Kamis, 28 Februari 2013

Cerpen Perempuan Setia dalam Kumcer "Kesetiaan Hati Sang Bintang"


Perempuan Setia




Pagi merayap saat kabut tipis beringsut tertiup angin. Mentari tersenyum, menyambut puluhan, bahkan ratusan orang yang dengan penuh semangat melakukan aktivitas harian mereka sejak subuh tadi. Pedagang sayuran, tengkulak buah-buahan, pengecer ayam, daging, dan berbagai jenis kebutuhan lain tumplek bersama para pembeli langganan mereka. Semua berlomba dengan waktu, menjemput rezeki yang sudah Tuhan persiapkan.
                Pada sepertiga malam terakhir, pasar Anyar Bogor  sudah menggeliat. Orang-orang seperti Bu Rima, pun sudah terbangun. Perempuan berusia empat puluh tahunan itu sudah menyalakan kompor, membuat adonan kue-kue dan menggorengnya. Selepas salat subuh baru ia menjajakan dagangannya di pasar. Pelanggannya yang kebanyakan para pemilik warung sudah menunggunya di sana.
                Sudah lebih dari sepuluh tahun Bu Rima menjalankan usahanya. Usaha kecil-kecilan yang dirintisnya sejak Pak You, berhenti dari jabatannya sebagai manager produksi sebuah pabrik  kaos kaki karena penyakit diabetes yang tak kunjung sembuh. Uang pesangon Pak You hanya bertahan sekitar satu tahun sejak ia pensiun. Kehidupan keluarga Pak You dengan dua orang anak yang masih remaja berubah secara perlahan. Segala kebutuhan keluarga yang semula serba terpenuhi, kini harus diatur sedemikian rupa agar cukup untuk waktu yang sudah ditentukan. Belum lagi untuk biaya pengobatan suaminya yang tentu tidak sedikit.
                Sebagian besar uang jasa dari perusahaan memang diinvestasikan oleh Pak You pada sebuah usaha yang dijalankan oleh rekan-rekannya secara patungan. Tetapi usaha itu baru berjalan beberapa bulan sehingga belum terasa hasilnya. Dengan kepiawaiannya mengatur keuangan rumah tangga Bu Rima menggunakan sebagian uang lainnya sebagai modal usaha catering kue-kue. Kebetulan Bu Rima memang pandai membuat aneka kue basah dan kering, juga  menghias kue-kue pesta. Ia memiliki banyak relasi yang bisa dijadikan sebagai pelanggan.
                “Maafin Papa, ya, Ma. Gara-gara penyakit Papa ini, Mama jadi repot,” bisik Pak You sambil menggenggam jemari istrinya, saat Bu Rima menyuguhkan teh hangat sore itu.
                “Tidak apa-apa, Pa. Sudah menjadi kewajiban Mama untuk merawat Papa dan mengambil alih semuanya saat Papa sakit seperti ini. Papa tak perlu minta maaf.” Bu Rima menatap mata suaminya yang berkaca-kaca, dengan penuh kasih sayang. Ia masih ingat saat mereka mengikat janji di pelaminan dulu. Bagaimanapun keadaannya, susah ataupun senang, ia dan suaminya sudah berikrar untuk saling mencintai. Menerima segala kekurangan dan menjalani apapun kesulitan yang menghadang dalam biduk rumah tangga mereka. Mereka sudah berjanji untuk saling setia.
                Bu Rima menjalani cobaan ini dengan penuh ikhlas dan sabar. Ia setia pada janji itu. Sebagaimana ia setia saat suaminya masih Berjaya dulu. Kehidupan itu ibarat roda berputar. Ada kalanya berada di atas seperti saat Pak You masih memiliki kedudukan penting di perusahaan tempat ia bekerja dulu, dan ada saatnya berada di bawah. Seperti sekarang ini. Keadaan ekonomi keluarga Pak You dan Bu Rima  tengah dilanda krisis. Ryan, anak pertama mereka  terpaksa hanya bisa mengenyam pendidikan sampai SMU. Keinginannya untuk kuliah di tekhnik sipil terpaksa ditunda entah sampai kapan. Sedangkan Wiwin, adiknya masih duduk di bangku SMP. Dan dengan sekuat tenaga Bu Rima memperjuangkan agar anak gadisnya itu tidak sampai putus sekolah.
                Ryan dan Wiwin sangat mengerti kondisi keuangan keluarga. Mereka bahu membahu saling membantu. Dari uang tabungannya Ryan mulai merintis usaha rental play station di ruang depan rumahnya. Sementara Wiwin membantu Bu Rima mengurus usaha catering makanan dan membuka kios nasi goreng di halaman rumah yang kebetulan menghadap ke jalan raya. Semua mereka lakukan demi kelangsungan hidup keluarga. Demi cinta mereka pada Pak You yang saat ini tengah didera sakit yang cukup parah, dan nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Demi kesetiaan pada hidup dan cinta yang mengalir dalam darah mereka.

*



Baca puluhan kisah lainnya dalam buku ini. Sekalian mengoleksi buku bagus, Anda  juga sedang beramal karena royalti buku ini akan disumbangkan untuk penderita gagal ginjal.
Silakan order dan hubungi 083879804181 (Mas Wahyu Prakoso)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar