KICAU KACAU BIKIN
PERSEPSIKU MAKIN KACAU
Saya tidak akan
memungkiri kalau warna sampul buku ini yang ngejreng
habis –lah yang membuat saya mengambilnya dari rak buku di Gramedia.
Kuning, warna kesukaan saya yang katanya menandakan kalau si pecinta warna ini
suka menjadi perhatian banyak orang,
sedikit narsis dan ... (jangan percaya, karena tidak semuanya sesuai dengan
kepribadian saya, hehe!). Tetapi nama Indra Herlambang dengan foto dirinya yang
memakai kostum unik (kalau tidak mau dibilang norak, hehe saya emang agak sedikit sentimen sama presenter yang satu
ini...)berbentuk burung itu menjadi pertimbangan lainnya. Meskipun saya tidak
eksis bertwitter ria, tetapi saya menyimak kehebohan yang terjadi setelah buku
ini terbit. Hampir setiap hari bertebaran twit yang mengulas tentang Indra
Herlambang dan bukunya ini. Gimana gak penasaran coba! Apalagi selama ini aku
memang agak kurang respect (baca=suka) melihat tampang Indra dengan segala
mimik konyolnya yang membuat dia malah sering tampil.. (aduh... sorry bos.. gue
lebay ya?!)
Dari yang pernah
saya baca dan lihat pada tayangan di televisi yang mengupas siapa itu Indra
Herlambang (kenapa jadi bahas dia dulu ya... biarin ah, prinsip hidupku kan
nggak boleh membenci orang lain, apalagi kalau tanpa alasan yang jelas, makin
gak nyambung!) dan bagaimana sepak terjangnya di dunia entertainment, lambat
laun persepsi jelek saya tentang Indra
mulai berkurang. Sebenarnya sih bukan sebuah persepsi jelek karena artis cowok
yang selalu pakai kaca mata hitam ini pernah melakukan sesuatu yang negatif di
mata publik, tidak, bukan begitu, ini hanya subjektifitas saya saja sebagai
penikmat hiburan yang bosan melihat tampangnya di layar kaca. Indra Herlambang
lahir di Bandung pada 16 Maret
1976. Awal kariernya dimulai sebagai
presenter infotainment beberapa tahun lalu. Indra memang pernah bekerja penyiar radio sambil menyelesaikan
kuliahnya di Desain Komunikasi Visual di
ITB. Kariernya terus melejit setelah ia membintangi beberapa sinetron dan layar
lebar bergenre komedi. Indra bahkan menjadi penulis scenario bersama Djenar
Maesa Ayu dan memenangkan piala Citra untuk Skenario Cerita Adaptasi Terbaik di
FFI 2009.
Di dunia literasi
karya Indra sudah bertebaran di mana-mana, termasuk di beberapa majalah ternama
seperti Free Magazine dan ME. Tulisan-tulisan Indra dalam buku Kicau Kacau ini
juga merupakan essai-nya yang diteribitkan di majalah-majalah tersebut selama
kurun waktu 2007 s/d 2010. Di buku ini Indra benar-benar berkicau, seperti yang biasa ia lakukan di twitter setiap hari. Tetapi
tulisan Indra ini memiliki makna yang
dalam, sindirannya halus, tetapi mengena.
Buku ini dibagi
menjadi 4 bab, yaitu Kicauan tentang gaya hidup, hidup gaya, dan hidup gak
gaya?; Kicaun tentang Single, in relationship, atau I’s complicated; Kicauan
tentang Jakarta, Indonesia, dan Kesehatan Jiwa; dan, Kicauan tentang Keluarga.
Ada 50 essai yang bisa membuat Anda ngeh, kesel, ketawa, bahkan pengen jitak
Indra karena nyelenehnya. Idenya cukup original dan sekali lagi, akan membuat
kita merasa ngeh akan sesuatu yang selama ini tidak kita sadari.
Bagian yg saya suka dari buku ini antara lain : Pembungkus Masa Depan, Hilang, Kunci, dan Balas Dendam
Pintu Besi. Masih banyak artikel seru yang bisa Anda baca dengan santai. Dan setelah saya membaca buku ini, sumpah (nggak deh, nggak usah pake sumpah
kali, ya!) persepsi saya terhadap Indra berubah total. Indra yang saya anggap
begini begitu ternyata begini begitu...
Sebuah buku dan
kupasan media yang positif tentang seseorang seperti artis misalnya, membuat ia
semakin dikenal lebih luas dan menarik hati pembacanya, untuk untuk mengenal si
penulis lebih jauh dan bahkan menjadi penggemar setianya dengan menunggu
karya-karya berikutnya. Tapi jangan bilang kalau saya ingin mengenal penulis kacau balau, eh Kicau Kacau ini lebih jauh lagi. Cukup informasi positif seadanya
dan buku keren ini saja yang membuat persepsi saya terhadap Indra jauh lebih
baik. Salut buat Indra dan prestasi hidup yang sudah diraihnya. Dan di akhir
tulisan ini saya ingin berdoa semoga Indra segera mendapatkan jodoh (gak
apa-apa ya Ndra, nggak nyambung dengan tema tulisan ini juga ya.. egp, kata si
Indra) sehingga hidupnya lebih indah dan Indra bisa menciptakan karya yang lebih
spektakuler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar