Sabtu, 04 Februari 2012

Sketsa Jalanan dalam Puisi-puisiku




Kunci itupun Berdenting
 Kamiluddin Azis

Kunci  itu pun berdenting
Memecah pilu
Ketika kepal tak lagi sanggup menggenggam
Ketika rasa tak lagi bisa bertahan

Kunci itu pun berdenting
Terlempar jauh sampai ke dasar yang paling
Terkubur sampai kepal ini tak lagi sanggup menggali

Kunci  itu ...
Berdenting dalam bisik tanah yang bisu
Berdenting dalam desah nisan pilu
Dalam hampa tanpa kata
Tanpa asa

Kunci itu berdenting
Karena cinta


Tuan yang Mendamba
Kamiluddin Azis

Aku bukan juragan
Bukan tuan yang punya hektaran sawah
Bukan majikan yang selalu dilayani
Bukan mandor yang bisa petantang-petenteng
Minta ini, larang itu
Bukan bos dengan dasi mencekik
Siap muntahkan amarah
Ketika sang kacung salah

Tapi aku juga bukan kacung
Bukan pesuruh yang siap diperintah
Bukan juga bawahan
Sang tumbal amukan tuan

Aku hanya seonggok darah yang menggumpal
Dengan sisa nafas terengah
Sisa harap setengah
Sisa langkah yang patah

Api aku ingin menjadi tuan
Tuan buatku sendiri
Yang menjentik jari
Dan semua terjadi
Aku ingin menjadi tuan
Tuan yang siap layani
Hidup kacung,
Kacungku sendiri
Aku ingin menjadi tuan
Tuan buatku sendiri

Bandung, 30 Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar