Kamiluddin Azis
Rafa dan Nafa
adalah sepasang anak kembar yang sekolah di SD yang sama, yaitu SD Mandiri.
Mereka sekarang sudah duduk di bangku
kelas V. Meskipun kembar, sifat Rafa dan Nafa agak berbeda. Karena Rafa
anak laki-laki, ia suka bermain jauh dari rumah, cenderung galak, dan suka
menjahili temannya. Rafa juga kadang suka berbohong pada Ibu. Berbeda dengan
Nafa, karena ia perempuan, Nafa lebih senang main di rumah. Nafa juga anak yang
penyayang kepada sesama teman, rajin belajar dan suka membantu Ibu.
Sepulang sekolah Rafa menarik tangan
Nafa supaya bisa berjalan lebih cepat. Hari itu ia akan membeli bola baru
karena bola lamanya hanyut di kali saat
bermain di lapangan pinggir kali kemarin sore. Ibu sudah memberinya uang jajan
lebih untuk membeli bola baru.
“Ayo dong, Na…” teriak Rafa sambil
menarik-narik tangan Nafa. “Tokonya keburu penuh, nanti pulangnya kesiangan,”
lanjut Rafa tidak sabar. Mereka akan pergi ke toko mainan Koh Acun yang
terkenal murah itu.
“Iya, Kak…” Nafa mengimbangi langkah
Rafa. “Emang kenapa harus beli bola di Toko Koh Acun sih, Kak? Di toko lain juga
kan banyak,” lanjut Nafa.
“Di sana tuh bolanya bagus-bagus,”
jawab Rafa.
“Bagus-bagus atau murah-murah, kak?”
Tanya Nafa lagi sambil tersenyum.
“Ya, dua-duanya… ayo!” Rafa
mempercepat langkahnya.
“Ibu ngasih uang berapa, Kak? Kalau
ada lebih, beliin Nafa boneka ya, Kak!”
“Uangnya pas-pasan.” Jawab Rafa
dengan cepat.
Sesampainya di toko Koh Acun, benar
saja tokonya sedang dipenuhi pembeli. Rafa dan Nafa menyelinap diantara para
pembeli yang sedang memilih-milih barang. Mereka langsung menuju box tempat
bola berbagai ukuran dipajang. Setelah memilih-milih bola mana yang bagus dan
melihat-lihat label harganya, Rafa memutuskan untuk membeli bola karet
berukuran besar. Ia membayangkan dirinya beratraksi menendang bola
tinggi-tinggi seperti si Madun. Teman-teman pasti iri melihat bola bliter barunya.
“Ada lebihnya gak, Kak, Nafa pengen
beli boneka shaun the sheep ini. Murah kok,” pinta Nafa sambil memeluk boneka
kambing kecil yang sedang menggigit dot.
“Uangnya pas-pasan, Nafa…” jawab
Rafa sambil bergegas menuju kassa.
Koh Acun tersenyum menerima uang
berwarna biru dari tangan Rafa. Setelah memasukkan angka-angka ke mesin
kasirnya, mesin itu terbuka dan suara printer berbunyi. Koh Acun memberikan kembalian uang kepada
Rafa, sambil tetap tersenyum ramah, “Discount buat penggemar Tendangan si
Madun,” ucapnya.
Melihat Rafa menerima uang
kembalian, wajah Nafa langsung cemberut. “Kakak bohong! Awas kalau uangnya ngga
dibalikin ke Ibu!” Ucapnya ketus.
Rafa tidak memedulikan sikap saudara
kembarnya yang kecewa karena tidak jadi membeli boneka pilihannya. Ia
berlari-lari kecil di atas trotoar jalan, lalu berbelok menuju gang rumahnya.
Sedangkan Nafa berjalan gontai jauh di belakangnya.
*
Sore hari, saat semua anggota
keluarga berkumpul, Ibu menyuguhkan teh hangat untuk Ayah yang sedang asyik
membaca majalah kesehatan. Kue-kue sudah lebih dulu diletakkan di atas meja.
Nafa sedang sibuk mengerjakan PR matematika, sedangkan Rafa baru selesai mandi
dan dengan malas membawa buku PRnya.
“Rafa jadi beli bola baru?” tanya
Ayah sambil menyeruput tehnya.
“Jadi, Yah,” jawab Rafa sambil
mendelik ke arah Nafa. Nafa menjulurkan lidahnya dengan sebal.
“Uangnya ada kembalian kan?” timpal
Ibu.
“Pas kok, Bu. Harganya memang
segitu,” jawab Rafa sambil mencomot
biskuit dan mengunyahnya.
“Loh, kan di toko Koh Acun suka dapat
discount. Kirain Ibu ada kembaliannya…” lanjut Ibu.
“Memang ada kembaliannya, Bu. Koh
Acun memang ngasih discount kok, Bu. Udah gitu harga bolanya juga murah,”
potong Nafa membuat Rafa mendadak kesedak. Nafa merasa puas bisa mengatakan hal
ini kepada Ibu. Ia sebal bukan karena gagal mendapatkan boneka shaun the sheep
itu, tapi ia tidak suka kalau Rafa berbohong dan tidak menyerahkan uang
kembalian itu kepada Ibu.
“Loh, tadi kata Rafa…”
“Kakak bohong. Kecil-kecil sudah
jadi koruptor!” Nafa teringat saat Bu Guru menjelaskan bahwa tindakan seperti
itu dinamakan korupsi. Dan orang yang melakukannya disebut koruptor. Di negara
kita banyak sekali koruptor yang mengeruk uang rakyat. Menghambur-hamburkannya
untuk kepentingan pribadi. Korupsi itu merugikan banyak orang. Karenanya
korupsi termasuk perbuatan dosa dan terlarang. Kalau terbukti melakukan
korupsi, para koruptor itu akan dimasukkan kedalam penjara. Nafa bergidik
begitu mendengar kata penjara. Ia tidak ingin saodara kembarnya masuk penjara
gara-gara mengorupsi uang yang diberikan Ibu untuk membeli bola.
“Benar, Rafa uangnya lebih?” Ayah menatap Rafa yang kini
tertunduk malu. Rafa mengangguk. Ayah geleng-geleng kepala melihat kelakuan
anak lelakinya itu. “Rafa, apa yang Rafa lakukan itu tidak baik. Kalau harga
bolanya itu lebih murah dari perkiraan Ibu, Rafa kembalikan kepada Ibu sisa uangnya.
Kalau engga, rafa bisa minta izin dulu sama Ibu. Mengatakan kalau uangnya pas
itu sama artinya dengan Rafa mengorupsi uang pemberian Ibu. Ayah ngga mau punya
anak koruptor.”
“Rafa tahu kan kalau di televisi
suka ditayangkan para koruptor yang diburu oleh polisi? Itu karena mereka sudah
mencuri uang rakyat. Mengatakan biaya pembuatan kantornya sekian ratus milyar,
padahal kenyataannya tidak sebesar itu. Amit-amit deh kalau sampai ada koruptor
di rumah ini,” tambah Ibu.
Rafa semakin tertunduk. Air mata
menetes di pipinya. Ia merasa sangat bersalah sudah membohongi Ibu dan Ayahnya.
Ia tidak mau dikatakan sebagai seorang koruptor. Nafa merasa kasihan kepada
Kakak kembarnya. Semua ini Nafa lakukan bukan karena ia suka mengadu, melainkan
demi kebaikan Rafa juga.
*
“Kak, maafin Nafa, ya,” ucap Nafa
saat ia dan Rafa berjalan beriringan sepulang sekolah.
“Iya, Kakak juga minta maaf, ya.
Nafa ngga salah kok. Malah Kakak yang salah ngga dengerin apa kata Nafa
kemarin. Kakak ngga ngasi contoh yang baik.” Rafa tersenyum sambil menarik
tangan adiknya. “Sekarang ikut Kakak, ya!”
“Ke mana, Kak?” teriak Nafa sambil
ikut berlari karena pegangan tangan Rafa yang kuat.
Rupanya Rafa membawa Nafa ke toko
Koh Acun. Lalu ia masuk ke dalam toko dan langsung mengambil sebuah boneka
kambing yang lucu. “Yang ini, kan?” tanyanya sambil mengacungkan boneka itu ke
arah Nafa?” Lalu Rafa bergegas menuju kassa.
Nafa mengangguk. “Tapi, Kak…”
“Sudah tenang aja, Kakak nggak
korupsi kok. Kakak sudah bilang sama Ibu kalau kembalian uangnya mau dibelikan
boneka shaun the sheep buat Nafa.”
Nafa tersenyum senang, ”Iya, Kak?”
ucapnya tak percaya.
“Iya Kakak ngga bohong. Tapi nanti
sore lihat Kakak latihan bola di lapangan, ya,”
jawab Rafa.
“Emangnya kenapa, Kak?” Nafa
mengernyitkan dahinya.
“Kakak mau menunjukkan jurus
tendangan baru.”
“Jurus baru?” tanya Nafa penasaran.
“Iya… Menendang Koruptor…” Jawab Rafa sambil berlagak menendang bola.
Keduanya lalu tertawa bersama-sama
sambil berjalan pulang menuju rumah mereka. *end*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar