AKU INGIN PULANG
Kamiluddin Azis
Malam
Gulita. Kegelapan menghimpitku, membuatku semakin terpuruk dalam sesak. Aku tak
mungkin bisa bangkit lagi. Tidak mungkin, karena tak ada setitik pun cahaya
yang sanggup menuntunku kembali. Tidak ada secercah pun harapan yang sanggup
membimbingku keluar dari lorong lembab, penuh lumpur dan bau ini. Dan kini, aku
terjebak tanpa ada satu pun kesempatan untuk lari. Dalam pekat.
Kusibakkan sedikit kain penutup
malamku yang dingin. Setetes air mata bergulir setiap kulihat diriku lemah
tanpa mampu berontak. Ataukah aku justru menikmati saat-saat kegelapan itu menguasai
hidupku, saat semua cahaya redup yang ada perlahan sirna? Tuhan, aku ingin
pulang. Aku tidak ingin di sini.
“Kenapa?” selalu pertanyaan itu yang
mencuat. Pertanyaan yang ia ajukan setiap kali melihatku gundah setelah lelah
memenuhi hasrat kelelakiannya.
“Tidak apa-apa,” aku menggeleng seraya melempar seulas senyum dengan tatap sayu.
Lelaki itu tidak akan pernah bisa membaca mataku. Membaca hatiku. Membaca
keinginanku untuk pulang..
-o0o-
“Nearly…. dipanggil Mami tuh!” bisik Delia sambil menyikut
pinggangku, dan berlalu dengan handuk menutupi kepalanya yang basah. Jantungku
berdegub kencang. Aku tahu, kemungkinan
besar, Mami, perempuan paruh baya yang selalu berdandan nyentrik itu akan menegurku.
Mami
menungguku di sebuah kamar remang dengan asap tebal berseliweran memenuhi
setiap sudutnya. Setelah mengetuk pintu, aku mendengar suara Mami menyuruhku
masuk. Dadaku bergemuruh hebat.
“Mami tidak tahu apa yang ada dalam
pikiran kamu, Near,” tanpa tedeng aling-aling Mami langsung menyudutkanku, membuatku merasa seperti tertuduh dalam
sebuah sidang kejahatan. Aku
merasakan detak jantungku tiba-tiba berhenti
sejenak.
“Seharusnya malam tadi kamu menemani
kolega Mami yang sudah datang jauh-jauh dari Surabaya, bukan keluyuran sama si
pemabuk kampung itu. Dapat apa kamu dari lelaki kere macam dia?” hentaknya sambil mengepulkan asap
tebal dari mulutnya.
“Maaf, Mam. Tapi Near nggak bisa.
Near sudah ingin….”
“Pulang? Begitu?” potong Mami dengan
nada suara meninggi.
.....
Kisah Selanjutnya bisa dibaca antologi Simfoni Rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar