CINTA TAK KASAT MATA
Kamiluddin Azis
Cinta tersampaikan melalui aliran udara,
Melalui rongga-rongga tanah
Melalui desiran air di tiap buih ombak
Dan riak sungai pada muara
Cinta tak perlu bahasa
Kata, puja ataupun rayuan
Cinta hanya perlu sehalus sentuhan
Setulus senyum
Dan setitik pengabdian
Cinta hanya terjamah oleh perasaan yang sama
Cinta hanya terukir dalam hati yang sama
Cinta hanya bermuara pada samudera yang sama
Ketika cinta bertebaran bak kunang-kunang di sekitar kita
Ke mana kita mengikuti arah cahayanya
Ketika cinta bersembunyi seperti kepik
yang hanya terdengar kepaknya
Ke mana kita akan mencari
Cinta tak kasat mata
Kita hanya perlu sedikit merasa.
Sebuah cuplikan dari cerpenku berjudul 'Invisible Love'
Kamiluddin Azis
Cinta tersampaikan melalui aliran udara,
Melalui rongga-rongga tanah
Melalui desiran air di tiap buih ombak
Dan riak sungai pada muara
Cinta tak perlu bahasa
Kata, puja ataupun rayuan
Cinta hanya perlu sehalus sentuhan
Setulus senyum
Dan setitik pengabdian
Cinta hanya terjamah oleh perasaan yang sama
Cinta hanya terukir dalam hati yang sama
Cinta hanya bermuara pada samudera yang sama
Ketika cinta bertebaran bak kunang-kunang di sekitar kita
Ke mana kita mengikuti arah cahayanya
Ketika cinta bersembunyi seperti kepik
yang hanya terdengar kepaknya
Ke mana kita akan mencari
Cinta tak kasat mata
Kita hanya perlu sedikit merasa.
Sebuah cuplikan dari cerpenku berjudul 'Invisible Love'
KE MANA KUCARI
Belasan kali kau genggam jemari ini
Hingga lentik ditelan kaku biru
Belasan kali kau kecup bibir ini
Hingga bisu, kelu
Lalu kau abaikan semua
Yang pernah singgah
Berlalu seolah tiada makna
Belasan kali kucari
Belasan tahun ku menanti
Jawaban
Di mana dirimu
Belasan kali kau nikmati malamku
Usir sepi yang menggelayut hari
Belasan hari kau raba setiap jengkal
hidupku
Usir sedu yang menggundah gulanaku
Gerayangi perih yang mengiris setiap rintihku
Aku, belasan kali sudah mencoba
Melupakan
Lari dan menjauh
Tetapi belasan kali pula
Aku mencari
Kemana
Entah di mana
Bandung, 21
Oktober 2009
BUKAN UNTUKKU
Kamiluddin Azis
Aku terpaku
karena indah kelopak matamu
Cinta
kan mekar di setiap kedipmu
Seolah
itu adalah desir
Yang
menyatukan serbuk dengan putik sari
Aku
mematung karena ranum bunga bibirmu
Cinta
kan tumbuh setiap ulasmu
Seolah
itu adalah pupuk
Yang
menyuburkan setiap benih
Tapi
adakah cinta, benih, desir, pupuk itu untukku?
Cinta
tidak tumbuh dari genggam inginku
Aku
mematung berharap Kau diam
Dalam
tatapku
Aku
terpaku menanti Kau diam
Dalam
harapku
Tapi
adakah diam, harap, tatap atau penantian itu
Untukku?
Cinta
tidak tumbuh dari belai harapku
Kiranya
Tuhan
sedang bermain dengan rasa ini
Mungkin
Tuhan
sedang bermain-main
dengan
ingin ini
Ternyata
Tuhan
Memang
sedang mempermainkan harap ini
Dan
Kau
Memang
bukan untukku
ADAKAH CINTA
Kamiluddin Azis
Saat
jemari mencoba menjalin
Merengkuh
sampai kukuh
Mengikat
sampai kuat
Usah
kau lepas biar kokoh cinta ini
Saat
napas berburu
Berbagi
sampai sisi
Berpagut
sampai paut
Usah
kau tepis biar lekat cinta ini
Adakah
cinta
Saat
kau tepis, saat kau lepas
Setiap
Rengkuh, setiap ikat
Setiap
pagut sampai paut
Adakah
cinta
Saat
napas ini berburu
Sementara
Kau tak mau
Berbagi
semua sisi
Adakah
cinta
Saat
jemari merengkuh sampai kukuh
Sementara
Kau enggan
Mengikatnya
hingga kuat
Adakah
cinta
Kurangkul
saat kau lepas
Adakah
cinta
Kudekap
ketika kau hempas
Adakah
aku menjalin cinta
Hingga
paut
Adakah
kau merasa kupatut
SANGGUPKAH CINTA
Kamiluddin Azis
Saat
cinta kuasai jiwa
Sanggupkah
ia meredam setiap amarah
Setiap
curiga
Setiap
rasa takut akan kehilangan
Ketika
cinta butakan mata
Mampukah
ia meraba kala kulit ini berubah renta
Kering,
bersisik
Membungkus
tulang belulang tak berdaya
Manakala
cinta bergelora
Kuatkah
ia menatap cekung mata ini
Legam
raut ini
Seok
langkah lela ini
Tertatih
berharap cinta kan setia
Ketika
cinta meresap ke dalam relung
Mengalir
dalam darah dan denyut yang sama
Sanggupkah
cinta
Menerima
semua adanya
KUTUNGGU KAMU DI PARIS VAN JAVA
Kamiluddin Azis
Habis sudah
sabarku
Mengikis
penantian, mengharap setia
Pada janji
Hadirmu memecutku
Membuatku terbirit
hingga sampai
Sementara yang
lain masih mematung
Lalu kau kalungiku medali kemenangan
Tapi hati tak bisa
bohong
Seperti Kamu yang
setia
Pada janji
Aku pasti ada di
sana
Di Paris Van Java
Kubawa semua yang
sudah Kau tulis
Semua mimpi yang
mungkin bisa
Semua harap yang
mungkin nyata
Dan bila begitu
nyata
Mencinta dan
mendamba dirimu yang maya
Walau ternyata Kau
memang tak ada
Atau adakah,
Tetapi tak nyata?
Kenapa semua lalu beralih
kecewa
Dirimu yang kasat,
membuatku netra
Tuli ragaku saat
kutahu
Kau bukan untukku
Walau lama tlah
kutunggu
Saat kita tuk bertemu
Di Paris Van Java
Tidak ada komentar:
Posting Komentar