SEJUMPUT
ASA DALAM LORONG NISTA
Kamiluddin Azis
Adakah secuil harap
saat jiwa kosong terberangus dalam lorong-lorong nista
Adakah segelintir asa
saat raga hampa terkurung jeruji pekat
Cinta yang lara milik
siapakah?
Bahagia yang fana hanya
punya Tuankah?
Seuntai rambutku lepas
bersama ratap, lara, dan perihku
Sejumput senyumku sirna
bersama ingin, harap, dan asaku
Sisakan untukku tempat
Tuan
Tempat aku
menggantungkan ingin, harap, dan asaku
Sisakan aku senyum
Tuan,
Senyum sambut, sirnakan
ratap, lara, dan perihku
Adakah cinta yang lara
milikku lepas bersama ratap dan perih ini?
Adakah bahagia yang
fana milik Tuan tersisa untuk seorang aku
Yang terberangus dalam
lorong-lorong nista?
JIWA-JIWA
KUSUT PUN BERMIMPI
Kamiluddin Azis
Malam, kala gulita
menyergap
Kusapu air dengan rupa
warna bunga
Telusuri setiap lekuk
tubuh hinaku
Harum menyeruak,
menghapus semua noda yang tersisa
Sucikan kembali raga
yang tercabik durjana
Jiwa yang terenggut
nafsu belaka
Luka terhimpit nestapa
Sunyi, kendati mungkin
sekedar mimpi
Gaung doa terpanjat,
lirih dalam bisu kelam
Setiap tetes adalah
dosa yang terserak
Setiap usap adalah harap
yang belum terkuak
Setiap aroma adalah
kepedihan yang selalu mendera
Jiwa-jiwa kusut hanyut
dalam buai nestapa
Jiwa-jiwa kusut luruh
dalam geliat dahaga
Akan mimpi, sebuah kebebasan
Letih, takkan sanggup
surutkan jejakku
Mencari Makna di balik
semua nista
Yang lumuri tubuh ini
AKU
INGIN PULANG
Kamiluddin Azis
Aku ingin pulang,
meniti pematang ladang, menghirup aroma jerami,
meniti pematang ladang, menghirup aroma jerami,
tertawa bersama kerbau dungu.
Dan
bebas!
Aku ingin pulang,
bernyanyi dengan burung, menari bersama angsa
bernyanyi dengan burung, menari bersama angsa
Dibuai sepoi alam,
desah dedaunan,
dinina-bobokan jangkrik-jangkrik malam
dinina-bobokan jangkrik-jangkrik malam
Aku tidak ingin
dicekam,
malam dengan buai berang-berang
malam dengan buai berang-berang
Lelaki hidung belang
yang hanya puas dengan desah melenguhkan resah
Keluh hinakan peluh setelah
pejuh luruh di dalam tubuhku
Aku tidak ingin siang
dirajam sesal yang menghantam setiap dekamku
Aku hanya ingin pulang,
menikmati sisa kalut yang kuusir mati
menikmati sisa kalut yang kuusir mati
Merajam sendiri semua
lumur nista,
dan kembali
dan kembali
like-like-like..... sama puisi yang berjudul Aku ingin pulang. Bisa membayangkan, dan rasanya damai. pengen baca lagi dan lagi dan lagi....
BalasHapusMakasih ya Vie_three
BalasHapusMantap kata kata y
BalasHapus