Saat Syukur,
Saat Nikmat Berlipat
Kamiluddin Azis
Aku
melipat kertas kecil itu dan memasukkannya kembali ke dalam dompet. Aku tak
tahu bagaimana reaksi istriku saat melihat angka-angka dalam kertas itu. Apakah
akan tertunduk lesu seperti diriku, atau seperti biasa, tersenyum lalu menepuk
pipiku sambil membisikkan kata-kata menyejukkan : ‘Alhamdulillah, Kang, kita
harus selalu bersyukur
atas semua yang Tuhan berikan pada kita. Ini hasil keringat Akang’ ?
Setitik air bergulir dari sudut
mataku. Kenapa nasib masih belum berpihak padaku. Segala usaha telah
kukerahkan, tetapi sepertinya Tuhan masih enggan memberiku kesempatan untuk
bisa hidup senang dan membahagiakan keluargaku. Ucapan istriku begitu perih menohok. Ia sangat sabar menghadapi semua
cobaan ini, sementara aku, selalu saja merasa sulit untuk menerima. Mungkin
benar, selama ini aku kurang bisa mensyukuri apa yang telah kuperoleh.
“Ayo, anak-anak kita nikmati makan malam spesial
ini,” Neng Maya, Istriku menata masakan
di atas tikar dan mengatur tempat duduk kedua anakku sambil menggendong bayi
kami yang masih 8 bulan.
“Spesial apanya, Ummi? Kok cuma telor dadar sama
mie goreng doang,” celetuk Rana, anak keduaku yang sudah mulai masuk TPA,
sambil mengunyah makanannya.
“Iya, Ummi, lauknya juga sedikit. Padahal, ini
kan tanggal gajian Abi,” tambah Rizky, anak sulungku yang
sudah duduk di kelas 3 SD. Sepertinya
kedua anakku sudah bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja.
Hatiku teriris melihatnya.
“Sudah... sudah... kita harus selalu
bersyukur dengan apa yang kita dapatkan hari ini. Orang lain belum tentu seberuntung kita. Kita
juga harus berterima kasih kepada Abi karena ini semua hasil kerja keras Abi
selama sebulan. Ya, ayo, Bi, kita berdoa
dulu!”
Aku membuka kedua telapak tanganku,
menengadahkannya ke atas, lalu mulai memimpin doa. Bukan saja doa makan, tetapi
doa syukur atas semua kenikmatan yang masih Tuhan berikan padaku dan
keluargaku.
Anak-anak tentu tidak tahu bagaimana
rasanya membanting tulang siang dan malam menjadi pegawai sebuah agen sembako.
Keringat tak pernah berhenti mengalir. Belum sempat mengering, aku harus segera
menurunkan barang-barang kiriman dari supplier.
Sedangkan gaji yang kuperoleh masih harus dipotong kasbon untuk ongkos dan
makan siang jika kebetulan istriku tidak sempat membuatkanku bekal.
Sejak
diberhentikan dari pekerjanku di sebuah perusahaan tekstil yang mengalami
gulung tikar, praktis aku bekerja serabutan,
sampai suatu waktu ada tetanggaku yang memberitahu
kalau di tempatnya bekerja ada lowongan. Akupun diajaknya menemui Pak
Sofyan pemilik grosir sembako itu,
dan aku langsung diterima. Kini berbulan-bulan
sudah aku bekerja padanya. Tetapi sayang, gaji yang kuperoleh hanya cukup untuk
makan sehari-hari, bayar kontrakan dan biaya sehari-hari lainnya. Kalau saja istriku
tidak membantu dengan menjadi kuli cuci, tentu anak-anak akan kesulitan
mengikuti pendidikan. Istriku memang sangat baik dan pengertian.
“Yang
penting Akang, dan kita semua sehat. Itu sudah lebih dari cukup. Dan ini adalah
kenikmatan yang sangat mahal yang Tuhan berikan pada kita, Kang.”
Begitulah, istriku selalu
mengingatkanku untuk terus berikhitar dan berdoa. Merutinkan sholat malam dan
menyempatkan sholat duha itu yang akan membawa barokah dalam hidup kita. Itu semua
bentuk syukur kita kepada Sang Pemberi Segalanya.
Selang beberapa minggu kemudian, aku dan istri
mendapat penawaran untuk menjalankan bisnis ayam goreng dari tetangga yang
selama ini sering meminta bantuan istriku untuk mengurus berbagai keperluan
rumah tangganya. Sebuah warung nasi mungil di pinggir jalan pun mulai kami
rintis. Dan Alhamdulillah usaha itu berkembang sesuai harapan. Bahkan kini aku
bisa mulai menabung untuk masa depan anak-anak.
Begitulah kekuatan Bersyukur. Tuhan akan
melipatgandakan apa yang sudah Dia berikan saat manusia menyusukuri nikmatnya. Saat
syukur, saat nikmat berlipat.
*
Baca
puluhan kisah lainnya dalam buku ini. Sekalian mengoleksi buku bagus,
Anda juga sedang beramal karena royalti buku ini akan disumbangkan
untuk penderita gagal ginjal.
Silakan order dan hubungi 083879804181 (Mas Wahyu Prakoso)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar