Sabtu, 02 Maret 2013

Cerdak Maret - Cuma Mejeng di 10 Besar Story



Ilustrasi Cinta
Kamiluddin Azis




“Emang si Jang Shan doang yang bisa gambar trus dimuat di Story? Gue juga bisa kok,” umpat Indri saat hasil karya Jang Shan muncul lagi di Story edisi terbaru yang Saiful tunjukkan padanya.
            Cowok itu prihatin melihat pacarnya yang seringkali bete setiap kali gambar illustrasi yang dikirimnya ke Story tak dimuat. Apalagi belakangan ini, karya Jang Shan, anggota group yang baru bergabung malah sudah ditampilkan di majalah kesayangan remaja itu.
            Ahha… tiba-tiba ia mengernyitkan dahi, seolah baru saja menemukan sebuah ide gila di kepalanya. "Gimana kalo lo gambar aja muka gue?” usulnya sambil nyengir.
            “Gambar muka lo? Yang bener aja? Gue gambar Jaejoong aja ditolak sama Bunda!” dengus Indri tambah kesal. Ia memungut crayon, pinsil warna, spidol, dan teman-temannya yang bergeletakan menyedihkan di lantai.
            “Ya… kali aja Bunda trenyuh liat wajah gue yang memelas ini," goda Saiful lagi.
            “Gue heran, padahal gue selalu majang gambar bagus di group Story, kenapa gak dilirik juga sama Bunda ya?” rutuk Indri sembari menyalakan laptopnya dan membuka google.
            “Harus lebih kreatif, Ndri. Kreatifitas adalah proses. Lo kan masih muda dan semangat, jangan patah arang dong. Ayo, semangat! Gue bantu bacain mantera biar gambar lo lolos di Story!" Saiful tak henti-henti memberi pacarnya spirit.
            Indri tampak putus asa. Ia mulai browsing di internet, dan pikiran yang lebih gila daripada ide Saiful tadi menari-nari di kepalanya. Banyak gambar bagus nih buat gue tiru, pekiknya dalam hati.
            “Jangan bilang lo mau plagiat gambar orang?” tebak Saiful sambil berusaha mencari tahu apa yang sedang dibrowse oleh Indri. Tapi ia gagal karena Indri sudah buru-buru menutup laptopnya.
            “Sembarangan! Udah deh lo balik aja sana!” Indri tiba-tiba berubah marah.
            Saiful diam, dan ia memilih meninggalkan Indri, daripada ujung-ujungnya berantem.
*

Malamnya  Saiful kepikiran dengan apa yang ia ucapkan tadi sore. Pantas Indri marah karena ia sudah menuduhnya yang enggak-enggak.  Gue harus minta maaf, desisnya. Lalu diraihnya blackberry di atas meja, dan ia nge-PING Indri.
            Indri masih uring-uringan di atas kasur, saat lampu bb-nya berkedip-kedip. Sudah 2 jam ia menggoreskan pinsil warnanya di atas kertas gambar, tapi tak ada segaris pun yang ia hasilkan. Ia masih terbayang akan sikap kasarnya pada Saiful tadi sore. Walau bagaimanapun cowok itu hanya berusaha menghiburnya, mencarikan solusi dan meredakan emosinya. Tapi entah kenapa, kalau sudah menyangkut kegagalannya itu, sikap Indri jadi labil.
·         Maafin gue ya
Indri tersenyum membaca bbm dari Saiful. Lalu ia balas.
·         Gue juga. Tapi gue gak jadi nyontek. Ternyata lebih susah :D
·  Haha… ya udah, lo bayangin aja muka gue
·  Rugi banget,  udah potong rambut tapi gak ada yg perhatiin :P
·         Ya ampun, sorry… lo cakepan kok :P
·  Haha, kalo gitu lo ambil pinsil warna sama kertas gambar, lo bayangin wajah gue
·  Trus, lo gambar deh di situ. Gue… pengen tau, lo sayang gak sama gue
·         Ih, apaan sih, but, okey, gue gambar ya…

Indri lalu mulai menggoreskan tangannya di atas kertas gambar. Sesekali ia melamun, membayangkan wajah Saiful, lalu tersenyum, dan kembali mengisi kertas yang mulai terisi siluet dan arsiran itu. Warna-warni crayon menghias seraut wajah berbingkai rambut lurus dengan potongan ala aktor-aktor korea.
Dan, tadaaaa… Gambarnya sudah selesai. Indri tersenyum puas. Baru kali ini ia menggambar illustrasi model cowok sebagus itu. Saiful dengan rambut legam lurus sedang tersenyum. Mata redupnya seolah menatap Indri dengan penuh cinta. Ini maha karya gue yang paling indah, pujinya pada diri sendiri. Besok akan gue kirim ke Bunda Reni. Semoga kali ini ia jatuh hati.

*

Sebulan kemudian, Indri menyodorkan majalah Story edisi terbaru ke Saiful.
            “Buka deh, halaman 17,” pinta Indri sambil ternyum.
            Cowok itu mengamati gambar yang menjadi illustrasi sebuah cerpen romantis di halaman 17. Seorang cowok berwajah oriental dengan model rambut terbaru yang sedang digilai k-popers.
            “Hemh… bagus. Pasti yang gambar ini penggemar berat film-film korea deh,” komentarnya datar. “Tapi kok, dipikir-pikir ini mirip wajah gue ya, Ndri,” Saiful cengengesan ragu.
            “Itu emang gambar lo, lagi.” Indri tersenyum sambil mempermainkan kedua alisnya.
            Saiful mencari-cari siapa nama illustratornya, lalu ia berhenti dan menatap wajah Indri, “Indriana Astuti? Gambar lo dimuat, Ndri?”
            Indri manggut-manggut senang. Ia memang merahasiakan hasil karyanya ini kepada Saiful. Ya, itung-itung surprise kalo dimuat. Tapi kalaupun tidak ia tetap akan menunjukkannya pada Saiful sebagai bukti cintanya.
            “Kita harus merayakannya. Kita pergi ke gunung!" Ajak Saiful antusias.
            "Kok? Ngapain?" balas Indri.
            "Yaelah… masa kita mo tereak kemenangan di dalam empang? Ke tempat tinggi-lah!”
            Hati Indri sudah berteriak-teriak sejak melihat gambar cowok tersayang goresan tangannya akhirnya dimuat di Story. Indri yakin, cinta mengalahkan segalanya. Daripada Plagiat, mending kita curahkan segenap cinta ke dalam karya kita. Hasilnya pasti takkan sia-sia.
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar