Jumat, 20 Desember 2013

(Bukan) Review Buku "Penjaja Cerita Cinta"

Sejak 'Penjaja Cerita Cinta' yg dibalut 'cinta' dan dikirim dengan penuh 'cinta' oleh si Penjaja Cerita Cinta bernama @Edi_Akhiles dari Yogya tiba di hadapanku seminggu yang lalu, menyeruaklah rasa cinta dan hasrat untuk segera ‘menelanjangi’ lembaran jiwa dengan berbagai ornamen unik dan lucu itu.
Dengan balutan baju berwarna coklat muda dan krem (apa broken white ya #samarwarna) buku setebal 192 halaman ini mampu menyihir. Saya pun tak sabar untuk melumatnya.
Namun seperti kata si Penjaja Cerita Cinta dalam pengantarnya, jangan buru-buru menyimpulkan apa pun sebelum kita usai membaca seluruh isinya. Ya, ya… karenanya disela kesibukan (yang dibuat tampak sok sibuk), saya melahap kumpulan cerpen ini hingga tandas, dalam waktu… hemh… lebih dari 1 minggu (saya memang pembaca yang lelet, maklum, biasa serba mencicil, jadi habit itu kebawa ke aktivitas membaca juga).
Well, membaca #PenjajaCeritaCinta, saya tergiring untuk mengenal sosok sang penulis yang sejauh ini saya kenal luarnya saja, lebih jauh lagi. Ternyata laki-laki yang lahir di Lalangon Sumenep ini jika diibaratkan buah, dari kulit luarnya yang indah mengkilat sudah tercium harum yang menggoda. Dan setelah dikupas wangi itu semakin menggetarkan (hehe… agak lebay ya, tapi untuk pembuktiannya, sepertinya memang harus konfirmasi ke Mama Diva dulu sih…) Laki-laki yang sedang menyelesaikan pendidikan S3 ini sangat dermawan. Saya mendapat banyak sekali bocoran tentang kebaikan-kebaikan beliau, selain memang terbukti melalui tindakan nyata, salah satunya ialah dengan #AksiSejutaBukuGratisTamanBacaanyang baru-baru ini beliau launching. Super duper, luar biasa kalau menurut saya mah! Jarang sekali seorang CEO sebuah penerbitan besar mau terjun langsung membidik pembaca yang benar-benar membutuhkan bahan bacaan berkualitas, TANPA PAMRIH. Apalagi mencari keuntungan!
Lha kenapa jadi bahas pribadi si penulis ya, la wong niatnya juga mbahas bukune, maksudnya bukunya yang berjudul Penjaja Cerita Cinta itu tadi.
Ok, ok… saya mulai ya review yang bukan review ini.
Pertama, yang ingin saya sampaikan ialah lagi-lagi rasa kagum saya terhadap penulis yang bukan saja piawai merangkai kata dengan diksi pas menggigit, makjleb menyindir dan beu… bikin napas sesak karena sedih dan haru, tetapi juga pandai berdakwah tanpa terkesan menceramahi atau menggurui. Pesan moral yang tersembunyi terasa kental di hampir semua cerita yang disuguhkan dalam kumcer ini.  Lima belas cerpen ini benar-benar merupakan Cerita Beribu Rasa dengan Ragam Teknik Bercerita yang tidak saja unik dan tak terduga, tetapi juga sangat inspiratif. Terlebih di akhir buku penulis memberikan tips menulis yang tidak pernah dibagi penulis lain.Bahkan tidak sungkan membuka diskusi dan menjawab pertanyaan calon-calon penulis yang masih dalam tahap belajar melalui kicauannya di twitter.
Kedua, saya penasaran bagaimana cerpen-cerpen dalam PCC ini terasa hidup dan sepertinya tidak asing dengan fenomena yang ada di sekitar. Tokoh-tokohnya seperti satu sisi lain dalam diri saya, atau teman saya, atau orang yang pernah saya kenal. Apalagi penulis mengaku beberapa diantara cerpen ini ditulisnya dalam sekali duduk. Atau justru berhari-hari hingga menguras emosi jiwanya. Heuheu… Terasa betul beberapa diantara cerpen PCC (selain cerpen utamanya Penjaja Cerita Cinta itu sendiri yang memang yahud, gilak, panas, berontak, kelonjotan) sarat akan pesan moral dan sindiran sosial (eh, ada nggak ya yang begitu, atau hanya perasaan saya saja? Hehe)
Ketiga, haduh… di beberapa cerpen, saya harus banyak minum atau mengalihkan perhatian ke hal-hal lain dulu (supaya tidak tersedot terlalu dalam ke dalam jalan cerita). Saya juga bolak-balik toilet karena sering kebelet pipis (ya ealah, kan tadi banyak minum…)
Lha Kenapa emangnya?


Ya, kalau pengin tahu kenapa, ya sudah buruan beli bukunya terus baca deh hingga tuntas. 
Bisa beli di Gramedia, Togamas, atau pesan ke penerbit langsung juga bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar