Perempuan Setia
Pagi merayap saat kabut tipis
beringsut tertiup angin. Mentari tersenyum, menyambut puluhan, bahkan ratusan orang
yang dengan penuh semangat melakukan aktivitas harian mereka sejak subuh tadi.
Pedagang sayuran, tengkulak buah-buahan, pengecer ayam, daging, dan berbagai
jenis kebutuhan lain tumplek bersama para pembeli langganan mereka. Semua berlomba
dengan waktu, menjemput rezeki yang sudah Tuhan persiapkan.
Pada
sepertiga malam terakhir, pasar Anyar Bogor sudah menggeliat. Orang-orang seperti Bu Rima,
pun sudah terbangun. Perempuan berusia empat puluh tahunan itu sudah menyalakan
kompor, membuat adonan kue-kue dan menggorengnya. Selepas salat subuh baru ia
menjajakan dagangannya di pasar. Pelanggannya yang kebanyakan para pemilik
warung sudah menunggunya di sana.
Sudah
lebih dari sepuluh tahun Bu Rima menjalankan usahanya. Usaha kecil-kecilan yang
dirintisnya sejak Pak You, berhenti dari jabatannya sebagai manager produksi
sebuah pabrik kaos kaki karena penyakit
diabetes yang tak kunjung sembuh. Uang pesangon Pak You hanya bertahan sekitar
satu tahun sejak ia pensiun. Kehidupan keluarga Pak You dengan dua orang anak
yang masih remaja berubah secara perlahan. Segala kebutuhan keluarga yang
semula serba terpenuhi, kini harus diatur sedemikian rupa agar cukup untuk
waktu yang sudah ditentukan. Belum lagi untuk biaya pengobatan suaminya yang
tentu tidak sedikit.
Sebagian
besar uang jasa dari perusahaan memang diinvestasikan oleh Pak You pada sebuah
usaha yang dijalankan oleh rekan-rekannya secara patungan. Tetapi usaha itu
baru berjalan beberapa bulan sehingga belum terasa hasilnya. Dengan
kepiawaiannya mengatur keuangan rumah tangga Bu Rima menggunakan sebagian uang lainnya
sebagai modal usaha catering kue-kue. Kebetulan Bu Rima memang pandai membuat
aneka kue basah dan kering, juga
menghias kue-kue pesta. Ia memiliki banyak relasi yang bisa dijadikan
sebagai pelanggan.
“Maafin
Papa, ya, Ma. Gara-gara penyakit Papa ini, Mama jadi repot,” bisik Pak You
sambil menggenggam jemari istrinya, saat Bu Rima menyuguhkan teh hangat sore
itu.
“Tidak
apa-apa, Pa. Sudah menjadi kewajiban Mama untuk merawat Papa dan mengambil alih
semuanya saat Papa sakit seperti ini. Papa tak perlu minta maaf.” Bu Rima
menatap mata suaminya yang berkaca-kaca, dengan penuh kasih sayang. Ia masih
ingat saat mereka mengikat janji di pelaminan dulu. Bagaimanapun keadaannya,
susah ataupun senang, ia dan suaminya sudah berikrar untuk saling mencintai.
Menerima segala kekurangan dan menjalani apapun kesulitan yang menghadang dalam
biduk rumah tangga mereka. Mereka sudah berjanji untuk saling setia.
Bu
Rima menjalani cobaan ini dengan penuh ikhlas dan sabar. Ia setia pada janji
itu. Sebagaimana ia setia saat suaminya masih Berjaya dulu. Kehidupan itu
ibarat roda berputar. Ada kalanya berada di atas seperti saat Pak You masih
memiliki kedudukan penting di perusahaan tempat ia bekerja dulu, dan ada
saatnya berada di bawah. Seperti sekarang ini. Keadaan ekonomi keluarga Pak You
dan Bu Rima tengah dilanda krisis. Ryan,
anak pertama mereka terpaksa hanya bisa
mengenyam pendidikan sampai SMU. Keinginannya untuk kuliah di tekhnik sipil
terpaksa ditunda entah sampai kapan. Sedangkan Wiwin, adiknya masih duduk di
bangku SMP. Dan dengan sekuat tenaga Bu Rima memperjuangkan agar anak gadisnya
itu tidak sampai putus sekolah.
Ryan
dan Wiwin sangat mengerti kondisi keuangan keluarga. Mereka bahu membahu saling
membantu. Dari uang tabungannya Ryan mulai merintis usaha rental play station di ruang depan rumahnya.
Sementara Wiwin membantu Bu Rima mengurus usaha catering makanan dan membuka
kios nasi goreng di halaman rumah yang kebetulan menghadap ke jalan raya. Semua
mereka lakukan demi kelangsungan hidup keluarga. Demi cinta mereka pada Pak You
yang saat ini tengah didera sakit yang cukup parah, dan nyaris tidak bisa
berbuat apa-apa. Demi kesetiaan pada hidup dan cinta yang mengalir dalam darah
mereka.
*
Baca
puluhan kisah lainnya dalam buku ini. Sekalian mengoleksi buku bagus,
Anda juga sedang beramal karena royalti buku ini akan disumbangkan
untuk penderita gagal ginjal.
Silakan order dan hubungi 083879804181 (Mas Wahyu Prakoso)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar