Kunci itupun Berdenting
Kamiluddin Azis
Kunci itu pun berdenting
Memecah
pilu
Ketika
kepal tak lagi sanggup menggenggam
Ketika
rasa tak lagi bisa bertahan
Kunci
itu pun berdenting
Terlempar
jauh sampai ke dasar yang paling
Terkubur
sampai kepal ini tak lagi sanggup menggali
Kunci itu ...
Berdenting
dalam bisik tanah yang bisu
Berdenting
dalam desah nisan pilu
Dalam
hampa tanpa kata
Tanpa
asa
Kunci
itu berdenting
Karena
cinta
Tuan yang Mendamba
Kamiluddin Azis
Aku bukan juragan
Bukan tuan yang
punya hektaran sawah
Bukan majikan
yang selalu dilayani
Bukan mandor yang
bisa petantang-petenteng
Minta ini, larang
itu
Bukan bos dengan
dasi mencekik
Siap muntahkan
amarah
Ketika sang
kacung salah
Tapi aku juga bukan
kacung
Bukan pesuruh
yang siap diperintah
Bukan juga
bawahan
Sang tumbal
amukan tuan
Aku hanya
seonggok darah yang menggumpal
Dengan sisa nafas
terengah
Sisa harap
setengah
Sisa langkah yang
patah
Api aku ingin menjadi tuan
Tuan buatku
sendiri
Yang menjentik
jari
Dan semua terjadi
Aku ingin menjadi
tuan
Tuan yang siap
layani
Hidup kacung,
Kacungku sendiri
Aku ingin menjadi
tuan
Tuan buatku
sendiri
Bandung, 30 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar