Selasa, 31 Juli 2012

Cerpen dewasa : Aku Ingin Pulang



AKU INGIN PULANG
Kamiluddin Azis



Malam Gulita. Kegelapan menghimpitku, membuatku semakin terpuruk dalam sesak. Aku tak mungkin bisa bangkit lagi. Tidak mungkin, karena tak ada setitik pun cahaya yang sanggup menuntunku kembali. Tidak ada secercah pun harapan yang sanggup membimbingku keluar dari lorong lembab, penuh lumpur dan bau ini. Dan kini, aku terjebak tanpa ada satu pun kesempatan untuk lari. Dalam pekat.
            Kusibakkan sedikit kain penutup malamku yang dingin. Setetes air mata bergulir setiap kulihat diriku lemah tanpa mampu berontak. Ataukah aku justru menikmati saat-saat kegelapan itu menguasai hidupku, saat semua cahaya redup yang ada perlahan sirna? Tuhan, aku ingin pulang. Aku tidak ingin di sini.
            “Kenapa?” selalu pertanyaan itu yang mencuat. Pertanyaan yang ia ajukan setiap kali melihatku gundah setelah lelah memenuhi hasrat kelelakiannya.
            “Tidak  apa-apa,” aku menggeleng seraya melempar seulas senyum dengan tatap sayu. Lelaki itu tidak akan pernah bisa membaca mataku. Membaca hatiku. Membaca keinginanku untuk pulang..
-o0o-
            “Nearly…. dipanggil Mami tuh!” bisik Delia sambil menyikut pinggangku, dan berlalu dengan handuk menutupi kepalanya yang basah. Jantungku berdegub kencang. Aku tahu, kemungkinan besar, Mami, perempuan paruh baya yang selalu berdandan nyentrik itu akan menegurku.
            Mami menungguku di sebuah kamar remang dengan asap tebal berseliweran memenuhi setiap sudutnya. Setelah mengetuk pintu, aku mendengar suara Mami menyuruhku masuk. Dadaku bergemuruh hebat.
            “Mami tidak tahu apa yang ada dalam pikiran kamu, Near,” tanpa tedeng aling-aling Mami langsung menyudutkanku, membuatku merasa seperti tertuduh dalam sebuah sidang kejahatan. Aku merasakan detak jantungku tiba-tiba berhenti sejenak.
            “Seharusnya malam tadi kamu menemani kolega Mami yang sudah datang jauh-jauh dari Surabaya, bukan keluyuran sama si pemabuk kampung itu. Dapat apa kamu dari lelaki kere macam dia?” hentaknya sambil mengepulkan asap tebal dari mulutnya.
            “Maaf, Mam. Tapi Near nggak bisa. Near sudah ingin….”
            “Pulang? Begitu?” potong Mami dengan nada suara meninggi.


.....
 Kisah Selanjutnya bisa dibaca antologi Simfoni Rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar