Jumat, 07 September 2012

BATHROOM IDOL




Kamiluddin Azis

Sejak dulu aku memang hobi menyanyi. Meski tidak satu pun alat musik yang benar-benar kukuasai, tetapi menyanyi sudah menjadi terapi buatku. Di kamar mandi, sambil mencuci atau menyetrika pakaian, bahkan selama mengendarai motor pulang-pergi kerja aku selalu menyenandungkan lagu, apa saja. Setiap kali menyanyi, beban hidup yang menghimpit kadang terasa menjadi lebih ringan. Tapi.. kalau menyanyi di atas panggung besar dan ditonton oleh ratusan orang, wah gimana rasanya ya?
            Pada sebuah acara gathering karyawan yang diadakan perusahaan setahun yang lalu, aku terpaksa harus menyanyi di depan ratusan karyawan se-Jawa Barat. Acara yang diadakan di sebuah taman wisata di daerah Dago Bandung itu memang baru pertama kali digelar. Tentu saja acaranya heboh bin seru karena lebih dari 600 karyawan dari berbagai divisi dan kantor cabang tumplek dalam satu tempat, menikmati kebersamaan dan bersilaturahmi secara langsung satu sama lain.  Untuk meningkatkan keakraban antar sesama karyawan diadakan pula berbagai lomba ala 17 Agustusan, termasuk lomba menyanyi dengan tajuk Company Idol.  Aku yang kebetulan berkantor di Bandung, didaulat menjadi panitia sekaligus peserta lomba idol-idolan sebagai wakil dari kantor Branch Office (BO) Jawa Barat.
            Berbagai persiapan sudah aku lakukan sejak seminggu sebelum acara dimulai. Latihan bernyanyi -meski itu dilakukan di kamar mandi- secara intens aku lakukan. Karena akan ada dua kali babak penyisihan, aku pun mempersiapkan dua buah lagu. Pede aja lagi, siapa tahu aku lolos dan menjadi Company Idol. Kan lumayan, selain tambah beken aku juga bisa dapat hadiah. Rencananya aku akan menyanyikan lagu ‘Satu Jam Saja’-nya ST-12 dan lagu ‘C i n t a’–nya D’Bagindas. Selain mudah dihafal, lagu itu masih menjadi TOP 20 di radio Bandung saat itu. Kedua lagu itu secara berulang-ulang aku dengarkan melalui MP3 player di telepon genggamku. Pagi, siang, bahkan malam. Anak-anak sampai hafal semua liriknya. Mereka juga ikut-ikutan bernyanyi saat aku menyanyikannya dengan suara keras di kamar mandi.
       “Jadi curiga nih, kok ayah nyanyinya lagu itu-itu terus,” celetuk istriku saat mendengar aku dan anak-anak menyanyikan lagu CINTA sambil menyusun puzzle baru bergambar tokoh kartun kesukaan mereka.
            Aku hanya tersenyum menanggapi celoteh istriku itu. Sebenarnya aku agak malu untuk berterus terang tentang rencana mengikuti lomba idol itu. Padahal istriku tahu betul kalau aku memang hobi menyanyi dan bahkan sempat nekat mau ikut audisi Indonesian Idol kalau saja tidak segera sadar karena umurku tidak lagi memenuhi syarat. Hiks... aku selalu tutup muka setiap kali ingat hal itu. Narsis yang tidak tahu diri!
*
Taman Ir. H. Djuanda Bandung tampak sibuk di hari Minggu itu. Saat matahari belum sempurna terbit di ufuk timur, rombongan karyawan dari berbagai kota sudah mulai berdatangan. Dari Bogor, Cibinong, Sukabumi dan Cianjur, Juga dari daerah Tasikmalaya, Garut dan Banjar. Sepertinya mereka semua berangkat pagi-pagi sekali.
            Sebagai panitia pelaksana, kami sudah mempersiapkan segala hal dengan baik sehari sebelumnya. Tenda-tenda istirahat, properti lomba, doorprize, dan banyak lagi. Kami bahu membahu menyelesaikan semua tugas panitia. Lumayan capek juga, sampai-sampai konsentrasiku terpecah antara mengurus tetek-bengek kepanitiaan dengan persiapan menjadi peserta lomba. Untungnya pada malam Minggu, Manajer Personalia menyuruhku untuk istirahat lebih dulu dibanding panitia lainnya. Aku pun melewatkan tugas membungkus hadiah-hadiah untuk doorprize dan pemenang lomba.
            Aku sudah siap tempur. Suara emasku akan menggegerkan seisi taman, dan aku akan menjadi Company Idol yang pertama. Oh iya, aku lupa memberitahukan bahwa untuk menentukan pemenang Company Idol itu dilakukan metode vouting penonton seperti halnya Indonesian Idol atau ajang pencarian bakat lainnya yang mengandalkan sms dari penonton. Bedanya penonton Company Idol ini memberikan dukungan dengan cara membeli produk perusahaan berupa minuman dalam kemasan botol dan mengisi satu vouting card dengan nama idol pilihan mereka. Semakin banyak vouting card berisi nama peserta idol yang diserahkan ke vouting corner, semakin besar pula peluang dia menjadi seorang Company Idol. Semoga aku mendapat dukungan paling banyak.  
             Setelah semua karyawan kumpul, acara pun dibuka dengan berdoa bersama,  yel-yel perusahaan, pengarahan tekhnis, dan sambutan dari General Manager. Kemudian ratusan karyawan itu menyebar, saling bersilaturahmi, dan bersiap-siap mengikuti aneka lomba yang diadakan di beberapa titik berbeda.
Matahari merangkak garang. Acara demi acara lomba sudah selesai dilakukan. Setelah makan siang, semua karyawan berkumpul di depan panggung yang berdiri di tengah-tengah taman. Mereka duduk di bangku taman, menatap pada satu titik yang sama : panggung besar dengan ratusan doorprize, dan seorang penyanyi dangdut yang membuka acara dengan suara merdu dan goyangan mautnya. Aku ikut bergoyang sekedar untuk mengusir demam panggung yang mendadak kambuh. Dalam hati aku meneriakkan kata-kata pembangkit semangat : narsis.. narsis.. narsis.. pasti bisa!
Tiba saatnya Lomba Idol! Satu persatu peserta tampil dengan hebohnya. Apalagi  peserta yang menyanyikan lagu dangdut dan diikuti goyangan dari para pendukungnya. Giliranku pun tiba. Bismillah, ilmu narsis kusemat di dada. Tak kusangka efek lagu ‘Saat Terakhir’ ST-12 yang kunyanyikan membuat suasana berubah hening. Riuh tepuk tangan membahana usai aku bernyanyi. Lega rasanya. Terlebih setelah hasil vouting diumumkan, aku lolos ke babak selanjutnya! NARSIS, eh.. SERU!
Setelah diselingi dengan pembagian doorprize, babak final pun dimulai. Pada penampilan kedua itu, kuajak audience bernyanyi bersama. Lagu D’Bagindas pun kembali melejit hari itu, dan tepuk tangan penonton jauh lebih dahsyat daripada sebelumnya. Tapi sayang, di akhir acara aku harus puas menjadi runner up 2 alias juara ke-3 karena kalah vouting. Sebuah bingkisan besar, yang kupikir berupa alat elektronik seperti halnya doorprize, menjadi hadiah yang membuatku penasaran. Aku sudah membayangkan mendapat magic com yang akan aku hadiahkan untuk istriku. Pasti ia akan senang sekali. Apalagi kebetulan alat penanak nasi di rumah sedang rusak.
Tetapi saat kubuka hadiah itu.. OOW? Kotak besar itu ternyata berisi sekantong besar keripik singkong. Fantastis, iseng-iseng kutimbang, kira-kira beratnya mencapai 5 kg!! Kandas deh harapan memberikan hadiah kejutan untuk istri di rumah.
Keesokan harinya, keripik itu aku makan rame-rame bersama teman-teman kantor. Sambil saling melempar ledekan dan banyolan seputar even kemarin, kami seruangan menikmati kebersamaan makan bareng keripik singkong idola. Seru.. tidak akan pernah kulupakan betapa narsisnya aku. Apalagi setelah melihat foto-foto dan video rekaman penampilanku, alamak… narsis tingkat dewa! Padahal kalau diingat-ingat studio latihanku selama ini hanya ruangan dingin tanpa pengedap suara berukuran  2x2 meter. Ya, kamar mandi itu! Makanya,  aku mungkin lebih cocok menyandang gelar Bathroom Idol ketimbang Company Idol.
*

5 komentar:

  1. TRAGIS. Hadiahnya cuma keripik -___-'

    Tapi, lumayan, lah. Bisa narsis :D


    Salam kenal :)

    BalasHapus
  2. hihi, iya nih Milo... ya, sebagai bentuk partisipasi heboh-hebohan lumayan lah.. hehe

    BalasHapus
  3. waw..habisnya berapa lama tuh? :D

    BalasHapus
  4. seharian juga habis, kan dikeroyok dik. hehehe

    BalasHapus