B.J. Habibie yang juga menjabat sebagai
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Pada saat itu ICMI mengadakan Lomba
Karya Tulis Tingkat SMU se-Indonesia. Dan aku mengikuti salah satu tema
diangkat. Semula aku ragu, tetapi kembali aku terngiang prinsip hidup yang
disampaikan beliau waktu itu. Maka aku memberanikan diri mengikuti Lomba itu.
Dan di luar dugaanku aku masuk sebagai salah seorang pemenang dan mendapatkan
hadiah berupa beasiswa selama 1 tahun plus sebuah piagam yang ditandatangani
langsung oleh Ketua ICMI saat itu, yaitu Bapak B.J. Habibie. Bangganya aku bisa
meraih itu semua.
Meskipun
aku belum pernah bertemu dengan beliau tetapi aku merasa Bapak B.J. Habibie selalu
memberiku spirit untuk melakukan hal-hal yang terkadang musykil bisa aku
lakukan. Aku tidak berbakat di bidang aerodinamika dan sejenisnya, tetapi
nilai-nilai eksaktaku selalu di atas rata-rata dan bahkan aku menjadi siswa
teladan di sekolahku. Aku juga sempat mewakili sekolahku dalam Lomba Cepat
Tepat tingkat Nasional meskipun team kami tidak mendapat predikat. Dan beberapa
prestasi gemilangku di bidang akademik berturut-turut aku raih selama dua tahun
terakhir di SMU. Semua itu karena aku selalu bercermin pada kegigihan dan
semangat juang Bapak Habibie.
Aku
yakin, bangsa dan negara ini tidak akan pernah tertinggal jika semangat juang
dan nasionalisme tinggi seperti yang dimiliki oleh Bapak B.J. Habibie itu juga
dimiliki oleh semua komponen bangsa ini. Generasi muda sudah selayaknya
menjadikan Bapak B.J. Habibie sebagai panutan dan acuan dalam memperoleh
prestasi di bidang apapun.
Selama
Bapak Habibie memimpin negara ini, banyak perubahan yang sedianya terjadi.
Tetapi kesempatan beliau untuk menunjukkan dan membawa bangsa ini ke arah yang
lebih maju kandas di tengah jalan
karena kondisi politik yang saat itu tidak memungkinkan. Namun demikian aku
yakin Bapak masih memiliki sebuah integritas yang tinggi untuk membawa bangsa
ini jauh ke depan. Beliau adalah Bapak Teknologi dan Demokrasi milik bangsa ini
satu-satunya.
Berkat
beliau, pelajar dan mahasiswa-mahasiswa kita semakin berani menunjukkan
kebolehannya di mata dunia. Berbagai Olimpiade tingkat internasional seringkali
dijuarai anak-anak bangsa yang cerdas, generasi penerus dari Prof. B.J. Habibie.
Bahkan belakangan ini dunia pendidikan dan teknologi kita sedangh melirik ide
pembuatan mobil yang diprakarsai anak-anak SMK dari Surakarta. Mobil Esemka
yang spektakuler itu pun semakin mendapat sambutan dari pemerintah. Apalagi
putra Prof B.J. Habibie, yaitu Dr. Ilham Habibie mendukung sepenuhnya industrialiasi
mobil Esemka itu.
Kehadiran
mobil Esemka sudah menyuntikkan semangat baru dan ini bisa dijadikan sebagai
momentum penting untuk dapat menciptakan sebuah industri mobil dalam negeri
tanpa harus tergantung kepada bangsa lain. Masyarakat selayaknya mendukung agar
mobil Esemka layak diproduksi secara massal. Aku yakin Indonesia memiliki
banyak sekali anak bangsa yang genius seperti Bapak Habibie. Hanya saja
kesempatan bagi mereka yang belum terbuka lebar. Aku ingin sekali anak-anakku
kelak bisa menjadi seperti sosok Habibie yang pintar, pantang menyerah, selalu
mengabdi kepada bangsa dan negara serta mampu membawa bangsa ini menuju perabadan
baru yang lebih melek teknologi.
Aku
melihat senyum tulus dari wajah lelaki yang penuh semangat itu pada sebuah
poster besar yang ditempelkan di dinding kamarku. Seorang Bapak Demokrasi dan
Teknologi. Seorang inspirator dan
motivator yang membawa bangsa ini lepas landas dengan sumber daya dan
kemampuan sendiri. Mantan Presiden RI tercerdas yang menuntun bangsa ini
meninggalkan peradaban lama menuju peradaban baru yang jauh lebih modern.
Mendukung semua industri yang berbasis teknologi, dan penggerak anti buta
teknologi di semua kalangan masyarakat.
--oo000oo—
Langganan:
Postingan (Atom)