Jumat, 24 Mei 2013

Perjalanan Mengejar Mimpi



"Hiahhh, judulnya lebay banget ya...?!"
Tapi nggak apa-apa, yang penting niatnya ‘benar’. Seperti kata Pak Ustadz, Inna A'malu binniat. Jadi kalau niat ikut pelatihan menulis ini ialah sebagai jalan untuk meraih mimpi, maka Insya Allah mimpi itu akan terwujud . Amin....

Adalah Petra Shandi alias @ezarsatria, novelis dari (dia nggak mau disebutin nama daerahnya) Subang,  yang mengajak saya untuk ikut seleksi Kampus Fiksi yang diselenggarakan oleh Diva Press. Mulanya saya ragu karena nggak percaya dengan kemampuan sendiri. Tapi karena penasaran dan sekalian untuk menjajal kebisaan, saya pun daftar. Dan Alhamdulillah lolos, kebagian gelombang II tanggal 25-26 Mei 2013, satu angkatan dengan Petra juga.

Setelah melakukan berbagai persiapan : pesan tiket, ngerjain tugas, ikhtiar cari laptop teman yang bisa disewa (ssttt, no comment!) dan tentu saja ngajuin cuti jauh-jauh hari, akhirnya saya bareng Petra, yang memang sudah lama kenal dan sering ketemu, siap berangkat ke Yogyakarta.

Dan dari sinilah cerita ini bermula.

Ini adalah perjalan pertama saya pergi sendiri (eh, nggak deng… kan sama Petra) jauh-jauh tanpa pengawalan (haha, emang presiden dikawal, Kang!). Orang Sunda bilang saya ini termasuk ‘kurung batokeun’ alias jarang pergi ke mana-mana. Bisanya ngendon aja! (pantes Persib jago kandang? Huss ah!! #gaknyambung) Kalau bukan untuk urusan ‘menulis’ yang selama setahun belakangan ini saya tekuni lagi, saya nggak bakalan maksain diri. Makanya saya serius mempersiapkannya. Saya sampai-sampai nggak bisa tidur karena takut kesiangan. Bukan apa-apa, kalau sampai telat ke stasiun, tiket yang sudah dipesan bisa angus, kan? Mana saya ketitipan punya Petra juga, #berat bebankuh!, haha… (konsekuensi ketitipan beli tiket, soalnya lagi bokek, jadi pake bekel Petra dulu, wkwkwk… sssssttt ah!)

Jumat, 24 Mei 2013. Perjalanan dari Stasiun Bandung  dimulai pukul 8 pagi lewat beberapa menit. Lumayan lama juga menunggu, karena menurut jadwal, kereta Lodaya pagi jurusan Solo itu berangkatnya jam 7.00. Nggak apa-apa lah, kan acaranya juga baru dimulai besok dan peserta maksimal harus sudah sampai lokasi jam 9 malam. Perkiraan sampai stasiun Yogyakarta itu pukul 4 sorean.

Selama dalam perjalanan, banyak hal yang saya dan Petra perbincangkan. Mulai dari hal-hal sepele soal status-status di facebook dan twitter, membahas proyek yang sedang dikerjakan masing-masing, sampai resolusi masa depan, hahay… Tentu saja sambil menghabiskan bekal cemilan seabreg yang ada di kantong masing-masing plus... bernarsis ria!
Dan semuanya itu selalu diselingi candaan dan tawa yang cetar membahana. Sampai-sampai penumpang lain bolak-balik lewat seat kami (soalnya mau ke toilet, emang mesti lewat tempat duduk kami, wew!).

Pura-puranya lagi bingung, padahal iya...


Tak terasa waktu berlalu. Kesal hilang, capek juga lenyap. Saat kereta berhenti di Stasiun Yogya, kesal hilang, capek juga lenyap. Yogya … Yogya … Kami sudah janjian dijemput oleh panitia. Mbak Ve BBM nunggu di bawah jam yang bertuliskan Yogyakarta. Ya elah… jamnya aja ngumpet, celingukan lah saya sama Petra. Untung Mbak Ayun nyapa duluan.  Sambil menunggu mobil jemputan yang kejebak macet, kedua editor Diva yang ngakunya masih berjiwa teenager itu mengurai cerita yang lumayan rame dan bikin lupa laper. Untungnya, beberapa menit kemudian sebuah mobil ijo yang isinya juga serba ijo datang. Kami pun berangkat menuju  Kampus Fiksi di Jalan apa, #lupatanya. Ternyata eh ternyata, masih ada 1 orang lagi yang harus dijemput. Namanya Arif siapa lupa (ke sini-sininya dapat julukan Mika, tau tuh Mika ambon atau Mikariayam…) masih 18 taun, tapi bongsor dan makan tempat. Jadinya Mbak Ve ngalah pindah duduk yang asalnya di depan, ke kursi penumpang di belakang.  Hemhhh… untung saya kuyus bin cungkring (kalo kalian liatnya sambil ngantuk2!) jadi nggak masalah duduk di kursi penumpang berempat : Saya, dua cewek super heboh itu, dan Petra yang kalian tahu sendiri-lah, bodinya makan tempat (hgehe sorry ya Pet!). Untung jarak stasiun Tugu dan Kampus Fiksi tidak terlalu jauh. Ditambah pemandangan Jalan malioboro di sore hari, lupa deh kalau badanku kedempet-dempet.

Tiba di Kampus Fiksi ternyata sudah banyak peserta yang datang (Ohya, peserta Kampus Fiksi itu 30 orang per-angkatan), bahkan katanya ada yang sudah datang dari kemarin juga. Hebat !

“Kang Aming, ya?” seorang pemuda (katanya sih masih muda) menyapa dengan yakin.

“Adi, ya?” malah Petra yang balik nanya ke anak itu (ternyata masih anak-anak, hehe!)

Kami pun berkenalan. Iya, dia Adi Nugroho, seorang Guru Matematika dari Blitar (iya tho, Di?), yang katanya murah senyum dan suka ngorbal tawa, hahaha … Adi ini yang paling getol mention di twitter sejak jauh-jauh hari sebelum ketemuan di Kampus Fiksi. Makanya kami langsung akrab. Apalagi ketawanya yang menggelegar membabi buta itu langsung menyedot perhatian siapa saja yang mengenalnya.

...... Eh, bentar ya… keburu Maghrib… ntar disambung lagi dengan cerita yang lebih seru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar