Ilustrasi
Cinta
Kamiluddin Azis
“Emang si Jang Shan
doang yang bisa gambar trus dimuat di Story? Gue juga bisa kok,” umpat Indri
saat hasil karya Jang Shan muncul lagi di Story edisi terbaru yang Saiful
tunjukkan padanya.
Cowok
itu prihatin melihat pacarnya yang seringkali bete setiap kali gambar
illustrasi yang dikirimnya ke Story tak dimuat. Apalagi belakangan ini, karya Jang
Shan, anggota group yang baru bergabung malah sudah ditampilkan di majalah kesayangan
remaja itu.
Ahha…
tiba-tiba ia mengernyitkan dahi, seolah baru saja menemukan sebuah ide gila di
kepalanya. "Gimana kalo lo gambar aja muka gue?” usulnya sambil nyengir.
“Gambar
muka lo? Yang bener aja? Gue gambar Jaejoong aja ditolak sama Bunda!” dengus
Indri tambah kesal. Ia memungut crayon, pinsil warna, spidol, dan
teman-temannya yang bergeletakan menyedihkan di lantai.
“Ya…
kali aja Bunda trenyuh liat wajah gue yang memelas ini," goda Saiful lagi.
“Gue
heran, padahal gue selalu majang gambar bagus di group Story, kenapa gak
dilirik juga sama Bunda ya?” rutuk Indri sembari menyalakan laptopnya dan
membuka google.
“Harus
lebih kreatif, Ndri. Kreatifitas adalah proses.
Lo kan masih muda dan semangat,
jangan patah arang dong. Ayo, semangat! Gue bantu bacain mantera biar gambar lo
lolos di Story!" Saiful tak henti-henti memberi pacarnya spirit.
Indri tampak putus asa. Ia mulai
browsing di internet, dan pikiran yang lebih gila daripada ide Saiful tadi menari-nari
di kepalanya. Banyak gambar bagus nih
buat gue tiru, pekiknya dalam hati.
“Jangan
bilang lo mau plagiat gambar orang?” tebak Saiful sambil berusaha mencari tahu
apa yang sedang dibrowse oleh Indri.
Tapi ia gagal karena Indri sudah buru-buru menutup laptopnya.
“Sembarangan!
Udah deh lo balik aja sana!” Indri tiba-tiba berubah marah.
Saiful
diam, dan ia memilih meninggalkan Indri, daripada ujung-ujungnya berantem.
*
Malamnya
Saiful kepikiran dengan apa yang ia ucapkan tadi sore. Pantas Indri
marah karena ia sudah menuduhnya yang enggak-enggak. Gue
harus minta maaf, desisnya. Lalu diraihnya blackberry di atas meja, dan ia nge-PING Indri.
Indri
masih uring-uringan di atas kasur, saat lampu bb-nya berkedip-kedip. Sudah 2
jam ia menggoreskan pinsil warnanya di atas kertas gambar, tapi tak ada segaris
pun yang ia hasilkan. Ia masih terbayang akan sikap kasarnya pada Saiful tadi
sore. Walau bagaimanapun cowok itu hanya berusaha menghiburnya, mencarikan
solusi dan meredakan emosinya. Tapi entah kenapa, kalau sudah menyangkut
kegagalannya itu, sikap Indri jadi labil.
·
Maafin gue ya
Indri tersenyum membaca bbm dari Saiful. Lalu ia
balas.
·
Gue juga. Tapi gue gak jadi nyontek. Ternyata
lebih susah :D
·
Haha… ya udah, lo bayangin aja muka gue
·
Rugi banget, udah potong rambut tapi gak ada yg perhatiin
:P
·
Ya ampun, sorry… lo cakepan kok :P
·
Haha, kalo gitu lo ambil pinsil warna sama
kertas gambar, lo bayangin wajah gue
·
Trus, lo gambar deh di situ. Gue… pengen tau, lo
sayang gak sama gue
·
Ih, apaan sih, but, okey, gue gambar ya…
Indri lalu mulai menggoreskan
tangannya di atas kertas gambar. Sesekali ia melamun, membayangkan wajah
Saiful, lalu tersenyum, dan kembali mengisi kertas yang mulai terisi siluet dan
arsiran itu. Warna-warni crayon menghias seraut wajah berbingkai rambut lurus
dengan potongan ala aktor-aktor korea.
Dan, tadaaaa… Gambarnya sudah
selesai. Indri tersenyum puas. Baru kali ini ia menggambar illustrasi model
cowok sebagus itu. Saiful dengan rambut legam lurus sedang tersenyum. Mata
redupnya seolah menatap Indri dengan penuh cinta. Ini maha karya gue yang paling indah, pujinya pada diri sendiri. Besok akan gue kirim ke Bunda Reni.
Semoga kali ini ia jatuh hati.
*
Sebulan kemudian, Indri menyodorkan majalah Story
edisi terbaru ke Saiful.
“Buka
deh, halaman 17,” pinta Indri sambil ternyum.
Cowok
itu mengamati gambar yang menjadi illustrasi sebuah cerpen romantis di halaman
17. Seorang cowok berwajah oriental dengan model rambut terbaru yang sedang
digilai k-popers.
“Hemh…
bagus. Pasti yang gambar ini penggemar berat film-film korea deh,” komentarnya
datar. “Tapi kok, dipikir-pikir ini mirip wajah gue ya, Ndri,” Saiful
cengengesan ragu.
“Itu
emang gambar lo, lagi.” Indri tersenyum sambil mempermainkan kedua alisnya.
Saiful
mencari-cari siapa nama illustratornya, lalu ia berhenti dan menatap wajah
Indri, “Indriana Astuti? Gambar lo dimuat, Ndri?”
Indri
manggut-manggut senang. Ia memang merahasiakan hasil karyanya ini kepada
Saiful. Ya, itung-itung surprise kalo dimuat. Tapi kalaupun tidak ia tetap akan
menunjukkannya pada Saiful sebagai bukti cintanya.
“Kita harus merayakannya. Kita
pergi ke gunung!" Ajak Saiful antusias."Kok? Ngapain?" balas Indri.
"Yaelah…
masa kita mo tereak kemenangan di dalam empang? Ke tempat tinggi-lah!”
Hati
Indri sudah berteriak-teriak sejak melihat gambar cowok tersayang goresan
tangannya akhirnya dimuat di Story. Indri yakin, cinta mengalahkan segalanya. Daripada Plagiat, mending kita
curahkan segenap cinta ke dalam karya kita. Hasilnya pasti takkan sia-sia.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar