Kamiluddin Azis
Sejak
dulu aku memang hobi menyanyi. Meski tidak satu pun alat musik yang benar-benar
kukuasai, tetapi menyanyi sudah menjadi terapi buatku. Di kamar mandi, sambil mencuci
atau menyetrika pakaian, bahkan selama mengendarai motor pulang-pergi kerja aku
selalu menyenandungkan lagu, apa saja. Setiap kali menyanyi, beban hidup yang
menghimpit kadang terasa menjadi lebih ringan. Tapi.. kalau menyanyi di atas
panggung besar dan ditonton oleh ratusan orang, wah gimana rasanya ya?
Pada sebuah acara gathering karyawan yang diadakan
perusahaan setahun yang lalu, aku terpaksa harus menyanyi di depan ratusan
karyawan se-Jawa Barat. Acara yang diadakan di sebuah taman wisata di daerah
Dago Bandung itu memang baru pertama kali digelar. Tentu saja acaranya heboh
bin seru karena lebih dari 600 karyawan dari berbagai divisi dan kantor cabang
tumplek dalam satu tempat, menikmati kebersamaan dan bersilaturahmi secara
langsung satu sama lain. Untuk
meningkatkan keakraban antar sesama karyawan diadakan pula berbagai lomba ala
17 Agustusan, termasuk lomba menyanyi dengan tajuk Company Idol. Aku yang
kebetulan berkantor di Bandung, didaulat menjadi panitia sekaligus peserta lomba idol-idolan sebagai wakil dari kantor Branch Office (BO) Jawa Barat.
Berbagai persiapan sudah aku lakukan
sejak seminggu sebelum acara dimulai. Latihan bernyanyi -meski itu dilakukan di
kamar mandi- secara intens aku lakukan. Karena akan ada dua kali babak
penyisihan, aku pun mempersiapkan dua buah lagu. Pede aja lagi, siapa tahu aku lolos dan menjadi Company Idol. Kan lumayan, selain tambah beken aku juga bisa dapat
hadiah. Rencananya aku akan menyanyikan lagu ‘Satu Jam Saja’-nya ST-12 dan lagu
‘C i n t a’–nya D’Bagindas. Selain mudah dihafal,
lagu itu masih menjadi TOP
20 di radio Bandung saat
itu. Kedua lagu itu secara berulang-ulang aku dengarkan melalui MP3 player di
telepon genggamku. Pagi, siang, bahkan malam. Anak-anak sampai hafal semua
liriknya. Mereka juga ikut-ikutan bernyanyi saat aku menyanyikannya dengan
suara keras di kamar mandi.
“Jadi curiga nih, kok ayah nyanyinya
lagu itu-itu terus,” celetuk istriku saat mendengar aku dan anak-anak
menyanyikan lagu CINTA sambil menyusun puzzle baru bergambar tokoh kartun
kesukaan mereka.
Aku hanya tersenyum menanggapi celoteh
istriku itu. Sebenarnya aku agak malu untuk berterus terang tentang rencana
mengikuti lomba idol itu. Padahal istriku tahu betul kalau aku memang hobi
menyanyi dan bahkan sempat nekat mau ikut audisi Indonesian Idol kalau saja tidak segera sadar karena umurku tidak lagi memenuhi syarat.
Hiks... aku selalu tutup muka setiap kali ingat hal itu. Narsis yang tidak tahu
diri!
*
Taman
Ir. H. Djuanda Bandung tampak sibuk di
hari Minggu itu. Saat
matahari belum sempurna terbit di ufuk timur, rombongan karyawan dari berbagai
kota sudah mulai berdatangan. Dari Bogor, Cibinong, Sukabumi dan Cianjur, Juga dari daerah
Tasikmalaya, Garut dan Banjar. Sepertinya
mereka semua berangkat pagi-pagi sekali.
Sebagai
panitia pelaksana,
kami sudah mempersiapkan
segala hal dengan baik sehari sebelumnya. Tenda-tenda
istirahat, properti lomba, doorprize,
dan banyak lagi. Kami bahu
membahu menyelesaikan semua tugas panitia. Lumayan capek
juga, sampai-sampai konsentrasiku terpecah
antara mengurus tetek-bengek kepanitiaan dengan persiapan menjadi peserta
lomba. Untungnya pada malam Minggu, Manajer Personalia
menyuruhku untuk istirahat lebih dulu dibanding panitia lainnya. Aku pun melewatkan
tugas membungkus hadiah-hadiah untuk doorprize dan pemenang
lomba.
Aku
sudah siap tempur. Suara emasku akan menggegerkan seisi taman, dan aku akan
menjadi Company Idol yang pertama.
Oh iya, aku lupa memberitahukan bahwa
untuk
menentukan pemenang Company Idol itu dilakukan metode vouting penonton seperti halnya Indonesian Idol atau ajang pencarian
bakat lainnya yang mengandalkan sms dari penonton. Bedanya penonton Company Idol ini memberikan dukungan
dengan cara membeli produk perusahaan
berupa minuman dalam kemasan botol dan mengisi satu vouting card dengan nama idol pilihan mereka. Semakin banyak vouting card berisi nama peserta idol yang diserahkan
ke vouting corner,
semakin besar pula peluang dia menjadi seorang Company Idol. Semoga aku
mendapat dukungan paling banyak.
Setelah semua karyawan kumpul,
acara pun dibuka dengan berdoa bersama, yel-yel perusahaan, pengarahan tekhnis, dan
sambutan dari General Manager.
Kemudian ratusan karyawan itu menyebar, saling bersilaturahmi, dan bersiap-siap
mengikuti aneka lomba yang diadakan di beberapa titik berbeda.
Matahari merangkak garang. Acara
demi acara lomba sudah selesai dilakukan. Setelah makan siang, semua karyawan
berkumpul di depan panggung yang berdiri di tengah-tengah taman. Mereka duduk
di bangku taman, menatap
pada satu titik yang sama : panggung besar dengan ratusan doorprize, dan seorang penyanyi dangdut yang membuka acara dengan
suara merdu dan goyangan mautnya. Aku ikut bergoyang sekedar untuk mengusir
demam panggung yang mendadak kambuh.
Dalam hati aku meneriakkan kata-kata pembangkit semangat : narsis.. narsis..
narsis.. pasti bisa!
Tiba saatnya Lomba Idol! Satu persatu peserta tampil
dengan hebohnya. Apalagi peserta yang
menyanyikan lagu dangdut dan diikuti goyangan dari para pendukungnya. Giliranku pun
tiba. Bismillah, ilmu narsis kusemat
di dada. Tak kusangka efek lagu ‘Saat Terakhir’ ST-12 yang kunyanyikan membuat
suasana berubah hening. Riuh tepuk tangan membahana usai aku bernyanyi. Lega
rasanya. Terlebih setelah hasil vouting
diumumkan, aku lolos ke babak selanjutnya! NARSIS, eh.. SERU!
Setelah
diselingi dengan pembagian doorprize,
babak final pun dimulai. Pada penampilan
kedua itu, kuajak audience bernyanyi
bersama. Lagu D’Bagindas pun kembali
melejit hari itu, dan tepuk tangan penonton jauh lebih dahsyat daripada
sebelumnya. Tapi sayang, di akhir acara aku
harus puas menjadi runner up 2 alias
juara ke-3 karena kalah vouting. Sebuah bingkisan
besar, yang kupikir berupa alat elektronik seperti halnya doorprize, menjadi hadiah yang membuatku penasaran. Aku sudah
membayangkan mendapat magic com yang
akan aku hadiahkan untuk istriku. Pasti ia akan senang sekali. Apalagi kebetulan
alat penanak nasi di rumah sedang rusak.
Tetapi saat kubuka hadiah itu.. OOW? Kotak besar itu
ternyata berisi sekantong besar keripik singkong. Fantastis, iseng-iseng
kutimbang, kira-kira beratnya mencapai 5 kg!! Kandas deh harapan memberikan
hadiah kejutan untuk istri di rumah.
Keesokan harinya, keripik itu aku makan rame-rame bersama teman-teman kantor. Sambil
saling melempar ledekan dan banyolan seputar even kemarin, kami seruangan
menikmati kebersamaan makan bareng keripik singkong idola. Seru.. tidak akan
pernah kulupakan betapa narsisnya aku.
Apalagi setelah melihat foto-foto dan video rekaman penampilanku, alamak… narsis tingkat dewa! Padahal kalau
diingat-ingat studio latihanku selama ini hanya ruangan dingin tanpa pengedap
suara berukuran 2x2 meter. Ya, kamar
mandi itu! Makanya, aku mungkin lebih cocok
menyandang gelar Bathroom Idol
ketimbang Company Idol.
*
TRAGIS. Hadiahnya cuma keripik -___-'
BalasHapusTapi, lumayan, lah. Bisa narsis :D
Salam kenal :)
hihi, iya nih Milo... ya, sebagai bentuk partisipasi heboh-hebohan lumayan lah.. hehe
BalasHapuswaw..habisnya berapa lama tuh? :D
BalasHapusseharian juga habis, kan dikeroyok dik. hehehe
BalasHapusidaman
BalasHapus